JEALOUSY (A)

100 5 3
                                    

Tidak ada yang bisa menghancurkan kebahagiaan Lucy hari ini.
Pipinya selalu bersemu merah setiap mengingat pelukan dan kecupan hangat pria itu. Dan kini, 2 jam telah berlalu, dan Lucy sama sekali belum bisa melupakan hal itu.

Lucy meregangkan bahunya dan melepaskan kacamatanya. Tubuhnya terasa kaku, lantaran duduk di depan komputer terus menerus.

Ah. Sudah pukul 5 tepat.
Sudah seluruh berkas, Ia analisis.
Ekonomi perusahaan semakin bagus, juga makin banyak perusahaan baik multinasional maupun asing mulai menanamkan saham mereka di Santoso Corporation.
Hm, mungkin berita pernikahan kami menjadi salah satu alasan mereka menanamkan saham disini,pikir Lucy.
Hampir setiap website gosip ataupun bisnis membicarakan pernikahan Lucy-Lucian dengan Alex-Lily. Para wartawan menjuluki berita pernikahan mereka berempat dengan, pernikahan bisnis abad 20.
Lucy tersenyum miris. Bahkan semua orang tahu, bahwa pernikahan mereka berempat dilakukan semata-mata hanya untuk bisnis semata.
Menyedihkan rasanya, bahwa tidak ada sedikitpun cinta yang melandasi pernikahan ini.

Lucy teringat. Ia belum menyebarkan undangan yang dibawanya ini pada siapapun.
Tiba-tiba pintu ruangan Lucy terbuka, menampilkan sosok Ollia,sekretarisnya yang datang sambil membawa berkas setumpuk di tangannya.
Ugh,pikir Lucy. Ia tidak yakin sanggup menganalisis berkas apapun lagi. Matanya terlalu lelah untuk menatap segala bentuk tulisan.

"Nona, ini ada beberapa berkas yang harus anda tanda tangani," kata Ollia dan meletakaan setumpuk dokumen di atas meja Lucy.

Dengan cepat, Lucy segera menandatangani semua dokumen dan memberikannya pada Ollia.
"Semua tugas saya, sudah selesai kan,Ollia? Jika ada dokumen lagi, saya akan mengerjakannya besok."

"Sudah tidak ada lagi,Nona. Berkas-berkas tadi, itulah yang keterakhir." Jawab Ollia dan tersenyum sopan.

Lucy menghembuskan nafas lega.
"Oh ya, Ollia. Ada undangan untuk kamu," katanya dan menyodorkan sebuah undangan kepada Ollia.

Undangan apa?, pikir Ollia.
Gadis itu segera membaca cepat. Sesaat, Ia menahan napasnya terkejut.
"Anda akan segera menikah?! Astaga!" Serunya histeris.

Lucy terkekeh pahit. Selain menjadi sekretaris, Ollia dan dirinya juga cukup dekat sebagai seorang teman wanita.
"Yap. Saya sangat mengharapkan kehadiran kamu, Ollia."

"Wow! You will get married with that god-damn-hot-and-gorgeous-businessman! Luciano Valentino Wijaya! Oh dear! How lucky you! Pantasan saja proposal ajakan investasi dan penanaman saham makin banyak. Jujur, saya sendiri tidak dapat membayangkan betapa besarnya profit dan keuntungan Santoso Corporation jika menyatu dengan Wijaya Group!" Seru Ollia penuh semangat.

Kekehan pahit keluar dari mulut Lucy.
Merasa miris bahwa pernikahannya semata-mata hanya untuk profit dan saham perusahaan.
"Wah, ternyata kamu salah satu groupies nya, Lucian ya?" Tanya Lucy.

Ollia hanya nyengir.
"Jangan cemburu ya,Nona. Banyak loh, pegawai wanita disini diam-diam menyimpan affair pada Tuan Luciano."

Lucy hanya tersenyum kecut.
Cemburu? Lucy mendengus. Ia takkan pernah cemburu. Apalagi cemburu tentang Lucian? Secuil perasaan tak pernah Ia miliki untuk pria itu.
Biarpun Lucian takkan menceraikannya, Ia akan tetap berusaha agar bisa lepas dari cengkraman pria yang di mata Lucy mirip seperti iblis.

"Ah. Saya terlalu berbicara panjang lebar. Saya permisi,Nona." Kata Ollia sopan dan meninggalkan Lucy di dalam ruangannya.

********

Lucy berjalan memasuki mobilnya dan menutup pintu mobil. Gadis itu langsung mengambil ponsel di saku roknya, dan mulai menelepon.

"Ada apa,Lu? Tumben lo nelpon gue?" Tanya Tommy heran.

IF ONLYWhere stories live. Discover now