Life ; Confession

13 1 0
                                    

Selama ini, aku hanya berharap. Berharap untuk segera bertemu denganmu, berharap untuk terus bersama denganmu. Tapi ... apakah semua harapanku, akan menjadi sebuah kenyataan? Kenyataan yang dirasa sulit untuk terjadi?

***


Drrt... Drrt...

Aiden meraih ponselnya yang bergetar. Dilihatnya pesan baru dari nomor yang tidak dikenal. Entah sejak kapan mereka mulai berkomunikasi. Dan bagaimana, pria itu bisa mengetahui nomor ponselnya? Dengan ragu Aiden membuka slide ponselnya untuk membuka pesan baru.

From : +85-675-899-xx

Dimana kau sekarang? Aku butuh bantuanmu saat ini juga.

.Marcus

Marcus? Tidak salah bukan ia melihat nama pria yang bahkan terlihat begitu sangat membencinya tiba-tiba saja mengiriminya pesan? Ia tersenyum hambar.

Aku sedang di jalan mau menjemput Lara. Kau perlu bantuan apa? Mungkin aku bisa membantumu setelah mengantarkan gadis itu ke rumahnya.

Tidak lama kemudian ponselnya bergetar kembali. Balasan dari Marcus dengan nomor yang sama. Ia mengendikan bahunya dan membuka slide ponselnya.

Dia mabuk, dan seperti orang gila. Er, entahlah mungkin kau bisa membantunya dengan membuatnya lebih tenang? Lara sekarang ada dimana, biar tugasmu menjemputnya biar kulakukan. Kau cukup ke pub bernama Club Eden di daerah Gangnam, tidak jauh dari Ritz-Carlton Hotel.

Aiden menghela napas dan memasukkan ponsel ke dalam saku celananya. Jane mabuk? Ia tertawa sinis ketika memikirkan berbagai spekulasi liar yang berbayang dalam benaknya. Mabuk, pub, dan alkohol tentu saja menjadi barang yang biasa untuk gadis itu. Dan mengapa Marcus mempercayakannya? Kenapa tidak dengan Andrew saja? Bukankah pria itu kekasihnya?

Baiklah. Aku akan memutar arah ke Gangnam. Kau jemput Lara di depan toko buku kawasan Myeongdong. Kurasa dia sudah menunggu terlalu lama.

Er, thanks sudah percaya padaku.

Sedikit ucapan terimakasih kepada pria itu tidak ada salahnya. Aiden tersenyum dan kemudian kembali memakai helm miliknya dan memutar balik ke arah Gangnam. Jika saja takdir sedang berpihak kepadanya, ia ingin sekali bisa 'merubah' sifat gadis itu seperti dulu. Mungkin.

**

From: Aiden.

Baiklah. Aku akan memutar arah ke Gangnam. Kau jemput Lara di depan toko buku kawasan Myeongdong. Kurasa dia sudah menunggu terlalu lama.

Er, thanks sudah percaya padaku.

Marcus menghela napas dan kemudian memasukkan ponsel ke dalam sakunya. Ia tidak mengerti mengapa dirinya justru menghubungi seseorang yang tak begitu disukainya. Dengan langkah santai ia kembali menghampiri meja Jane yang sudah berantakan dengan botol-botol vodka dan wine kosong yang berserakan. Ia menghela napas dan menepuk pundak gadis pelan. membiarkan egonya mengalah sejenak, menemanis gadis yang menurutnya tampak menyedihkan itu untuk sejenak.

Jane menaruh gelasnya dengan malas dan menoleh ke belakang, pandangan matanya sudah tidak fokus. Ia benar-benar mabuk.

"Hey, aku harus pergi sekarang. Kau tidak apa-apa, 'kan?" ujar Marcus.

Gadis itu mengangguk pelan seraya melambaikan tangannya dengan pelan, dan kembali meraih gelasnya dan berjalan menuju meja bartender.

"Samp—sampai jumpa, sayang," ucap Jane seraya tertawa kencang membuat Marcus bergidik dan segera keluar dari klub.

LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang