"CUKUP!!! Mama sama Papa maunya apa sih? Setiap hari berantem terus!" Bentakku kencang. Mulutku bergetar - getar tak menentu, juga dadaku tersentak ketakutan akibat aksi yang kulakukan barusan.
"Kamu gak usah ikut campur Talia!" Sahut Mama dengan suara yang tidak terlalu kencang namun tegas dan menikam perasaanku.
"Bukannya aku ikut campur, Ma, Pa. Liat dong ada adek disini. Setiap hari dia tuh nangis ngeliat mama sama papa berantem mulu!" aku melanjutkan, "aku sama adek tuh udah capek!" Tanpa sadar air mataku telah menetes hingga membasahi kerah seragam ku.
Papa hanya dapat menatapku dengan tatapan kosong.
"Mama tau perasaan mu, tapi mama juga ga bisa diam aja ngeliat papa mu ini selingkuh dengan wanita yang murahan!" Sahut Mama.
"Apa yang kamu bilang barusan? Oh jadi gitu ya, ingin mendapat pembelaan dari anak kita?" Jawab Papa. Mama masih menatapku tanpa memedulikan keberadaan tangan papa yang siap menampar pipi kiri Mama.
"Hentikan! Kumohon hentikan!" Teriak ku dengan suara melengking di kata terakhir.
Tangan papa berhenti tepat beberapa centi di samping pipi kiri mama. Mata mama terpejam, siap untuk menerima tamparan itu yang sekarang beralih dengan air mata yang keluar dengan deras.
"Anak kita? Apa - apaan maksud kamu? Sana urusin anak mu yang ada di rahim cewek murahan itu!" Balas mama ke papa sambil menyingkirkan tangan papa dengan gesit.
Tatapan mama tak kalah mengerikannya dengan tatapan papa. Aku menulikan telinga ku dan menutup mataku.
Aku membalikan tubuh dan setengah lari menuju kamarku. Disitu sudah ada adik ku -Steven, yang sedang duduk di pinggir kasurku sambil meneteskan air mata yang sangat deras, dengan tatapan kearah lantai. Pahanya dan bajunya sudah basah kuyup.
Yang dapat ku lihat dari raut wajahnya adalah ekspresi putus asa yang lemah tak berdaya.
2 bulan terakhir emosinya melabil secara drastis. Nafsu makan, kemauan untuk sekolah pun sudah tidak ada lagi.
"Udah dek. Gak usah dipikirin. Kita makan aja yuk!" Ajakku dengan nada seceria mungkin sambil menuturkan senyuman yang tampak secara paksaan.
"Aku siapin na-" kalimat dipotong Steven.
"Aku gak laper." Kalimat dengan nada datar dan singkat itu sudah menggambarkan sangat jelas tentang perasaannya saat ini."Oiya. Aku udah siap - siap." Lanjutnya.
Siap - siap? Maksudnya apa? Otakku penuh dengan semua pikiran. Apakah ia ingin kabur? Karena semua kejadian dua bulan terakhir ini?
"Si...siap - siap? Maksudnya apa?" Tanya ku terbata - bata.[]
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home (Completed)
Teen FictionKisah tentang seorang gadis remaja yang harus menghadapi siksaan hidup yang memberinya pengalaman luar biasa. Walau harus melalui seribu satu tantangan. Amarah, dengki, cemas, takut, sedih, sakit, tak lagi membuat gadis ini berhenti membuka lebar sa...