Mulmed : Omi – Hula Hoop
"If this is reality, I'm not interested"
***
"AKHH!!!" teriakku sekencang–kencangnya kemudian mendekap mulutku dengan punggung tanganku. Mataku seakan ingin keluar sekarang.Bibirku sudah tidak perawan lagii!! Dan itu semua karena si Om!! Aku tidak menyangka jika Reinald melakukan ini kepadaku.
"DASARR MESUMM!!" teriakku lagi, kini aku sudah berdiri menghadap Reinald sambil mengelap bibirku kasar dengan tissue yang kuambil dari tasku.
"Jangan berteriak!!" Bentak Reianald menatapku garang tetapi aku tidak takut lagi dengan tatapan garangnya itu, bayangkan dia sudah mencuri ciuman pertamaku yang sudah kujaga selama 22 tahun ini untuk suamiku kelak tetapi ini? Akhh!!
"Heh Om tua! apa kamu itu tidak sadar sudah mencuri ciuman pertamaku?! Kamu itu penggangu hidupku ! Semenjak aku kenal kamu, hidupku jauh dari kata damai dan tentram! Dan aku nyesel udah tandatangani surat kontrak sialan itu! Pokoknya sekarang fix aku tidak akan setuju dengan ide gilamu itu! Dan kita tidak akan pernah menikah!!"
Setelah mengeluarkan semua unek–unek yang menjanggal dihatiku aku langsung keluar dari ruangan Reinald dengan perasaan kesal dan juga kecewa. Saat memasuki lift tak lama air mataku jatuh, astaga untuk apa aku menagis? Efek baper ya begini. Ini untuk kedua kalinya aku menagis didalam lift semua ini pun gara–gara Reinald.
"Ibu, baik–baik saja" aku terdiam sejenak saat mendengar suara fimilier tersebut. Ingin ku menoleh tetapi tidak mungkin, wajahku sedang kacau sekarang.
Aku merasa de javu, menangis didalam lift dan mendengar suara cowok yang berkata formal, lagi–lagi memanggilku 'ibu' dia kira aku sudah tua?
Ting.
Lift terbuka, betapa terkejutnya aku saat tanganku langsung disambar lalu ditarik kuat oleh Reinald yang entah sejak kapan sudah sampai dibawah sini. Oh aku sungguh lupa jika dia memiliki lift pribadi. Dia menarikku keluar gedung namun, belum sampai diluar aku menyentak tanganku sehingga terlepas dari cekalan Reinald. Kami pun berhenti dan hal yang sangat memalukan saat ini para karyawan mencuri–curi pandang kearah ku dan Reinald.
"Kamu mau bawa aku kemana?!" Tanyaku pada Reinald.
Reinald nampak frustasi sambil mengusap wajahnya dengan telapak tangan nya. Namun tanpa kuduga ia berlutut secara tiba–tiba dihadapanku membuatku kaget setengah mati. Mau apa dia?
"Kamu ngapain?! Ngga malu dilihat sama bawahanmu!?" Tegurku, namun yang dasarnya om–om gilak dia malah mengambil tangan kananku lalu menggenggam nya. Aku menegang saat ia mengambil sesuatu didalam saku kemejanya. Sebuah kotak bludru berwarna biru berbentuk hati. Aku tertegun melihatnya membuka kotak tersebut perlahan, dan terlihatlah sebuah cincin yang sangat.. Oh Ya Tuhan! Sangat indah dan cantik!
Aku sampai terbengong melihat cincin nan indah tersebut, namun kembali tersadar saat Reinald mulai mengatakan hal yang tidak mungkin terjadi
"Reina Vahriza menikahlah denganku"
Aku mendengar sorakan pelan dari karyawan–karyawan yang sedari tadi menonton sedangkan aku sendiri sudah lemas. Kakiku terasa seperti jelly. Reinald melamarku! Oh Yaampun! kuulangi melamarku! Ditegah–tengah karyawan nya! Apakah ini mimpi? Tolong bangunkan aku kalau begitu.
"Apa ini mimpi?" Bisikku dengan wajah yang masih menyiratkan ketidak percayaan.
"Tidak ini sungguhan" balasnya juga dengan bisikan. Ini tidak bisa dipercaya!
"Tanpa kontrak?" Kali ini kukecilkan lagi suaraku
"Tanpa kontrak."
Aku terdiam memikirkan bagaimana kedepannya jika aku menerima lamaran ini.
"Apa kamu serius dengan ini?" Tanyaku mencoba meyakinkan nya.
Reinald menganguk mantap "kita akan menikah sungguhan. Tanpa kontrak." Katanya dengan penuh tekad, tetapi walaupun begitu, masih tersirat rasa tidak percaya dihatiku.
"Aku..."
***
"Akhirnya!! Terimakasih Ya Allah, kalau begitu kita mulai akad nikahnya 3 hari lagi" ujar Mama dan Tante Wiwit.
"3 HARI?!" sentakku. Mama tidak tanggung–tanggung jika menentukan hari. Ya, seperti dugaan kalian aku menerima lamaran Reinald yang sangat memalukan itu. Mau ku taruh dimana mukaku? Seluruh karyawan Reinald menonton adegan tadi!
"Tidak ada penolakan lagi Reina sayang, kemarin pertunangan sudah ditunda sekarang pernikahan tidak lagi"
"Memangnya cukup waktunya Ma?"
"Cukup kok. Kita akan melakukannya di Bandung rumah Nenek kamu Rei, dan kita hanya mengundang keluarga dan teman dekat saja. Nanti jika resepsi, kamu dengan Reinald saja yang menentukan. Terserah kalian. Tapi kita harus fokuskan akad nikahnya dulu ya" jelas Tante Wiwit.
Aku hanya bisa mengendus pasrah, biarlah mereka yang mengurusnya. Kepalaku jadi pening karena Reinald tiba–tiba saja melamarku. Bagaiman nanti dipertengahan rumah tanggaku ada cekcok? Yah, walaupun pasti ada masalah disetiap rumah tangga tetapi, aku dan Reinald menikah tanpa ada dasar cinta. Aku selalu takut jika memikirnya kedepannya seperti apa.
Kuatkan Reina YaAllah..
***
Halo! Lama sekali yaa update nya..
Hihihi tak apa lah ya..Jengjengg..
Reinald dan Reina nggak jadi nikah kontrak!
Seneng? Ngga? Yaudaa
Mau tau mengapa Reinald malah merubah pikiranya?Tungguin aja terus lanjutanya. Okayy;))
Terimakasih♥
Enjoy

KAMU SEDANG MEMBACA
Beating Heart
Romancesemua berawal dari pertengkaran mereka di sebuah cafe tempat kerja Reina. Hanya karena secangkir hot chocolate bisa berdampak besar untuk seorang Reina. seiring berjalanya waktu, mereka selalu dipertemukan dan membuat keduanya menjadi penasaran. sam...