Sore itu Prim kembali berbeda. Matanya sembab saat menarik kursi di ruang makan. Peeta mengamati putrinya itu dengan tatapan penuh tanya. Sayangnya, Peeta tak cukup nekat untuk langsung memberondong pertanyaan tajam. "Biar Katniss yang urus. Mungkin Prim bisa lebih terbuka dengan ibunya," batin Peeta.
"Kabarnya, hari ini Mr. Potter dan keluarganya sudah kembali, ya?" tanya Peeta tiba-tiba. Setangkup roti isi diletakkan Katniss di piringnya.
Katniss mengangkat pundaknya, "tak tahu. Kelihatannya mereka belum ada di rumahnya. Seingatku sih, Mrs. Potter bilang kalau mereka akan kembali sekitar—" Katniss melihat ke arah kalender meja, "dua hari lagi, ya dua hari lagi, bukan sekarang. Benar, kan, Prim? Al mengatakannya juga padamu? Prim? Prim?" Katniss memanggil-manggil Prim berulang kali namun tak ada respon.
Baru di sadari, ternyata wajah Prim tampak berantakan sekali. "Kau tak apa, sweetheart? Kau seperti vampir kehabisan darah, wajahmu kacau sekali," ungkap Katniss khawatir.
"Aku seperti tak enak badan, Mom. Hanya butuh istirahat sebentar," Prim bohong.
"Istirahatlah, nanti Mom buatkan bubur untukmu," tawar Katniss diikuti anggukan lemah Prim.
Prim memilih keluar dari ruang makan dan mengambil buku yang beberapa hari lalu ia pinjam dari Lily. Buku yang membuka tabir rahasia di mana tempatnya saat ini tinggal, rahasia tentang kemasyuran tetangga terdekat mereka tentang sejarah masa lalu mereka, bahkan jati diri Al, orang yang sangat ia cintai.
Setapak menuju batas pemisah antara kediaman Potter dan Mellark, Prim menghentikan langkahnya. Menatap rimbunan tanaman rambat milik keluarga Potter yang menutupi pagar kayu halaman belakang rumahnya. Tangan Prim meraih satu batang kayu yang paling terlihat berbeda dari pagar, memutarnya searah jarum jam dan.. terbukalah lubang seluas tubuh orang dewasa di hadapannya. Dari lubang itu pula, tampak halaman belakang rumah keluarga Potter yang hijau dan asri. Sepi. Karena memang tak ada penghuninya.
Dengan masih membawa buku itu, Prim mengendap-endap keluar melewati lubang. Perlahan, kepalanya terbebas dahulu diikuti tubuh dan kedua kakinya.
Cepat, Prim sudah berada di halaman rumah Al.
Memang tak ada orang di sana. Pintu terkunci dan gorden pun tampak tertutup dari balik kaca jendela. "Aku tak percaya kalau keluarga ini adalah penyihir. Bahkan keluarga penyihir terkenal seantero Inggris bahkan negara lain pun pasti juga mengenal mereka," Prim mengamati sekeliling halaman, tak ada ubahnya halaman belakang rumah pada umumnya.
Bummm..!!
Badan Prim hampir saja limbung saat suara dentuman keras itu terdengar. Tanah di sekitarnya berguncang pelan. Seperti ada sentakan keras di dalam. Suara teriakan lantas ikut terdengar silih berganti di area jalan Godric's Hollow.
"Berikan mantra-mantra pada rumah para Muggle!" teriak seseorang di luar. Prim mendengar kata itu lagi. "Muggle, itu aku!" ujarnya.
Saling bersautan suara-suara lecutan, dentuman, dan tembakan bercampur jadi satu. Tak sedikit pula suara teriakan dan langkah orang-orang yang berlarian. "Ada apa ini?" tanya Prim ketakutan.
Di beberapa sudut desa, kilauan cahaya berwarna warni tampak meluncur terbang dengan bebasnya lantas menyebar membentuk setengah lingkaran menyelubungi area-area di bawahnya.
"Rumahku?" Prim melihat ada cahaya berwarna putih kebiruan mulai menutupi area rumahnya. "Mom, Dad, dan Rye masih di sana. Aku har—"
Busss!!!
"Suara apa lagi itu? Dari dalam rumah Al?" Prim mengamati apa yang terjadi di dalam tanpa melangkahkan kaki sedikitpun itu mendekat. Prim masih takut. Ini adalah hal asing yang baru pertama ia lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under the Willow (Fanfic Crossover Harry Potter x The Hunger Games)
FanfictionKeluarga Mellark pindah ke Inggris dan menetap di Godric's Hollow, tepat di samping rumah keluarga Potter. Prim, anak gadis tertua keluarga Mellark merasa orang tuanya pengecut karena kabur demi menjauhi Hunger Games. Prim tak suka dengan sikap peng...