PART 18

126 10 2
                                    


-DELAPAN BELAS-

Normal's

Hari berganti hari. Bulan berganti bulan. Sekarang sudah memasuki liburan kenaikan kelas. Walaupun liburan sekolah dilaksanakan selama 1 bulan penuh, tak membuat Seva pergi berlibur.

Dia hanya berdiam diri di rumah Raka. Tak mau keluar rumah kecuali untuk pergi ke Antartika Cafe. Menghabiskan waktunya berjam-jam disana. Hanya untuk duduk di tempat favoritnya dan membaca berbagai macam novel sambil mendengarkan musik dengan headsetnya. Hal ini menjadi rutinitas baru bagi Seva.

Seperti saat ini, ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kafe dan langsung menuju ke tempat favoritnya. Sambil membawa tas selempang kecil berisikan headset, iPod, handphone dan juga power bank. Menggenggam novel berjudul Mockingjay.

Ia meletakkan tas selempangnya di sebelahnya dan meletakkan novelnya tadi di atas meja. Ia mengambil headsetnya -yang selalu terhubung dengan iPodnya- dan memasangnya di telinganya. Dan mulai mendengarkan lagu-lagunya secara acak.

Seperti biasa, setelah melihat Seva datang, Karin akan langsung menghampirinya. Membawa nampan dengan segelas milkshake coklat dan meletakannya diatas meja Seva. Karin benar-benar tau apa yang akan dipesan Seva.

"Thanks." ucap Seva ramah sambil melirik milkshake coklatnya yang ekstra dingin. Tak peduli bagaimanapun cuaca diluar, sedingin apapun, Seva akan tetap memesan minuman itu.

"Sama-sama." balas Karin sebelum meninggalkan Seva.

Seva menyesap milkshakenya sedikit sebelum membuka bab pertama dari novel Mockingjay nya. Ia mulai membaca kata demi kata. Berusaha masuk ke dalam imajinasinya tentang kejadian-kejadian yang dituliskan secara detail oleh Suzanne Collins dalam novelnya itu.

30 menit berlalu. Merasa bahwa matanya sedikit lelah, ia memutuskan untuk meletakkan novelnya dan mengamati sekitar. Di sebuah meja dekat pintu masuk, disana sangat ramai. Banyak anak-anak seumurnya yang sedang bercanda gurau.

Tanpa sadar, senyum tipis terpatri di wajahnya. Ia memijit pelipisnya pelan, merasa bingung. Kenapa ia jadi ingat dengan kejadian berbulan-bulan lalu?

**

Mereka semua sudah berkumpul di kafe ini. Seva, Raka, Dena, Mandra dan Cira. Tentu saja yang merencanakan hal ini adalah Seva. Ia hanya ingin semuanya jujur.

"Jadi, kenapa lo ajak kita kesini?" tanya Dena to the point ke Seva.

"Iya nih! Ganggu kencan romantis gue aja!" celetuk Mandra yang dihadiahi sikutan pelan dari Dena. "Aw!"

"Sssh!" ujar Dena.

Seva hanya memutar bola matanya, "Udah selesai? Udah selesai ngumbar kemesraannya?"

Hening. Diamnya Dena dan Mandra dianggap sebagai jawaban 'iya' bagi Seva. 

"Jadi gini, gue pengen meluruskan masalah kita disini. Dan gue harap kalian semua jujur sama perasaan kalian sendiri. Karena ini juga buat kebaikan kalian masing-masing."

"Ada apa sih? Setau gue, kita gak ada masalah apa-apa." jawab Cira.

"Lo diem aja dulu." Seva menatap Cira serius. "Ka!" dan memberi sinyal kepada Raka untuk memulainya terlebih dahulu.

"Oke, uhm.. gue to the point aja. Buat Mandra, pertama sorry banget. Karena selama ini gue udah boongin lo. Dan juga buat Dena gue juga udah boongin lo. Ndra, sebenernya gue masih sayang sama Dena. Dan Na, gue tau kalo lo udah tau gue masih sayang sama lo. Dan--

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 28, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang