3

2.5K 234 2
                                    

LEE SUNG GYU

Aku tidak tahu, apa ini benar atau tidak. Aku, mencintai sahabatku sendiri tapi aku malah mengorbankan perasaanku sendiri. Bukankah seharusnya aku bersikap egois saja, seperti seharusnya yang biasa kulakukan sejak dulu? Tapi kenapa, kali ini aku membiarkan Tabi menaruh hati pada wanita lain. Kenapa juga, aku mendekatkan mereka berdua.

Aku yakin ada sesuatu yang tidak beres dalam sistem kerja otakku, atau perasanku? Bahkan aku sendiri tidak tahu jawabannya.

Tapi melihat binar di mata Tabi, aku tidak rela untuk membuat kebahagiaan itu hilang untuk kesekian kalinya. Hidupnya sudah cukup susah, mungkin memang bukan susah dalam bentuk materi. Namun Tabi, si alien itu sebenarnya kurang perhatian dari siapa pun. Eomma-nya, bahkan aku sendiri tidak terlalu mengingat bagaimana wajahnya. Eomma-nya wanita karier yang sangat sibuk, pulang ke rumah pun bisa dihitung memakai jari begitu juga dengan Aboeji-nya.

Aku menghela nafas panjang sambil menatap langit kamarku. Tabi yang malang.

Ddrt..

Aku menoleh ke kanan dan segera meraih ponselku.

From: Tabi.
Cepat turun ke bawah, aku punya sesuatu untukmu.

Aku membelalakan mataku tak percaya. Aku melirik jam dinding kamarku. Apa dia gila?! Bahkan sekarang jam sepuluh malam.

Tuk.

Aku menoleh ke arah kaca dan beranjak dari posisiku, mendekat ke arah kaca. Disana Tabi, berdiri dengan memegang balon. Bukan sebuah balon tapi puluhan balon. Aku segera berlari turun dan dengan terburu aku membuka pintu.

"YA!" Pekikku padanya namun dia segera memberika isyarat diam. Aku menutup mulutku.

"Apa yang kau lakukan, huh? Balon ini juga buat apa?" Tanyaku bingung. Ia tersenyum dan meraih tanganku. Menaruh semua ikatan balon itu ke tanganku.

"Tadi kau bilang lagi sedih saat kita makan es krim jadi aku membelikan ini. Ya, sebagai sahabat yang baik bukannya harus begini?" Tanya sambil tersenyum, aku memeluknya erat dan membiarkan balon-balon itu lepas dari tanganku.

"Yaaa! Balonnya! Kenapa dilepas?!" Aku menaruh jari telunjukku di depan bibirnya.

"Bahkan dengan kau menghiburku seperti ini, aku sudah senang Tabi-ya."

"Tapi aku membelinya dengan uang jajanku! Lalu kau melepasnya begitu saja. Aigoo" Ucapnya frustasi.

"Jadi balon itu lebih penting dariku?" Tanyaku kesal lalu melepas pelukan itu. Ia segera meraih kedua tanganku.

"Arraseo, kau lebih penting dari semuanya."

"Lebih penting dari Shin Min Ah?" Tanyaku, sengaja untuk memancingnya.

"Apa hubungannya dengan dia?" Tanya Tabi tak mengerti.

"Jawab saja!"

"Ck, ya. Aku kan sudah bilang lebih penting dari siapa pun." Ucapnya lalu mencubit pipiku gemas.

"Aish, appo!" Ucapku lalu memukul lengannya.

"Tapi, Tabi-ya. Walau bagaimana kau harus mendahulukan orang tua mu daripada aku." Ia menaikkan sebelah alisnya, seakkan tak setuju.

"Pokoknya harus!" Tegasku padanya.

"Iya,iya. Aku mengerti!"

CHOI SEUNG HYUN

Aku menginap di rumahnya, atau lebih tepatnya menyelinap. Dia memintaku untuk menemaninya tidur kali ini. Jangan berpikiran aneh-aneh kami hanya sekedar tidur. Lagipula aku tidak mungkin melakukam hal macam-macam apapun.

Heartbreak [FF BIGBANG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang