Life ; Sincere

34 1 0
                                    



Aku mencintaimu, tapi aku tidak tahu bagaimana mengucapkannya kepadamu.

***


Drrt...drrt...

Jane merogoh tasnya, mencari ponselnya yang berbunyi. Ditatapnya sejenak layar ponsel yang bergambarkan sebuah apel tergigit yang terletak di bagian belakang ponselnya. Andrew calling—ia menghela napas pelan, sebelum akhirnya menjawab panggilan tersebut.

"Halo?" ucapnya.

"Jane, maaf sepertinya aku masih lama. Dosenku mendadak mengadakan kuis tentang pemerintahan lagi sehabis mata kuliahnya selesai, kalau kau pulang duluan juga tidak apa-apa. Kau bawa mobil? Ah, iya kau juga bawa payung, antisipasi kalau hujan." ujar Andrew.

Jane tersenyum, meski mungkin itu tidak akan dilihat Andrew.

"Kuis? Paling lama satu jam, 'kan? Aku tunggu saja ya, di taman belakang kampus."

"Kamu yakin mau menungguku?" tanya Andrew ragu.

"Iya. Kalau ngga percaya, sehabis kuis kau cek kesana aja."

"Baiklah, sehabis kuis nanti aku langsung kesana," ucap Andrew dan lalu mengakhiri teleponnya.

Jane kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas. Sebenarnya, ia sangat ingin sekali segera tiba di rumah karena ia benar-benar lelah dan mengantuk. Apalagi sehabis praktikum tadi yang benar-benar melelahkan. Gadis itu pun berjalan menuju taman dan duduk disalah satu bangku taman untuk menunggu Andrew, dan mungkin bisa ia isi dengan tidur disana.

__

Setelah selesai pertemuan klub fotografi, Aiden segera bergegas pulang karena sebentar lagi akan hujan dengan tanda-tanda alam langit mulai menghitam, dan awan-awan hitam tebal ditambah dengan guntur yang tidak berhenti semenjak tadi siang. Hari memang masih sore sekitar pukul empat, namun cuaca seperti menyiratkan bahwa sudah nyaris malam.

Aiden kembali menekan beberapa nomor yang kini sudah dihapalnya di luar kepala, menelepon ponsel seseorang yang tidak diangkat semenjak ia keluar dari camp fotografi. Bagaimana kabar Lara sekarang? Apakah ia sudah tiba di rumahnya, secara tidak sengaja payung milik gadis itu terbawa olehnya.

Camp fotografi terletak di bagian belakang kampus, meski tidak terlalu belakang. Ketika ia melewati taman, dilihatnya Jane sedang terduduk dengan iPod di tangannya dan handsfree yang terpasang di kedua telinganya tapi gadis itu tertidur. Aiden tersenyum. Dasar gadis bodoh, sudah mau hujan malah tertidur ditaman—pikirnya.

Tidak lama kemudian hujan pun mulai turun.

Aiden terdiam dalam langkahnya. Namun beberapa detik kemudian, ia mengeluarkan payung milik Lara dan membukanya kemudian berlari menuju bangku dimana Jane sedang tertidur dengan pulas. Awalnya ia ingin sekali membangunkannya, namun gadis itu kelelahan ia bisa melihat dari kedua matanya yang terpejam seolah mereka berkata, 'Aku kelelahan'

Kemudian, ia mendorong bangku Jane bergeser menuju pohon yang agak rindang dan tidak jauh dari posisi bangku awal. Mungkin saja sehabis itu ia bisa meninggalkannya, namun... Aiden mengeluarkan topi berbordir nomor kelahirannya, dan memayungi Jane sementara ia berdiri di belakang bangku gadis itu.

Tubuhnya basah.

Tapi Jane terlindungi oleh payungnya.

***

Andrew langsung bergegas menuju taman setelah mata kuliah yang baru saja ia ikuti telah selesai. Hujan, apa Jane masih ditaman?—pikirnya. Andrew sedikit khawatir karena teleponnya tidak ada satu pun diangkat oleh gadis itu.

LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang