Life ; Run Away

13 1 0
                                    

Aku ... hanya tidak ingin kehilangan dirimu.

Kau ... terlalu berarti bagiku.

Hingga membuat dadaku tersasa sesak.

Aku tak sanggup


***


Andrew membuka pintu mobilnya untuk Jane ketika mereka tiba dirumah gadis itu. Jane mendongakkan wajahnya dan membulatkan bibirnya dengan pelan, tidak terasa bahwa mereka sekarang sudah tepat di depan rumahnya.

"Terima kasih," ucap Jane.

Andrew tersenyum ke arah Jane. Pria itu hanya menghela napas kasar menyadari jika gadisnya sedang merasa tidak nyaman. Jane hendak berbalik dan meninggalkan Andrew namun pria itu meraih tangan Jane dan akhirnya gadis itu menghentikan langkahnya; membalikan tubuhnya.

"Apa dia mengganggumu?" tanya Andrew

Pria itu menatap Jane dengan intens, ia yakin betul jika gadis itu mengerti apa yang ia maksud. Jane tersenyum perlahan tangan kanannya terangkat dan menyentuh pipi Andrew.

"Ani. Dia tidak menggangguku hanya saja—ada sesuatu yang mungkin tak seharusnya terjadi. Kau tidak perlu mencemaskan hal yang memang tidak perlu dicemaskan," ucap Jane pelan namun terdengar jelas oleh Andrew.

"Jane, aku tidak akan membiarkan dia mengganggumu," ucap Andrew lembut.

"Andrew ... Aiden—dia tidak menggangguku. Percayalah. Kau percaya padaku 'kan?" ucap Jane.

Andrew tersenyum dan menganggukkan kepalanya walaupun ia sebenarnya tidak yakin atas apa yang baru saja dikatakan oleh Jane. Ia mengenal gadis itu sudah cukup lama, waktu yang dimana ia bisa mengenali perubahan suasana gadis itu.

"Lebih baik kau pulang, istirahatlah. Aku tidak ingin lukamu semakin parah," ucap Jane menatap Andrew.

"Kau juga perlu istirahat, Jane. Kau lebih parah dariku,"

"Oh, ayolah, Andrew. Aku pasti akan baik-baik saja. Pulanglah," ucapnya pelan seraya mendaratkan kecupan di pipi Andrew lembut lalu tersenyum.

"Baiklah, tapi kau harus berjanji padaku jika ada apa-apa segera hubungi aku," ucap Andrew sedikit posesif. Kemudian mengecup puncak kepala Jane sebelum benar-benar meninggalkan gadis itu.

---

Jennifer mengetuk-ngetuk kakinya dengan kesal di atas lantai sesekali menilik ke arah jam tangannya. Ia mendesah kesal. Namun tidak lama kemudian pintu masuk yang beberapa jam terakhir ia awasi akhirnya terbuka, dan Jane masuk melenggang dengan santai tanpa memperdulikan sedikit pun kehadirannya.

"Tidak sedikit pun kau ingin menyapa ibumu, Jane?" ujar Jennifer dingin seraya melipatkan kedua lengannya di dada.

Gadis itu menoleh ke belakang dengan malas, dan mengangkat bahunya pelan.

"Oh, ya. Selamat malam, bu," jawabnya malas dan kembali berbalik meninggalkan Jennifer segera menuju kamarnya. Jennifer memejamkan kedua matanya sejenak, dan membuka kembali.

"Apa yang telah kau lakukan pada Lara, Jane?" tanya Jennifer dingin.

Gadis itu menghentikan langkahnya di tengah-tengah tangga menuju lantai dua. Kedua tangannya mengepal dengan keras.

"Maksud ibu apa? Ap—apa yang telah kulakukan padanya? Hah, jangan bercanda!"

"Baiklah, kuulangi... apa yang kau lakukan sampai Lara terluka?"

LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang