Epilog

9.8K 642 185
                                    

TIGA TAHUN KEMUDIAN.

.
.
.

Ginan baru saja menutup pidatonya setelah sekitar 15 menit berdiri di atas podium. Ia mendapat kesempatan itu karena berhasil meraih predikat sebagai lulusan terbaik Kyoto University.

"Selamat ya, Mbu, atas prestasinya!" sambut Mahesa ketika Ginan menghampirinya.

Panggilan sayang itu masih saja dipakai Mahesa bahkan setelah mereka resmi menjadi sepasang kekasih.

"Makasih ya, Nyet, untuk semuanya," ucap Ginan tulus. Mahesa mengangguk lalu mendaratkan sebuah ciuman di kening Ginan.

"Dasar kalian ini! Jangan bermesraan di depan umum! Itu sangat tidak sopan," cibir Kinara pada sepasang kekasih yang ada di sampingnya.

Tak lama kemudian Profesor Miori Nagasaki datang menghampiri mahasiswa kebanggaannya.

"Ginan-kun, saya ucapkan selamat atas pencapaiannya. Saya sangat bangga telah menjadi pembimbing anda selama 3 tahun ini. Dan saya berpesan, teruslah melakukan inovasi yang bermanfaat untuk kemajuan arsitektur lanskap." Wanita berusia setengah abad itu tak henti-hentinya menepuk pundak Ginan.

"Terima kasih Miori-sensei. Kalau tanpa dukungan dan bimbingan anda, saya tidak akan pernah berdiri di atas podium sana." Ginan menjawab dengan senyuman yang selalu menghiasi bibirnya.

Di acara wisuda itu, hanya Mahesa dan Kinara yang datang memenuhi undangan di dalam aula perguruan tinggi tersebut. Sementara tuan dan nyonya Aoyama menunggu mereka di taman sambil menjaga 3 bocah yang kini sudah memasuki bangku sekolah.

Alvaro sedang asik memakan snack favoritnya, saat Ganesha sedang memandangi ikan Koi berenang ke sana-ke mari. Di samping Ganesha ada Keysha yang sejak tadi berusaha mencuri perhatian kakaknya dengan menarik ujung kemeja bocah yang berusia 2 tahun lebih tua darinya.

"Mas... Kok papa lama, sih?" dumel gadis manis itu pada Ganesha.

Anak lelaki yang 10 cm lebih tinggi darinya itu hanya mengangkat bahunya. Ganesha sendiri juga tidak tahu, mengapa acara orang dewasa itu bisa memakan waktu 4 jam lebih. Ia sendiri sudah merasa bosan berkeliling ke penjuru taman itu.

Nyonya Aoyama menghampiri gadis dengan bibir cemberut itu. "Ada apa Key?" tanyanya.

"Key mau ketemu papa. Kenapa papa lama sekali?" kata Keysha sambil sedikit terisak. Di ekor matanya terdapat setitik air yang siap terjun bebas membasahi pipinya.

"Eh... Keysha jangan menangis ya sayang. Sebentar lagi papa pasti datang ke sini untuk menyusul Keysha." Nyonya Aoyama mencoba membujuk gadis itu.

"Key... Mau Papa, sekarang!" teriak gadis itu dengan raut wajah semakin tak nyaman.

Alvaro yang mendengar teriakan itu lantas menegakkan posisi duduknya. Ia mendengus jengah, karena baginya Keysha hanya bisa menangis dan menangis. 'Dasar cengeng!' gumamnya tak begitu jelas.

Nyonya Aoyama masih sibuk menenangkan Keysha, saat seorang lelaki yang telah lama menghilang itu datang bersama wanita cantik yang menggendong bayi mungil.

Mandala datang bersama Mariska Hendarta yang sibuk membenahi ikatan selempang yang menyangga tubuh putranya dengan nyaman.

Kevin Hendarta Yogaswara. Anak pertama dari pasangan berbahagia Mandala dan Mariska itu terlihat sedang menguap kecil. Bibir mungilnya ia warisi dari sang ibu, sementara mata dan garis wajahnya diwariskan oleh sang ayah.

"Lihat, siapa itu yang datang?!" seru Tuan Aoyama yang membuat 3 bocah di tengah taman itu menoleh padanya--meminta petunjuk lebih lanjut atas ucapan kakeknya.

Promise Me, I am the Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang