Lara berjalan di koridor tempatnya kuliah. Gadis itu hendak berjalan ke perpustakaan untuk mengembalikan beberapa buku yang dipinjamnya tempo hari. Sudah menjadi barang kebiasaannya untuk meminjam beberapa buku dari perpustakaan sebagai referensi tugas kuliahnya.
" Hai Lara! " sapa seorang pria seraya menepuk pundaknya.
"Aiden?" ucap Lara tak percaya. Aiden tersenyum manis padanya. Kemudian keduanya pun berjalan bersama-sama bersampingan.
" Kau kuliah disini, Lara? " tanya Aiden. Lara tertawa pelan, kemudian mengangguk pelan. Ia menunjuk buku tebal yang dipeluknya sebagai bukti, ia benar-benar kuliah dan buku yang dibawanya adalah referensi tugasnya.
"Harusnya aku yang bertanya, sedang apa kau disini?" ucap Lara balik bertanya pada Aiden. Aiden lagi-lagi tersenyum seraya menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak gatal.
"Aku kuliah disini Lara. Aku mengambil jurusan Teknik Industri, bagaimana denganmu? " jawab Aiden. Aiden tampak berpikir. Lara menganggukkan kepalanya, membulatkan bibirnya yang seakan-akan berkata 'Oh'.
" Kau tahu? Ternyata kita satu kelas! Hahaha, aku pun juga anak teknik, kau mau ke kelas, Aiden?" ujar Lara. Aiden melongo tidak percaya, dan tertawa kencang.
" Benarkah?! Whoa, kita harus bersama-sama setiap hari! Aku bareng denganmu ke kelas yah? Sebenarnya aku nyaris putus asa, tadi sempat tersesat."
" Kau harus membawa peta kampus, Aiden supaya tidak tersesat."
" Kau betul. Eum, Lara... bukankah Jane satu universitas denganmu juga?" tanya Aiden. Lara menghentikan langkahnya, diikuti dengan Aiden. Pria itu menatap gadis itu dengan lembut, Lara mengangguk pelan.
" Lalu—dimana dia? Kenapa kau tidak bersama dengannya?"
" Aku tidak tahu, tapi... mungkin ia sedang di kantin sekarang bersama dengan teman-temannya." Kata Lara. Alis Aiden terangkat, seolah-olah ingin agar gadis itu menjelaskannya lebih panjang kepadanya. Bukankah seharusnya seorang adik-kakak bersama-sama?
" Kalau begitu... antarkan aku ke kantin sekarang juga!" Aiden menarik lengan Lara dengan paksa, dan memaksanya mengikuti langkah kakinya menuju kantin.
" Aiden, kau benar-benar lapar—atau kau ingin bertemu dengan Jane?" tanya Lara pelan. Aiden menghentikan langkahnya, dan berbalik menoleh ke arah gadis itu dengan lembut.
" Kau tahu, apa maksudku Lara."
__
Terlihat kumpulan orang-orang yang bisa disebut elite community—berlebihan? hmm toh bukan mereka yang menyebut diri mereka sendiri seperti itu, anggaplah itu adalah penilaian mereka yang menganggapnya begitu—sedang duduk disalah satu kursi yang saling berhadapan di kantin. Orang-orang elite itu sedang bercanda gurau namun tidak dengan Marcus yang terus sibuk dengan PSP-nya dan gadis yang dihadapannya—Jane yang tak lepas dari iPod miliknya.
Andrew, Angela, Brian dan Vincent tertawa ketika mendengar lelucon yang dibuat oleh Spencer. Spencer memang orang yang paling humoris diantara semuanya.
Andrew melepaskan hands free sebelah kiri yang dikenakan Jane lalu memasangnya di telinga kanannya. Gadis itu menoleh pada Andrew—jarak wajah keduanya hanya terpaut beberapa centi. Andrew tersenyum pada gadisnya. Senyuman yang akan membuat siapa pun wanita akan merasa paling beruntung memiliki sebuah senyuman yang seolah memang diciptakan untuknya seorang.
Lalu keduanya menatap Spencer yang masih sibuk dengan leluconnya. Sesaat Jane tersenyum menahan tawa setelah mendengar leluconnya. Namun, senyuman Jane perlahan hilang ketika kedua matanya mendapati Marcus yang terlihat kesal seraya menatap kearah belakangnya—mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life
Fanfiction"Ayah, mau pergi lagi ya?" Pertanyaan lugu yang terlontar oleh seorang gadis kecil ketika sang ayah hendak pergi untuk bekerja. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi setelahnya. Semuanya berjalan lancar hingga berita itu terdengar oleh kedua tel...