Alex mengemudikan mobilnya dengan perasaan tidak menentu.
Jika bisa, Ia sangat ingin membanting setir mobil di saat ini juga, namun tidak mungkin Ia melakukan itu. Bisa-bisa Ia kecelakaan.Yang jelas, saat ini, rumah bukanlah tujuannya. Entah kenapa Ia berpikir untuk ke bar.
Sebotol rum mungkin dapat membantunya untuk melupakan masalahnya.******
Lucy menatap Lucian yang sedang menyetir dengan tatapan tajam.
"Kenapa sih, lo bela-belain ngantar gue?" Tanya Lucy sinis.
Bagaimanapun, Ia merasa terhina karena Lucian mencium bibirnya.
Oh shit,pikir Lucy sedih.
Ia benar-benar merasa jijik pada dirinya sendiri, terlebih lagi, Ia merasa kecewa kepada dirinya sendiri,karena tidak dapat menjaga tubuhnya untuk Alex.Lucian menatap Lucy datar.
"Apa gue salah? Lo adalah calon istri gue, apa kata mertua gue kalau gue gak bisa antar pulang calon istri sendiri?" Balasnya enteng."Jelas lo salah. Pertama, pernikahan itu sebatas perjanjian bisnis. Kedua, ortu gue gak akan peduli. Mau gue pulang sama siapa kek, ortu gue tak akan peduli." Jelas Lucy ketus.
Lucian terkekeh pelan. Tiba-tiba ada ide jahil yang terlintas di pikirannya.
"Kalau gue bilang, gue memang ingin mengantar lo pulang, karena gue khawatir dengan elo, Lo bakal percaya atau tidak?"Sesaat, Lucy merasa lidahnya kelu. Kemudian, Ia tertawa kecil.
"Elo? Khawatir sama gue? Impossible. Jangan bercanda,Lucian." Katanya sinis dan menatap lawan bicaranya dengan dingin."Bagaimana kalau itu semua benar,Lucy? Kalau gue, memang peduli sama lo? Jangan lo kira setelah ciuman kita di apartemen tadi, semua akan kembali seperti biasa. You are mine,Lucy. Remember that." Kata Lucian dengan nada posesif.
Lucy merasa tubuhnya panas-dingin saat mendengar perkataan yang keluar dari mulut Lucian.
Lucy dapat merasakan, detak jantungnya yang tidak karuan karena perkataan Lucian.
"I'm not yours, Lucian. Remember that too. Jangan lupa akan obrolan kita di rumah gue saat itu. Gue masih ingin membuat pernikahan ini kontrak." Kata Lucy tegas.Lucian mengernyitkan keningnya.
"Pernikahan kontrak? Lucy, kita sudah pernah membicarakan ini, dan jawaban gue masih sama, TIDAK.""Kenapa Lucian? Lo dan gue sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini. Bukankah lebih mudah jika kita membuat pernikahan kontrak?" Tanya Lucy heran.
"Kenapa Lucy? Kenapa lo ngeyel banget untuk membuat pernikahan kita itu pernikahan kontrak?"
********
Lily segera menutup pintu kamarnya dan segera menjatuhkan tubuhnya diatas tempat tidur.
Tubuhnya terasa lelah dan ingin sekali ia memejamkan matanya. Meski begitu, matanya sangat susah untuk terpejam dan malahan, Lily menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih bersih.Berbagai hal, kini berputar di kepala Lily.
Kenapa pada akhirnya, aku-lah yang akan tersakiti karena mencintainya begitu dalam? Kapan Mas Alex akan membalas perasaanku? Batinnya sedih. Tak terasa, sebulir asin keluar dari sudut mata Lily. Buru-buru, Lily menghapusnya.Lily tahu, statusnya kini sudah jelas. Sebentar lagi, Ia akan menjadi Nyonya Wijaya. Tapi seiring jelasnya status sosial yang Ia miliki, status hubungan dan perasaan antara dirinya dan Alex semakin tidak jelas. Jauh dari lubuk hatinya, Lily dapat merasakan bahwa Alex mencintai seseorang.
Pikiran Lily mulai mengembara. Tiba-tiba Lily teringat sikap dingin Alex saat mereka selesai sesi foto prewed. Jelas terekam di kepala Lily,bahwa sikap Alex berubah saat pria itu melihat foto prewed kakaknya,Luciana dengan kakak Alex, Luciano.
YOU ARE READING
IF ONLY
RomanceLucy, Lily, Alex dan Lucian. 4 orang yang memiliki kisah rumit nan membingungkan. 4 orang yang saling terjebak dalam suatu hal yang bernama perjodohan, dan tak seorangpun dari mereka yang dapat melepaskan diri dari perjodohan itu. Ada Lucy, yang ter...