"Kamu sedang apa?" Aku tersentak ketika mendengar suara dalam dan sexy bak Christian Grey.
"Eh? Emm..mau ngambil ini" ucapku takut-takut lalu berdiri dan langsung mengambil bungkusan itu dan memegangnya.
Reinald menatapku dengan mata hitam nya seperti panah punya nya Katniss Everdeen, yang kapan saja bisa menusuk ku. Astaga, lebay nya diriku.
"Kenapa diambil?" Tanya Reinald masih tetap dingin dan kaku. Ah, dia memang tidak tau terima kasih! Sudah dua kali aku menenangkannya ketika ia bermimpi saat tidur, tetapi masih saja bersikap dingin denganku. Sepertinya ia di kutuk dengan Elsa, makanya menjadi frozen.
"Karena aku mau." Jawaban itu tiba-tiba saja keluar dari mulutku.
Alis milik Reinald berkerut-kerut mendengar jawabanku yang aneh "letak kan kembali!"
Dengan cepat aku meletakan kembali bungkusan itu dimeja. Kenapa aku seperti di hipnotis?
"Ngapain lagi? Sudah duduk sana" perintah Reinald langsung kuturuti, aku kembali duduk di sofa yang tak jauh dari meja nya itu.
Tunggu..
Tunggu!..
Bukankah aku seperti kucing? Disuruh ini-itu dengan majikan nya mau saja? Aku disamakan dengan Milo, berani nya dia! Lagian kenapa Reinald yang marah-marah? Seharusnya aku dong yang marah! Karena, aku yang dikurung empat jam diruangan ini! Ah, mengapa aku somplak begini!
Aku tidak terima, aku gebrak nakas disamping sofa kuat-kuat, sangat kuat. Satu detik.. Panas. Dua detik.. Semakin panas. Tiga detik.. "HUAAAA!! TANGANKU!!" Allahuakbar, beneran ini sakit banget! Lihat tanganku sekarang mati rasa.
Reinald yang tadinya sibuk menulis setelah mendengar teriakkan ku hampir saja ia tejungkang kebelakang. Hah, aku tidak perduli! Mau dia jatuh dari lantai atas sini kebawah juga tidak apa-apa, monggo. Yang terpenting sekarang tanganku yang memerah, sangat merah! Seperti darah ini sembuh. Pedih sekali.. Nyut-nyutan gimana gitu.
"Kenapa kamu berteriak?!" Reinald menghampiri ku lalu duduk disampingku
"Lihat! Ini salah kamu!" Tuduhku, sambil memperlihatkan telapak tanganku yang membengkak.
"Ck! Kenapa bisa seperti ini?!" Kenapa pria ini malah bertanya? Jelas, Ini salah dia! Siapa suruh dia marah-marah denganku.
Entah kenapa tiba-tiba Reinald bangkit dari sampingku lalu berjalan kearah mejanya seperti menekan nomer di telepon lalu setelah itu berbicara dengan seseorang. Aku tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan pria itu di telepon tersebut karena jarak sofa yang aku duduki ini, dengan meja Reinald lumayan jauh.
Tak lama setelah itu, terdengar bunyi ketukan pintu serta munculah seorang OG memasuki ruangan sambil membawa baskom kecil ditangannya.
"Letakkan saja disitu!" Seru Reinald kepada OG tersebut. Si OG pun meletakkan baskom itu diatas meja, lalu ia keluar dan menghilang di balik pintu. Pastinya OG itu ketakutan melihat aura dingin dan datar milik Reinald aku saja sudah merinding dari tadi.
Reinald berjalan mendekatiku sambil membawa baskom berisikan air yang dibawakan OG tadi. Lalu ia duduk disampingku, menarik tanganku yang membengkak lalu mengompresnya. Sungguh aku masih bingung terhadap perlakuannya tapi manis sih, ah baper kan saya.
"Kenapa kamu baik? Biasanya kamu jahat" sindirku kepada Reinald yang langsung dibalas dengan mata sinis nya.
"Masih untung ditologin" ucapnya pelan.
Mungkin ini saatnya aku menanyakan hal yang sudah beberapa hari ini terus terpikirkan olehku "hmm, Reinald boleh aku bertanya?" Suaraku agak pelan, Reinald menatapku bingung kemudian tampa capek-capek menjawab ia hanya mengangguk. Huh, dasar es.
"Apakah, kita jadi nikah kontak?" Suaraku nyaris hilang tetapi aku tau Reinald mendengarnya. Seketika itu pula Reinald langsung menghentikan aksi mengompres tanganku dan bangkit dari duduknya. Apakah aku salah bertanya?
Reinald kembali duduk dengan membawa sebuah kertas. Wua, perasaan ku mulai tidak enak. Ia menyodorkan kertas itu padaku. "A...apa ini?"
"Tanda tangan lah" suruhnya
"Untuk apa harus"
"Kamu ini banyak bertanya ya, cepat lakukan"
"Beritau dulu ini apa!"
"Surat kontrak"
Aku terdiam sebentar, mencerna perkataan Reinald. Ini Surat kontrak, berarti aku sama Reinald memang beneran akan nikah kontrak dong.
"Jadi beneran kita akan nikah kontrak" sungguh! Aku masih ragu untuk mensetujui ini.
"Tadinya saya sempat lupa, tetapi karena kamu ingatkan dengan bertanya seperti itu, jadinya saya kembali ingat tentang surat ini" jelasnya. Aku menghela nafas gusar, lebih baik tadi aku tidak usah bertanya, supaya dia lupa dan aku tidak jadi nikah deh.
"Cepat tanda tangan" perintahnya, aku masih bingung antara mau dan tidak mau.
"Kamu ini kenapa? Semua kebutuhanmu nanti akan saya jamin. Lagi pula hanya satu tahun saja, pasti bisa" iya itu sih kamu yang bisa pak! Kalau saya? Bagaimana nanti jika saya jatuh cinta sama bapak? Eh, nggak-nggak aku nggak akan jatuh cinta sama bapak-bapak. Ew.
Akhirnya pun aku mendatangai surat sialan itu kemudian Reinald pun juga ikut mendatanganinya. Oh, tuhan salahkan aku jika melakukan ini semua
"Reinald bagaimana jika kedua orang tua kita tau tentang ini?"
"Mereka tidak akan pernah tau jika kita, menjaga rahasia ini baik-baik"
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Beating Heart
Romancesemua berawal dari pertengkaran mereka di sebuah cafe tempat kerja Reina. Hanya karena secangkir hot chocolate bisa berdampak besar untuk seorang Reina. seiring berjalanya waktu, mereka selalu dipertemukan dan membuat keduanya menjadi penasaran. sam...