-SEBELAS-Normal's
Seperti biasa, Gama selalu telat datang ke sekolah. Walaupun dia satu apartemen dengan Juna, tidak menjamin kalau mereka selalu berangkat bersama. Seperti hari ini. Juna lebih memilih berangkat menaiki taksi daripada bersama dengan Gama. Tentu saja, Juna tidak mau terlambat. Biarlah Gama yang terlambat.
Sekarang, lo tinggalin gue. Liat aja kalo udah pulang. Batin Gama
Bugh
"Aish," pekik cewek yang bertubrukan dengan Gama. Sedangkan, Gama masih berdiri kokoh dihadapan cewek itu.
"Lo gak papa?" Gama mengulurkan tangannya.
Cewek itu mendongak, "Gama."
"Den.. Deni, kan?" tebak Gama sambil membantu cewek itu berdiri.
"Gue Dena. Bukan Deni." jawab Dena sambil menepuk pelan bagian belakang roknya.
Gama menepuk pelan jidatnya, "Sorry."
Dena tersenyum, "Lo telat?"
"Kayak yang lo liat. Lo sendiri?"
"Habis dari kamar mandi."
"Kalo gitu, gue masuk kelas dulu. Bye."
Dena mengangguk. Mereka pun pergi berlawanan arah, karena kelas mereka memang berlawanan arah.
*****
Dena memasuki kelas. Pak Rici belum datang. Kapan guru itu sadar bahwa ia harus mengajar? Dena berjalan ke bangkunya dan duduk disamping Frei.
"Gimana beolnya, lancar?" tanya Seva.
"Lancar."
"Va, udah berapa kali gue bilang. Please, sensor omongan lo." peringat Frei.
Seva nyengir.
"Btw, gue tadi ketemu si Gama di koridor."
"Iya? Ngapain dia?" tanya Cira.
"Biasa. Paling juga telat." jawab Seva. Dena menanggapinya dengan anggukan.
"Lo tau banget tentang Gama. Emang lo sama dia udah temenan berapa lama?" tanya Cira.
Seva memejamkan matanya, "Mungkin, udah dari TK."
"Lama banget. Trus lo kok bisa kenal sama si Raka?" tanya Dena.
"Hampir tiap libur sekolah, si Raka main kerumah gue sama nyokapnya."
"Oo" jawab Dena, Cira dan Frei bersamaan.
"Lin, udah belom sih? Cepet dikit kek. Ntar pak Rici keburu dateng loo." ujar Cira sambil menoel-noel lengan Lina.
"Bentar." jawab Lina. Ya, seperti biasa. Lina mengerjakan tugas dan yang lainnya menyalin. Ini sudah seperti tradisi.
"Ah lo mah lam--
"Semuanya diem dulu," toa Mandra yang sekarang ada di depan. "Ketua ganteng kita mau ngomong sesuatu." Mandra mengedipkan matanya kepada Raka yang ada disampingnya.
"Najis lo." balas Raka, "Jadi, gini. Berhubung kita udah kelas 11, seperti tahun-tahun sebelumnya kita akan pergi ke puncak."
"Yeee"
"Horee"
"Woo-hoo"
"Diem semuanya," toa Mandra, anggap aja disini Mandra sebagai penenang suasana. Mengingat kalau, Raka hemat ngomong.
"Gue lanjut. Jadi, nanti disana kita gak akan tidur di tenda. Kita akan tidur di salah satu villa. Dan satu kamar ada 4 anak, ini ditentukan dengan undian. Tapi tetep, sistemnya kayak kita camping. Ngerti maksud gue gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
JOURNEY
Teen FictionSaveta Paradina "Kalo lo disuruh milih antara gue ato dia, pilih aja dia. Karena gue tau, kalo lo bener-bener sayang sama gue, gak akan ada yang namanya pilihan." Rafaka Abrisam "Semua orang bisa aja secara gak sadar mengabaikan orang yang mencintai...