Life ; Disclosure

10 1 0
                                    

Aku tak mengerti apa itu cinta.

Yang aku tahu, mulai saat ini, aku akan memberikan rasa bertajuk cinta hanya untukmu.

Untuk seseorang yang selama ini tak pernah lelah denganku. Seseorang yang selalu hadir. Seseorang yang selalu menjadi satu-satunya pengisi ruang hati ini.


***


Jane merasakan ada seseorang yang duduk di pinggir tempat tidurnya dan mengusap kepalanya dengan lembut. Gadis itu membuka matanya. Dilihatnya sosok pria yang selama ini dibencinya.

Dennis—pria itu tersenyum ketika Jane terbangun dari tidurnya.

"Kau sudah bangun."

Jane bangkit dari tidurnya, kenapa dia ada disini?

"Kau pasti bertanya untuk apa aku berada disini," ucap Dennis tersenyum.

Eh? Kenapa dia tahu?

"Jane, sebenci apapun kau padaku kau tetaplah putri ku walaupun mungkin kau tak pernah menganggapku sebagai ayahmu, itu tak jadi masalah untukku dan kau tetaplah putriku. Aku bersyukur dapat menikah dengan ibumu dan menjadi ayahmu, aku senang kau menjadi putriku. Tapi jangan karena aku kau membenci ibumu. Dia sangat menyayangimu bahkan dia sangat mengkhawatirkanmu, setiap hari dia memikirkanmu. Dia ingin kau tetaplah menjadi seorang Jane—Jane putrinya dan bukanlah seorang Jane yang tak dikenalnya. Kau mengerti?"

Jane terdiam mendegar perkataan Dennis tadi. Apa yang baru saja dikatakan oleh ayah tirinya itu memang benar. Sebenarnya apa yang membuat dirinya begitu membenci Lara dan juga ayahnya? Jane sendiri bingung mengapa ia bisa menjadi seperti sekarang ini.

Dennis bangkit dari duduknya, "lebih baik kau istirahat dulu."

Jane menatap Dennis yang berbalik dan berjalan menjauhi dirinya. Ia membuka mulutnya, mengatakan sesuatu sebelum pria itu benar-benar hilang di balik pintu kamarnya.

"A-ayah."

Dennis menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap Jane, menunggu kalimat selanjutnya yang akan keluar dari bibir putrinya yang satu ini.

"Ayah, maukah kau ... mengantarku ke kampus?"

Dennis tersenyum—senyum bahagia. Betapa bahagianya Dennis ketika Jane memanggilnya dengan sebutan ayah. Lalu Dennis menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, lebih baik kau siap-siap sekarang."

Perlahan senyuman terukir indah diwajah Jane. Ditatapnya Dennis yang kembali berjalan keluar kamarnya. Ayah, sudah lama sekali ia tidak memanggil seseorang dengan sebutan... Ayah.

--

Lara duduk di sofa ruang tengah seraya menunggu ayahnya. Dia mangerucutkan bibirnya karena sudah hampir setengah jam ia menunggu ayahnya yang masih bersiap-siap. Lara langsung bangkit dari duduknya ketika mendapati Dennis yang sudah siap dengan jasnya dan ibunya yang membawakan tas kerjanya.

"Ayah, ayo cepat!" ucap Lara menarik tangan Dennis.

Pria itu tersenyum melihat tingkah Lara. Tiba-tiba Lara terdiam ketika mendapati Jane yang menuruni tangga dari lantai dua rumahnya.

"Ayah tunggu di mobil," ucap Dennis yang kemudian berjalan meninggalkan Lara, Jane dan Jennifer.

Seketika suasana menjadi kaku. Lara menatap Jane dengan canggung. Tiba-tiba Jane tersenyum padanya, menghampiri Lara dan meraih tangan Lara.

LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang