Life ; Something Unexpected

17 1 0
                                    

Tidak. Aku tidak dapat membiarkan dirimu terluka. Aku harus melindungi mu! Kau, seseorang yang tak pernah lelah membuat jantungku berdegup lebih kencang. Kau yang telah mencuri hatiku.


***


"Aish, anak itu minta kutendang kakinya! Sudah dua jam aku menunggu dia belum juga datang, dan terlebih ponselnya ngga aktif lagi!" gerutu Lara kesal.

Gadis itu menendang angin dengan kesal dan memeluk plastik belanjanya dengan erat. Membeli modul fisika dasar saja sudah sangat berat. Ia menghembuskan napas kasar dan akhirnya duduk di tepi trotoar jalan, mengindahkan tatapan orang-orang yang menatapnya dengan aneh.

"Aiden, kau ada dimana? Ponselmu diapakan, huh, cepatlah datang. Dingin sekali, dan aku ingin cepat-cepat pulang."

Lara menundukkan kepalanya dengan lesu. Kalau saja Aiden mengirimkannya pesan kalau dia tidak datang, bisa saja sudah daritadi ia akan naik kereta bawah tanah supaya cepat sampai di rumah. Jikalau hingga tiga puluh menit ke depan, pria itu belum juga menampakkan batang hidungnya, ia sungguh akan meninggalkan tempat ini.

"Hingga kapan kau akan terus duduk di tepi jalan layaknya gelandangan, huh?"

Suara itu?!

Kontan gadis itu mendongakkan kepalanya dengan terkejut. Tak pelak ia sungguh tidak percaya ketika Marcus berada di depannya seraya menyender di pintu mobilnya. Ia menunjuk Marcus dengan gugup, sementara pria itu tertawa kencang dan menghampirinya dengan kedua tangan dalam saku.

"Kenapa kau bisa berada disini? Apa yang kau lakukan?" ujar Lara bertubi-tubi.

Tanpa menjawab pertanyaan Lara, pria itu hanya duduk santai di samping gadis itu sembari melipat kedua lututnya. Marcus menghela napas dan menoleh pelan ke arah Lara.

"Apa yang kulakukan? Tentu saja menjemputmu."

"Ha? Me—menjemputku?! Lalu Aiden mana? Aiden ... —ah, aku tidak habis pikir. Apa yang telah kau lakukan padanya!"

"Mana kutahu! Sudahlah, kau mau kuantar pulang atau tidak!"

Lara mengerucutkan bibirnya dengan kesal dan ia pun beranjak. Berdiri di depan Marcus. Bagaimana bisa Marcus yang menjemputnya? Bukan masalah bahkan jika memang ternyata Marcus yang menemuinya, tapi yang menjadi titik perdebatannya adalah mengapa Aiden menyuruh Marcus tanpa sepengetahuannya?

"Aku tidak ingin menumpang mobilmu lagi! Sudahlah lebik baik aku naik kereta saja." ujarnya kesal. Ia pun memasukkan bungkusan plastik lain yang ia sembunyikan sejak tadi ke dalam tasnya dengan paksa.

Marcus memincingkan kedua matanya melihat plastik putih yang dimasukkan dengan paksa ke dalam tasnya. Tak lama ia tersenyum pelan dan bangkit dari duduknya, seraya merebut plastik dari tangan gadis itu dan membukanya.

"Ya! Kemarikan! Ini bukan untukmu!" gerutu Lara berusaha merebut plastik itu, namun Marcus mengangkatnya lebih tinggi darinya.

Ternyata isi plastik putih tersebut tidak lain adalah makanan ringan berbentuk ikan dengan berbagai isi di dalamnya seperti daging cincang, gula, ataupun keju. Lara menghentakkan kakinya dengan kesal sementara Marcus mengambil salah satu kue itu dan menggigit bagian ekor kuenya.

"Kemarikan, Marcus. Ini bukan untukmu, aku membelikannya untuk Aiden."

Marcus menoleh pelan ke arah gadis itu dengan tajam.

"Kalau begitu ini untukku. Karena pria itu tidak datang, dan tentu saja seharusnya ini memang untukku. Ah, kue ini sangat enak!"

"Kau harus menggantinya. Kue ini harganya dua ribu won, kemarikan uangmu." ujar Lara seraya menengadahkan kedua tangannya. Marcus mendesis dan menepak tangan gadis itu dengan pelan.

LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang