14. di Tepi Sungai Themes

6 0 0
                                    

Hari ini tepat dua puluh satu tahun usiaku. Sebenarnya jika berdasarkan catatan kelahiranku di Indonesia, aku berusia beberapa tahun lebih muda. Sebenarnya Papa sedikit terlambat mengurus administrasinya dikarenakan saat itu tengah masa genting di Indonesia jadi beliau menundanya dan memilih memboyong kami ke Singapura.

Jadilah kami tinggal di Singapura selama dua tahun lalu kembali lagi ke Indonesia dan Papa akhirnya mencatatkan kelahiranku karena sebenarnya ia juga tidak ingin berganti kewarganegaraan.

Hari ini lumayan spesial bagiku. Dini hari tadi Patricia dan Anna mengucapkan selamat ulang tahun melalui Skype. Lalu saat di kampus, beberapa temanku memberikan kejutan dengan dua puluh satu cupcakes yang tersusun dengan cantik. Setelah itu sorenya aku mengajak makan beberapa teman dekatku di kampus dan beberapa teman yang tergabung dpersatuan pelajar Indonesia.

Hanya satu yang tidak memberiku ucapan, siapa lagi kalau bukan Stefanus Arkaditya Tanaja. Entahlah mungkin ia sedang asyik bermain Casino di Macau sehingga melupakan hari ulang tahunku.

Bahkan Daniel pun memberiku ucapan selamat ulang tahun dan menghubungiku via Facetime meskipun aku sedikit kikuk menjawabnya.

Aku memasuki flatku saat jam menunjukkan pukul lima sore. Cuaca di bulan November mulai terasa dingin karena sebentar lagi akan memasuki Winter.

Aku melepaskan Trench coat burgundy yang ku kenakan untuk melapisi Sweater dengan warna senada. Hari ini aku mengenakan tiga lapis pakaian. Kemeja, sweater, dan trench coat. Ditambah scarf yang melilit leherku.

Aku segera membersihkan diri dan setelah itu aku menenggelamkan diri di ranjangku yang empuk dan hangat sambil menahan rasa kecewa.

"Temui aku di Oddesey Restaurant dekat River Themes"

"Masih berani mengirimiku pesan setelah menghilang sekian lama?"

"Cepat kemari, aku sudah lapar. Sebenarnya aku tadi ke flatmu tapi aku tidak bisa masuk karena tidak memiliki acces card"

Dengan sedikit kesal aku kembali mengenakan celana legging, dress berwarna cokelat muda yang berlengan panjang. Lalu aku mengenakan cardigan dan coat serta melilitkan scarf di leherku. Aku juga mengenakan sepatu boots yang dapat melindungi kakiku dari udara musim  dingin.

Aku memilih menggunakan Uber agar lebih cepat sampai ke tempat dimana Arka berada.

Aku melihatnya. Arka mengenakan celana Jeans berwarna biru gelap, kemeja putih dengan tepian kancing berwarna hitam, jas slim-fit berwarna senada dengan celananya. Biasanya ia mengenakan jas slim-fit jika ada pekerjaan diluar jam kantor atau acara yang tidak terlalu formal. Dan Coat yang merupakan keluaran Burberry.

"Hai" Sapanya ketika aku sudah berdiri di hadapannya.

Kini kami berada tepat disamping tembok besar yang membatasi antara daratan dan sungai Themes.

"Aku kesal sekali denganmu!" Balasku langsung sambil melepaskan rangkulannya.

"Aku tahu. Tapi buktinya aku datang, kan?" Jawabnya yang masih bersikeras memelukku.

"Kamu datang tapi telat. Semua orang sudah mengucapkan selamat ulang tahun kecuali kamu!"

"Aku minta maaf, tapi aku punya penjelasannya untuk masalah itu"

"Terserah apa katamu saja! Pekerjaanmu memang lebih penting dariku. Pekerjaanmu bisa mendatangkan uang yang banyak sedangkan aku hanya bisa merepotkanmu" Ujarku yang sudah terisak dipelukannya.

Ain't You Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang