"Cepat jelaskan, jangan hanya berbaring saja" Gerutuku pada Arka yang sudah berbaring dipangkuanku.Ya, dipangkuanku. Setelah medapatkan persetujuanku untuk menjelaskan sambil berbaring, ia langsung merebahkan diri dipangkuanku.
Dan sekarang aku bisa menatap wajah Arka yang setengah tertidur dengan puas karena jika aku menundukkan kepala maka aku akan dihadiahi wajah damainya.
"Mereka mewawancaraiku minggu lalu dan sepertinya majalahnya baru terbit Senin kemarin. Semuanya benar termasuk mengenai namamu dan perasaanku"
"Maksudnya?"
"Aku mencintaimu, Tania. Entah sejak kapan. Mungkin sejak aku memakimu di depan kelas, atau bisa juga saat kita menghabiskan waktu bersama dan mungkin juga saat aku melihatmu pertama kali. Yang jelas aku tidak tahu kapan perasaan ini bermula" Ujarnya panjang lebar dengan menatapku lurus.
Aku membalas tatapannya dalam diam dan sedikit kesulitan mencerna penuturannya.
"Memangnya kapan kita pertama kali bertemu? kau bilang tiga tahun yang lalu?"
"Kita bertemu pertama kali saat kau mengikuti Summer School dari kampusku dan aku adalah Student Guide mu saat itu."
"Aku lupa, sudah lama sekali. Yang aku ingat saat itu Student Guide ku adalah seorang Afrika"
"Aku maklum, kau kan pelupa. Dia temanku yang bertugas menggantikanku karena saat itu bertepatan dengan minggu ujian tugas akhirku"
"Lalu apa maksudnya kau membeberkan mengenai diriku?"
"Aku hanya menjawab pertanyaan mereka"
"Kau tidak salah minum obat kan waktu itu?"
"Aku mencintaimu" Ujarnya dengan tersenyum.
"Aku tidak menanyakan hal itu, bodoh" Gerutuku sambil mencubit hidungnya. Aku ingin sekali mencakar wajahnya untuk meluapkan kekesalan namun saat ini aku masih waras.
"Apalagi yang ingin kau tanyakan?" Gumamnya sambil mengalihkan tanganku ke kepalanya dan menggerakan tanganku seakan mengusap kepalanya.
"Kenapa kau mencintaiku?" Tanyaku pada akhirnya.
"Aku juga tidak tahu kenapa. Aku bahagia saat kita menghabiskan waktu bersama termasuk saat kau mendebatku untuk hal yang tidak penting"
"Kalau aku tidak mencintaimu, kau mau apa?" Tanyaku yang masih mengusap lembut kepala Arka. Ku lihat ia memejamkan matanya meskipun senyumnya masih tercetak jelas.
"Aku tidak akan melakukan apa-apa"
"Tidak ingin berjuang untuk mendapatkan cintaku?" Tanyaku dengan nada geli dan dibalas kekehan olehnya.
"Untuk apa ku perjuangkan jika ia sudah menolak diawal?"
"Kau tidak menyukai penolakan?"
"Aku hanya tidak menyukai paksaan" Gumamnya lemah.
"Tapi kau sering memaksaku" Cebikku tak terima mendengar jawabannya.
"Aku senang saja menjahilimu. Rasanya aku akan mati kalau tidak berdebat denganmu"
"Halah mulut buaya, buktinya kau bisa tidak mengabariku sampai hampir satu minggu lamanya" Jawabku sambil mencubit pipinya dan dibalas dengan gigitan ditanganku.
"Tapi aku selalu kembali kepadamu, bukan? Buktinya tiap akhir pekan aku selalu mendekam di apartemenmu" Jawabnya sambil bangun dari posisinya.
Ia duduk disampingku dan mengarahkanku untuk duduk berhadapan dengannya. Tangannya menggenggam tanganku dan mengusap bekas gigitannya karena ulah jahilku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ain't You Love Me?
RomansaKala hidup memberimu pilihan antara berjuang mendapatkan ia yang selama ini kau perjuangkan atau memilih menghabiskan sisa usia bersama sosok baru yang menawarkan kebahagiaan. "Aku memang mencintaimu, namun aku tidak ingin berjuang sendirian." -Nat...