Blitz dari kamera Al membuyarkan pandangan di sekitar hutan sementara. Kebiasaan Al setiap Minggu pagi, ia akan keluar rumah dan memilih sendiri dengan kamera menggantung di lehernya. Spot favoritnya adalah salah satu perbukitan mini yang ada di dekat perbatasan hutan dengan desa sebelah Godric's Hollow.
Pagi ini, Al ingin mencari objek baru lain seperti biasanya. Ia ingin mengambil gambar hewan-hewan hutan yang sekiranya muncul di depannya nanti. "Semoga paling tidak aku bisa dapat satu gambar burung saja," pintanya sepanjang jalan setapak menuju hutan.
Sinar blitz selanjutnya tidak begitu kuat. Al mengaturnya sesuai kebutuhan cahaya yang ada di sekelilingnya. Mencari moment dan objek yang tepat.
"Akhirnya.. kau datang juga, tenanglah makhluk kecil!"
Al menemukan seekor tupai hutan yang berdiam diri di dekat pohon dengan sebuah makanan di tangannya. Beberapa teknik fotografi sedikit banyak ia kuasai melalui buku yang diberikan ayahnya. Cukup dengan membaca, Al sudah mampu mengoperasikan kamera bermoncong cukup panjang hadiah ulang tahunnya ke empat belas dari ayahnya.
Crek.. crek..!!
Wuss!!
Dua suara berlain sumber beradu jadi satu. Tertuju pada objek yang sama yaitu si tupai.
"Sial! Cahaya apa tadi?" pekik suara lain yang Al kenal siapa pemilik suara itu.
"Busur siapa itu?"
Busur, bukannya gambar tupai yang Al dapat, melainkan busur panah yang menancap di pohon tepat tupai itu berada sebelumnya. Sialnya,tupai itu sudah lari menjauh.
"Kau?"
"Kau?" Al mendekat pada sosok gadis dengan busur di tangan dan mencangklong sekantung anak panah di bahunya.
Gadis itu tetangganya sendiri.
Al menujuk bergantian antara busur yang menancap di pohon dengan kehadiran dirinya, "itu anak panahmu? Tak sengaja terambil gambar," tutur Al merasa tak enak.
"Tupai tadi buruanmu?" tanya Al lagi.
Masih tak ada sahutan dari si gadis. Dia hanya menatap Al dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Maaf kalau aku mengacaukan buruanmu karena sinar kameraku tadi."
Sejenak tak ada pertanyaan lain dari Al, sudah saatnya ia diam menunggu jawaban dari tetangga barunya itu. "Ya, kau mengacaukan buruanku. Aku sudah hampir satu jam di sini dan baru menemukan tupai itu di hutan ini.Tapi.. aku gagal," ucapnya.
"Maafkan aku," sahut Al menyesal.
"Tak apa, mungkin aku juga belum menguasai medan hutan ini," ia menyandarkan busur dan anak panah dari bahunya ke sisi sebuah pohon besar. "Hutan ini terlalu kecil," sambungnya.
Al terhenyak mendengar pendapat gadis itu, hutan ini terlalu kecil? Apa dia sudah gila? Aku saja pernah tersesat di dalam hutan ini, batin Al.
"Pasti kau hobi sekali, ya, berburu? Kau tampak cekatan membawa busur panah itu," Al ikut duduk di sebelah kanannya. Mereka saling diam. Takut memulai percakapan terlebih dahulu. Sifatnya yang paling ia tak suka.
"Ya," jawabnya singkat. "Panah ini senjata andalan pertamaku sejak kecil."
"Wow!" kata Al singkat. "Aku juga pernah belajar memanah, tapi bukan panah seperti itu. Crossbow. Sistemnya sama dengan panah meski terkesan seperti pistol. Tinggal arahkan ke sasaran dan tarik pelatuknya. Wuss!" terang Al dengan tangannya bergaya sok mempraktekkan cara membidik.
Gadis itu sampai tertawa melihat tingkah lucu Al dengan gerakan tangannya yang unik. "Kau lucu aa-"
"Al," tangannya mengulur ingin berjabat tangan, "Albus Potter,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Under the Willow (Fanfic Crossover Harry Potter x The Hunger Games)
FanfictionKeluarga Mellark pindah ke Inggris dan menetap di Godric's Hollow, tepat di samping rumah keluarga Potter. Prim, anak gadis tertua keluarga Mellark merasa orang tuanya pengecut karena kabur demi menjauhi Hunger Games. Prim tak suka dengan sikap peng...