THE DINNER

106 5 2
                                    

Lucian menatap rumah keluarga Santoso dengan enggan. Jika bukan karena Rosalina dan Philip yang memaksanya kesini, Ia sendiri takkan menginjakkan kakinya disini.
Lucian melirik Alex yang terlihat sangat tampan dengan kemeja biru tua dengan celana hitam yang memberikan kesan maskulin pada pria itu.
Sementara Lucian, Ia mengenakan
Kemeja putih dengan celana hitam, yang membuat pria tampan itu semakin mempesona dan menguarkan aura maskulin.

Somehow; jauh di lubuk hati Lucian, Ia penasaran bagaimana seorang Luciana yang akan dijodohkan dengannya.
Apakah mirip dengan Gabriella-nya?
Jelas tidak. Bagi Lucian, tidak ada wanita yang akan menyamai Gabriella-nya. Tidak akan pernah.

********

Alex sedikit gusar malam ini. Ia bingung bagaimana harus bersikap pada Lily dan Lucy nanti.
Sungguh, masalah ini semakin membuatnya bingung.
Padahal malam ini, Alex berencana memberitahu kepada keluarga Wijaya dan Santoso agar membatalkan perjodohan itu dan segera membuat pernikahan antara Lucy dengan dirinya.
Lagi-lagi setiap Alex memikirkan hal itu, sosok Lily membayangi pikirannya tentang Bagaimana ekspresi gadis itu ketika memintanya untuk tinggal. Tapi apakah Lily sadar akan permintaannya itu? Semakin Lily bertahan disamping Alex, luka di hati Lily akan semakin besar. Karena pada dasarnya,Alex tidak pernah sekalipun mencintai Lily, dan pernikahan ini dilakukan hanya karena paksaan orang tua.

Lily sadar. Sangat sadar.
Terkadang karena terlalu mencintai seseorang, hingga sulit melepaskan.
Lily sendiri masih sangat sedih mengingat percakapannya dengan Alex ketika pria itu menjemputnya karena mobilnya mogok.
Pria itu tidak menjawab.
Apakah Alex memiliki niat untuk membatalkan perjodohan ini? Pikir Lily.
Lily berharap tidak. Ia percaya suatu hari nanti Alex akan mencintainya, sebesar Ia mencintai pria itu.

*******

"Apa kabar, Jeng Rosa?" Tanya Delianne antusias.

Rosalina tertawa ringan.
"Baik,Jeng. Mana Luciana? Katanya dia baru balik dari London ya?"

Delianne tersenyum kecil dan mengangguk.
"Iya. Anak itu baru pulang. Sebentar lagi dia akan bergabung dengan kita, Mari semua, silahkan duduk."

Mereka semua pun duduk pada tempatnya masing-masing.

Lucian menatap gadis yang duduk di seberangnya. Cukup cantik.
Dress coklat krem polos, rambut hitam sebahu yang digerai, serta kulitnya yang putih merona.
Lucian menduga nama gadis ini adalah Liliana. Kenapa Ia bisa menduga seperti itu? Karena Ia dan Alex duduk bersampingan, yang semakin memperkuat dugaanya itu.

"Selamat malam, tante."

Rosalina yang tengah berbicara dengan Delianne segera berbalik.
"Lucy! Malam juga sayang." Katanya dan mengecup pipi kanan-kiri Lucy.

Lucy terkekeh ringan dan tersenyum.

Sementara Lucian tertegun.
Gadis ini... sepertinya pernah kulihat ya.. tapi dimana? Batin Lucian dan menatap tajam Lucy.

Ah! Tiba-tiba Ia ingat. Lucy adalah gadis yang menabraknya di Sky hari itu dan muntah di kemejanya.
Rahang Lucian mengeras.
Sial.
Apakah ini sosok perempuan yang akan dijodohkan dengannya?
Di mata Lucian, dari luar mungkin Lucy seperti gadis baik-baik, alim, ramah, pintar dan bertanggung jawab.
Nyatanya, Lucy adalah gadis pemabuk, dan masih terpatri di kepala Lucian, bahwa saat itu Lucy juga bersama seorang pria.
Hah! Bagaimana kalau Lucy bukan perawan lagi?
Tanpa sadar, Lucian berdecih yang membuat semua orang di ruangan itu melihatnya.

Menutupi rasa terkejutnya karena ditatapi seperti itu, Lucian hanya menatap semua orang datar dan bersikap seakan tidak terjadi apa-apa.

Beginikah orang yang akan dijodohkan denganku? Pikir Lucy kesal saat melihat Lucian. Ia sadar bahwa pria itu terus menatapnya dengan tajam yang membuatnya agak risih.

"Oh ya, ini Luciano, putra sulung tante." Kata Rosalina dan memperkenalkan putranya. Rosalina tahu betapa tidak inginnya putranya itu untuk berada disini. Segera Ia memberikan isyarat pada Lucian agar memberi salam perkenalan pada Lucy.

Lucian menatap sinis Ibunya, lalu berdiri dan memaksakan seulas senyum tipis serta mengulurkan tangannya.
"Lucian." Katanya dingin.

Lucy membalas uluran tangan pria itu dan menatap pria itu lebih dingin lagi.
"Lucy." Katanya tak kalah dingin.

Secepat kilat, mereka menarik uluran tangan masing-masing.
Dasar pria menjengkelkan,pikir Lucy. Lo kira gue mau menikah dengan elo?

"Nah, sebenarnya Lucy, papa, mama dan Paman Philip serta Tante Rosalina setuju untuk saling menjodohkan kalian. Bagaimana, Lucy? Lucian? Kalian menyetujuinya kan?" Tanya Delianne.

Lucy dan Lucian saling menatap lalu membuang muka masing-masing.
Mereka berdua diam, tidak tahu mau bagaimana.
Hingga akhirnya, Lucy pun angkat bicara.
"Ma, Boleh tidak Lucian dan Lucy saling berbicara dulu?"

Delianne segera mengangguk.
"Tentu saja, sayang."

Lucian menatap Lucy heran.
Apa yang ingin gadis ini bicarakan?
Sesaat Lucian melihat isyarat dari Lucy agar mengikuti gadis itu.
Lucian menatapnya malas dan mengikuti arah Lucy pergi.

********

"Lo mau ngomongin apa sih?" Tanya Lucian malas.

"Gue mau lo batalin perjodohan ini," kata Lucy tegas.

Lucian berdecak kesal.
"Itu tidak mungkin. Gue gak bisa. Bokap-nyokap gue terlalu sulit untuk ditentang."

Lucy menghela napas.
"Gue juga tidak bisa. Oke, kita setujui perjodohan ini. Tapi pernikahan kita ini kontrak."

Lucian mengernyitkan dahinya dan mengangkat sebelah alisnya.
"Kontrak? Apa maksudmu?"

Mendadak Lucy bingung bagaimana menjelaskannya. Ayolah, Lucy tahu bahwa Lucian adalah seorang CEO. Masa seorang CEO tdk pernah denger kata kontrak sih?
"Maksudku, kita menjalani pernikahan kita selama 3 bulan lalu cerai. Bagaimana? Aku tahu kau bukan orang yang suka untuk terikat, Lucian. Dan kita bisa kembali ke hidup kita yang dulu."

Dalam hati, Lucian mengakui bahwa perkataan Lucy ada benarnya. Lucian menatap Lucy penuh selidik. Ia baru sadar betapa cantiknya seorang Lucy. Rambut coklat tua bergelombang, kulit putih pucat, bibir tipis dan hidung yang mancung.
Mengingatkannya akan Gabriella-nya.
Namun,tiba-tiba ada ego yang muncul di hati Lucian. Harusnya dia-lah yang menceraikan Lucy, bukan sebaliknya.
Dan entah kenapa separuh dari hati es Lucian, ingin mengenal Lucy lebih dalam lagi.
Lagian, setelah Lucian puas mempermainkan Lucy, mungkin Ia akan melepas gadis itu.
Dan, jelas Lucian masih dendam pada Lucy mengenai jasnya yang kena muntahan hari itu.

"Lupakan niat lo untuk melakukan kontrak itu, Lucy. Karena gue menyetujui pernikahan ini, dan gue tidak akan pernah melepas lo begitu saja." Bisik Lucian yang entah kenapa membuat tubuh Lucy mematung dan menahan napasnya.

"Kita membuat mereka lama menunggu. Ayo." Kata Lucian dan menautkan jari-jari mereka lalu menggenggam tangan gadis itu untuk mengajaknya pergi.

********

"Jadi bagaimana?"

Lucy dan Lucian saling menatap satu sama lain lalu bergumam,
"Kami setuju untuk melakukan perjodohan ini."

Delianne dan Rosalina terpekik girang.
"Bagus. Berarti minggu depan lagi, kalian menikah ya."

"APA?! Ma! Kami baru saja bertemu! Masa langsung nikah gitu aja sih! Aku mana kenal dia!" Seru Lucy kesal pada Delianne.

Delianne mengibaskan tangannya.
"Kalian kan bisa saling mengenal lagi setelah pernikahan." Jawabnya acuh.
"Ah! Kita lupa makan malam, jadinya. Ayo, semua makan dulu!"

*********

IF ONLYWhere stories live. Discover now