JALAN raya. Itu tujuanku. Kupercepat langkahku hingga akhirnya aku berlari sangat kencang. Tapi kemana aku akan pergi? Entahlah, yang pasti aku akan pergi menjauh dari rumah.
Angkutan umum telah lewat beberapa kali di hadapanku, tapi aku mengabaikannya. Otakku tidak bekerja saat ini hingga rasanya ingin menangis. Jika tidak cepat pergi dari sini, maka aku akan ketahuan oleh keluargaku. Tapi harus kemana?
Sepintas pemikiran merasuki otakku. Rumah, itu tujuanku sekarang. Kalian pasti bingung mengapa tujuanku sekarang rumah? Yap, kau tahu sendiri aku tak bawa barang - barang yang diperlukan. Setelah itu mungkin aku akan pergi ke, hmmm... entahlah yang pasti luar kota.
Metro Mini , yap itu yang kutumpangi sekarang. Untung saja aku tahu jalan menuju rumahku. Setelah sekitar setengah jam berdiri di angkutan umum ini, sampai juga di rumah besar bernuansa putih tersebut.
Kunci dimana? Oh sial, aku lu... Itu dia! Syukurlah bi Marsih menaruh kunci cadangannya di pot depan teras, jadi dengan mudah aku mendapatkannya. Kunci itu langsung ku ambil dan langsung ku buka pintu itu dengan buru - buru.
Tidak ada siapa - siapa disini. Semua pekerja disini di berhentikan karena, ya kau tahu, konflik keluarga kami.
Lemari bajuku yang semula rapi kini berantakan karenaku. Ku ambil beberapa pakaian yang cukup lalu kulihat isi dompetku dan nampaklah uang yang berkisar-lumayan untuk beberapa bulan. Tanpa basa - basi aku langsung keluar dari kamarku dan beranjak pergi dari rumah ini untuk beberapa-mungkin selamanya.
Kemana tujuanku sekarang? Aku terkekeh karena sepintas ide mengalir cepat datang ke otakku. Jogja itu tujuanku sekarang. Tanpa basa - basi lagi aku langsung menuju terminal bus terdekat dengan menaiki angkutan umum.
Sekarang jam 3 sore. Masih ada waktu 1 jam lagi menuju keberangkatan. Loket bus disini sangat banyak sehingga tak perlu mengantre lama - lama. Ku booking kursi paling depan, tepat belakang kursi pengemudi.
Tepat 15 menit sebelum jam 4, bus yang kutunggu telah tiba di hadapanku persis. Penumpang yang lain sibuk memasuki barang - barangnya ke bagasi sedangkan aku tidak, karena barang bawaanku hanya sedikit. Jadi aku bisa masuk dengan leluasa tanpa berimpit - impitan dengan penumpang lain.
Langit mulai memancarkan warna gelapnya disambut dengan bintang - bintang. Dulu kami sekeluarga sering menatap hal seperti ini, namun sekarang hanya ada pertengkaran, pertengkaran, dan pertengkaran.
Roda bus mulai melambat, dan berhenti. Dimana sekarang? Yang kulihat hanyalah hutan gelap dan cahaya lampu bus yang menerangi jalanan beberapa meter dari sini. Tak ada lampu jalan tak ada apapun.
"Mohon maaf, ada sedikit kendala pada bus ini" kondektur itu sengaja memberi jeda "mesinnya terlalu panas jadi akan didinginkan dulu."
Tanpa ada pemberontakan dari penumpang bus ini, kami semua turun dengan sunyi, mungkin karena sudah larut malam.
Sial! Tasku tersangkut pada pintu bagasi. Kukerahkan seluruh tenaga untuk menarik tas itu dan akhirnya terlepas juga. Hanya aku yang tersisa di bus ini. Penumpang yang lainnya sudah berada di warung kecil. Dan aku baru sadar jika ada warung disini.
Jalanan disini hanya cukup untuk 2 bus. Jadi dengan santai aku menyebrangi jalan raya ini. Saat tubuhku sudah berada di tengah jalan, semua penumpang menatapku horor dan mereka mulai berteriak padaku namun aku tak paham dan... dan... sesuatu yang sangat keras dan besar menghantam tubuhku. Lalu semua menjadi gelap.
Semua ini berlangsung sangat cepat secepat kapas tertiup angin tornado.[]
***
Maaf baru update dan maaf juga kalo kurang greget hehe. Tapi jangan lupa VOTE dan COMMENT yaa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home (Completed)
Teen FictionKisah tentang seorang gadis remaja yang harus menghadapi siksaan hidup yang memberinya pengalaman luar biasa. Walau harus melalui seribu satu tantangan. Amarah, dengki, cemas, takut, sedih, sakit, tak lagi membuat gadis ini berhenti membuka lebar sa...