Life ; Different

13 1 0
                                    

Aku ingin bersama denganmu, tapi perasaanku mengatakan aku benar-benar tidak pantas untuk berdiri di sampingmu.

Karena kau terlalu berharga—dan, aku? Siapa aku untukmu?

***

Marcus menghela napas. Ditatapnya pemandangan kampus dari ruang kelas di lantai dua. Kemudian membalikkan tubuh, menatap Jane dengan tatapan kosongnya.

"Jadi itu alasanmu bersikap seperti itu padanya?" tanya Marcus tenang.

Jane menolehkan kepala, menatap Marcus yang sedang bersandar didekat jendela dengan PSP yang tak lepas dari kedua tangannya. Mengapa pria ini benar-benar tidak bosan untuk tidak menginterupsi hubungannya dengan gadis-yang-tidak-ingin-ia-sebut-namanya.

"Mungkin." Sahutnya singkat, mengendikkan kedua bahu.

"Kau tidak merasa jika setiap hari harus bersikap seperti itu kepadanya? Setiap hari selalu seperti itu?"

"Aku lelah. Aku hanya ingin masa laluku, kehidupanku saat di Mokpo dulu. Ketika semuanya masih berjalan dengan normal."

Marcus tersenyum meledek, ia mematikan PSPnya dan memasukkan benda tersebut ke dalam tas.

"Dengar, hidup ini tidak akan selamanya indah. Dulu adalah dulu, masa lalu. Sekarang adalah sekarang, masa depanmu. Masa depanmu tergantung dengan apa yang kau lakukan di masa sekarang. Kau sudah bukan gadis ingusan lagi, Jane. Kau bisa menilai apa yang terbaik dan buruk untuk dirimu sendiri," kata Marcus.

Marcus mengerti bagaimana perasaan gadis ini karena memang ketika ia bertemu dengan gadis ini ada sesuatu yang menurut Marcus membuat gadis ini menjadi seseorang yang terkesan kehidupannya terasa kosong.

"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Jane tersenyum sinis.

"Hentikan semua sikap bodohmu itu Jane." jawab Marcus santai.

Jane menghela nafas.

"Aku tak bisa—"

"Kau bukan tidak bisa Jane tapi kau tidak mau. Kau terlalu menyalahkan keadaan, dasar gadis picik," sindir Marcus.

Jane hanya mendengus kesal, dan berusaha mengabaikan perkataan Marcus barusan.

Tiba-tiba Spencer datang dengan terburu-buru, bahkan pintu kelas pun bisa saja di dobraknya jikalau dalam kondisi tertutup. Pria itu seperti habis berlari, ia menunjuk Jane dengan tajam. Sementara napasnya sendiri belum beraturan.

"Jane, kau harus turun sekarang juga!"

"Untuk apa? Aku belum selesai mengerjakan laporan praktikum kemarin," sahut Jane santai.

"Pokoknya kau harus turun dan melihatnya dengan mata kepalamu sendiri Jane!" pekik Spencer.

"Melihat apa?" tanya Jane yang tidak mengerti dengan kelakuan Spencer yang membingungkan.

"Andrew—"

"Hei, kalau bicara jangan setengah-setengah dong!" gerutu Marcus yang sama sekali tidak mengerti maksud pembicaraan Spencer juga.

"Kenapa dengan Andrew?" tanya Jane.

"Andrew berkelahi dengan anak baru dari Mokpo itu!" ucap Spencer.

Seketika Jane dan Marcus menatap pada Spencer dengan tatapan 'apa kau serius ?'

"Aku serius—" ucap Spencer seraya mengangkat tangan kanannya dan membuat bentuk 'V' dari jari telunjuk dan jari tengahnya. Lalu Jane dan Marcus langsung berlari mengikuti Spencer yang menuju lapangan.

LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang