THE CONTRACT MARRIAGE (1)

73 4 0
                                    

Lucian berjalan memasuki apartemennya dan langsung merebahkan diri diatas tempat tidur.

Pikirannya melayang, teringat pembicaraanya dengan Lucy.
Jika pernikahan kontrak adalah hal yang diinginkan Lucy, Ia akan memberikannya.
Lucian tidak ingin terlihat sebagai pihak yang terlalu mempertahankan pernikahan ini. Toh, Ia membutuhkan Lucy hanya untuk balas dendamnya pada adiknya, Alexander.
Lucian mendengus remeh. Tidak butuh orang jenius untuk mengetahui bahwa mereka berdua saling mencintai. Lucian sering mengikuti pergerakan ekor mata Alex yang selalu melihat Lucy diam-diam. Belum lagi,saat Lucian bilang bahwa Ia dan Lucy sudah saling mengenal.
Wajah Alex garang sekali.
Apakah Lily sudah mengetahui hal ini? tanya Lucian pada dirinya sendiri. Menurut Lucian belum. Mungkin karena Lily yang terlalu mencintai Alex, sehingga menutupi mata gadis itu.
Cinta itu buta, ingat?
Saking butanya, sampai menutupi semua kebenaran yang terjadi.

Lucian mengambil ponsel yang terletak di nakas samping tempat tidurnya dan mulai menelpon.

"Halo?"

********

Setelah pulang dari Sky, Alex memutuskan untuk pulang ke rumah orangtuanya.

Sesuai dugannya, Philip dan Rosalina jelas sudah tidur.
Dengan berjalan mengendap-ngendap,Alex berjalan ke arah kamarnya dan langsung merebahkan diri diatas tempat tidur.

Lelah.
Itu adalah kata pertama yang muncul di benak Alex.
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya,Alex merasa lelah akan apa yang Ia jalani.

Terlebih lagi, menjalani hubungan dengan mantan kekasihnya yang akan menjadi kakak iparnya sendiri,Luciana Maribella Santoso.

Jauh di lubuk hati Alex, Ia sadar betapa benarnya perkataan Thomas mengenai hubungannya dengan Lucy benar-benar yang tidak jelas.
Apa yang kuekspektasikan dari hubunganku dengan Lucy? Bahwa kami bisa bersatu? Pikir Alex dan terkekeh sinis.
Tidak mungkin. Lucy dan Aku takkan bisa bersatu.

Alex membalikkan tubuhnya dan menutup matanya.
Oke, mungkin gayanya seperti tertidur. Tapi, pikiran Alex melayang entah kemana.

Jadi apa yang kami perjuangkan selama ini?

********

Lucy membuka matanya dan mendapati dirinya masih di kamar. Dengan gerakan linglung, Lucy berjalan kearah kamar mandi dan mencuci mukanya. Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk, menampilkan sosok Lily yang sudah berpakaian rapi.

"Pagi,Mbak. Kok gak turun sarapan? Udh hampir jam 8 ini," sapa Lily dan tersenyum kecil.

Lucy menyengir.
"Kesiangan,Li. Bilangin aja ke papa dan mama aku pasti turun kok."

Lily pun mengangguk dan berjalan keluar dari kamar Lucy.

Kok bisa kesiangan sih gue? Pikir Lucy heran dan secepat kilat membersihkan dirinya.

*********

"Selamat pagi,Ma,Pa." Kata Lucy datar dan memilih tempat untuk duduk disamping Lily.

Alih-alih menjawab sapaan putri sulungnya itu, Delianne malah menatap putrinya itu dengan tatapan kesal.
"Kenapa bisa kesiangan,Lucy? Pasti kamu bergadang lagi kan ngerjain perkerjaan kantor?" Katanya dan menekankam kata 'perkerjaan kantor' seolah-olah menyindir Franklin.

Lucy menggelengkan kepalanya.
"Nggak,kok Ma."

Delianne hanya mengangguk dan menatap kedua putri kembarnya itu dengan intens.
"Semalam, Jeng Rosa cerita sama Mama, kalau dia mau membuat makan malam dengan kita. Bukan kita aja yang diundang. Ada keluarga Soedjono dan keluarga Wilden. Dan lusa adalah acara makan malamnya. Mama berharap, tidak ada lagi yang melarikan diri entah kemana," Jelas Delianne dan menatap Lucy tajam.
Lucy hampir tersedak saat Mamanya itu menyebutkan kata 'melarikan diri entah kemana' dengan nada aneh. Seolah ingin menyindir dirinya.
Menutupi raut keterkejutannya bahkan sampai tersedak, Lucy memasang wajah datar dan menatap Ibunya dingin.
"Tentu kami akan datang." Sahutnya.

IF ONLYWhere stories live. Discover now