Klarifikasi

6.3K 604 170
                                    

Rumah Sakit Umum M.H. Thamrin, 10.30 pagi.

Tubuh Mahesa masih terbaring lemah dengan selang infus di tangan kirinya. Tubuhnya kehilangan banyak cairan, namun suhu tubuhnya mulai berangsur turun mendekati normal.

Ginan dengan setia menunggui sahabatnya itu di sisi kanan ranjang. Sedangkan Dipta dan Alvaro duduk di sofa dekat jendela ruang rawat inap ini sambil menonton acara anak-anak kesukaan balita yang kini tengah duduk tenang di pangkuan ayahnya.

"Nan..." panggil Dipta setelah acara favorit Alvaro selesai.

"Ya mas..."

"Mas beliin makan dulu ya?"

"Nggak usah repot-repot mas. Ginan nggak lapar kok."

"Kamu belum sarapan loh."

"Ginan belum pengen makan."

"Mas tahu kamu khawatir sama Mahesa, tapi kalau kamu nggak makan nanti kamu juga ikut sakit. Kan jadi tambah repot nanti nggak ada yang rawat Mahesa." Bujuk Dipta dengan sabarnya.

"Ya sudah kalau gitu, tapi nggak ngerepotin mas Dipta, kan?"

"Nggak lah Nan, mas malah seneng direpotin sama kamu." Jawab Dipta sambil mengerling jahil ke arah Ginan.

"Dasar mas Dipta aneh. Direpotin kok malah seneng," sahut Ginan sambil menggelengkan kepalanya. Dipta hanya terkekeh.

"Al, kamu disini saja ya temanin Ginan nii-chan."

Alvaro menggeleng cepat tanda tak setuju. "Al mau ikut Otou-san."

"Ya sudah kalau gitu sini Otou-san gendong biar cepat sampai kantinnya." Mendengar perintah Dipta, Alvaro langsung mengalungkan tangan ke leher ayahnya. Ginan yang memperhatikan tingkah ayah dan anak itu malah tersenyum. Mas Dipta sangat sayang sama Al.

"Pamit dulu sama Ginan nii-chan," perintah Dipta.

"Al, ikut Otou-san dulu ya Ginan nii-chan." Kata Alvaro sambil meringis lucu. Ginan ikut tersenyum sambil melambaikan tangannya ke arah bocah kecil itu.

"Bentar ya, Nan."

"Iya mas..."

Ginan masih menatap punggung lelaki yang kini telah berani terang-terangan menunjukkan perhatiannya itu hingga menghilang di balik pintu. Pikiran Ginan kembali melayang pada kejadian semalam saat Dipta memeluknya tanpa peringatan. Apa mas Dipta punya perasaan spesial buat gue, ya?

"Mbu..." lirihan Mahesa yang baru sadar dari tidurnya membuat Ginan kembali dari lamunannya.

"Iya Nyet."

"Gue dimana?"

"Lu di rumah sakit. Lu demam, jadi gue sama mas Dipta bawa lu ke rumah sakit M.H. Thamrin tadi pagi."

"Lu semalam kemana? Gue khawatir sama lu, Mbu."

"Gue semalam nginep di apartemennya mas Dipta. Soalnya gue lupa nggak bawa apa-apa pas ngacir dari mobil lu."

"Maaf ya Mbu, gara-gara gue lu jadi kehujanan."

"Ppsstt... Sudahlah Nyet, nggak ada yang salah kok. Gue juga kebawa emosi, harusnya gue sabar nunggu lu yang cerita masalah lu, bukan malah ngedesak lu." Ginan menyunggingkan senyum tipis dan menggenggam tangan kanan Mahesa untuk menenangkannya.

"Maaf juga soal gue yang salah panggil. Pikiran gue kalut, Nan."

"Kinan, ya? Dia siapa sih, Hes? Kok lu nggak pernah cerita apapun sama gue tentang dia?" Ginan memberondong Mahesa dengan pertanyaan yang sejak kemarin malam menggelayuti pikirannya.

Promise Me, I am the Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang