Selamat Datang, Ginan

12K 873 160
                                    

Bandara Soekarno-Hatta, 12 Desember 2012 pukul 4 sore waktu setempat.

Anak bungsu keluarga Yogaswara itu berhasil keluar dari portal imigrasi. Dia baru kembali ke Indonesia setelah pergi selama 3 tahun untuk studi Master-nya di Belgia. Ya, Ginan menyutujui tawaran beasiswa dari Dosen pembimbingnya 3 tahun lalu tepat di saat dia memutuskan untuk meninggalkan semuanya.

"Mas, dimana?" ucap Ginan saat Mandala menerima panggilannya.

"Iya dik sebentar, mas baru selesai meeting, sabar dulu ya. Jarak kantor mas ke bandara cuma 15 menit kok" jawab Mandala yang terkesan menenangkan dan meyakinan adik satu-satunya itu --- lebih tepatnya keluarga satu-satunya yang ia miliki di dunia ini.

Orang tua mereka telah tiada saat Ginan baru duduk di bangku kuliah. Jadilah Mandala yang merawat adiknya dan menjalankan perusahaan Ayahnya. Beruntung Ginan adalah adik yang sangat mandiri, jadi Mandala tak perlu repot-repot mendiktenya.

"Ya sudah, adik tunggu ya mas. Jangan lama-lama, adik sudah kangen sama mas Mandala" ujar Ginan.

"I miss you too, little brother. And don't leave me again, kamu satu-satunya keluarga mas. Nggak ada lagi kabur-kaburan ke luar negeri, oke?"

"Ya ya ya... Dan jangan pernah mengungkit lagi kejadian itu atau aku akan meninggalkanmu selamanya" ancam Ginan.

"Ha ha ha... Alright my boy, alright. OK see you soon, Ginan"

"Ya..."

Klik...

Telpon pun berakhir. Ginan kembali menarik kopernya. Mata coklat jernihnya menelisik ke seluruh penjuru waiting room bandara dan dia menemukan satu bangku tersisa. Ginan buru-buru menyeret kopernya menuju bangku kosong itu, namun ternyata bukan hanya dia yang mengincar tempat tersisa itu.

Brak...

Tubuh mungilnya menabrak tubuh yang lebih besar dengan hiasan lekuk otot sempurna hingga Ginan sedikit terpental ke belakang.

"Oh maaf, saya tidak tahu kalau anda juga mau duduk di sini" ujar seorang pria bertubuh gempal yang tak sengaja ditabrak Ginan tadi.

"Maaf, saya juga yang salah, harusnya saya melihat sekeliling dulu sebelum duduk di tempat itu" ujar Ginan sambil berusaha berdiri.

"Boleh saya bantu" ucap pria itu sambil menjulurkan tangannya.

"Sure... thank you" jawab Ginan meraih tangan pria itu.

Ginan berhasil berdiri dan tanpa sengaja mata coklatnya bertemu dengan mata hitam meneduhkan milik pria berkemeja rapih itu.

"Oya saya Dipta, Pradipta Soedirapradja"

Ginan tertegun saat dia melihat senyum tulus Dipta. Dunianya seakan berhenti sejenak dan jantungnya mulai bergemuruh riuh.

"Halo, apa anda mendengar saya?" tanya Dipta sambil melambaikan tangannya di depan wajah Ginan.

"I...iya...maaf, saya Ginan, Ginanjar Yogaswara" jawab Ginan terbata-bata dengan wajah merona karena tertangkap basah sedang mengagumi senyum Dipta.

Yogaswara. Ingatan Dipta melayang pada satu nama Mandala Yogaswara --- orang yang telah merebut cinta Dira.

Rahang Dipta sedikit mengeras dan tangannya mulai mengepal kuat, namun sedetik kemudian ia lemaskan kembali. Dipta tidak mau menghakimi Ginan, belum tentu juga kalau pemuda berwajah imut yang berada di hadapannya ini adalah saudara Mandala. Sepengetahuan Dipta, Mandala itu hidup sebatang kara.

"Maaf, apa anda baik-baik saja?" tanya Ginan yang sempat mendapati kemarahan Dipta.

"Oh... saya baik-baik saja. Oya, silahkan Ginan duduk" jawab Dipta sambil mempersilahkan Ginan untuk duduk di kursi yang tersisa itu.

Promise Me, I am the Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang