Dua kali Al dan Prim dibuat kacau dengan perasaan masing-masing. Sejak awal bertemu, Prim memang tak menaruh perhatian spesial pada Al yang tiba-tiba muncul di depan rumahnya dengan tripod di tangannya. Pertemuan yang aneh.
Bagi Prim, Al hanyalah laki-laki biasa seumurannya yang.. nyaman untuk diajak saling berbagi.
"Prim, bagaimana dengan sekolahmu? Apa kau sudah menemukan sekolah yang pas?" tanya Peeta saat sarapan.
Prim menggeleng, "belum Dad. Aku sudah bertanya pada Al, tapi dia bilang kalau sekolah di sekitar sini lumayan jauh, ada di luar desa," kata Prim dengan mulut penuh dengan sandwich.
"Al sendiri sekolah di mana?" tanya Katniss, "kau sudah bertanya padanya?" Pagi ini, Katniss tampak cantik dengan dress polos berwarna biru cerah.
"Al dan saudara-saudaranya sekolah asrama. Letaknya jauh dari di sini. Bahkan hampir keluar London. Itu katanya. Aku tak tahu tepatnya di mana, kata Al ia lebih banyak tinggal di asrama sekolahnya dibandingkan di rumah. Ia akan pulang jika waktu liburan tiba. Seperti sekarang, Al dan saudara-saudara sedang libur akhir tahun ajaran," Prim menyerahkan sisa sandwichnya yang tak termakan pada Rye. Adiknya itu selalu suka jika ada makanan menganggur.
Pagi ini keluarga Mellark lebih terasa damai dari biasanya. Emosi Prim jauh lebih bisa dikontrol dibandingkan saat awal kedatangan mereka di Godric's Hollow. Prim membereskan piring-piring kotor di atas meja dan membawanya ke dapur. Ia yang menawarkan diri, "Prim jauh lebih dewasa sekarang," bisik Peeta pada Katniss.
"Iya, dia juga sudah semakin tenang dan tampaknya dia sudah mulai nyaman tinggal di sini," balas Katniss bahagia. "Apa ini karena ia dekat dengan Al, putra Mr. Potter? Beberapa hari ini Prim dan Al selalu menghabiskan waktu bersama berkeliling desa. Setiap Prim ijin keluar, ia bilang mau mengenal banyak daerah-daerah di sekitar sini," ia bergegas segera menyusul Prim ke dapur sebelum tangan Peeta menahannya bergerak.
"Ini nyata?" tanya Peeta tiba-tiba.
Katniss tersenyum padanya sembari berkata, "ini keputusan terbesar kita pada Prim dan Rye. Ini, kan, yang selama ini kita inginkan. Damai, tanpa Hunger Games. Ini nyata, Peeta!" ujarnya dan mengecup bibir Peeta singkat.
~o0o~
Ginny dan Lily sibuk mengemasi piring dan gelas-gelas kotor di meja makan satu persatu. Tangan Ginny yang sudah penuh membawa teko besar dan gelas-gelas sisa susu, sedikit kerepotan jika harus membawa mangkuk besar bekas roti bakar. Tak mungkin nyonya Potter itu menyuruh Lily yang sudah serius dengan piring-piring kotor di bak cuci piring. Jadilah, Harry dengan kesadaran diri ikut membantu membawakan mangkuk itu ke dapur.
Tinggallah kakak beradik itu di meja makan. James masih mengunyah roti bakarnya dan Al yang menggigit apel merah kesukaannya duduk berdua saling berhadapan. Mereka tinggal berdua saja.
"James-" panggil Al singkat. Ia meletakkan sisa apelnya di meja.
"Hemm," gumam James acuh.
"Kau masih ingat dengan perjanjian kita saat aku meminjam tripod Peter untukmu, kan? Jangan pura-pura lupa, James!" Al terkesan mengancam. Apel di meja kembali ia gigit.
Suara sendawa James menutup acara sarapan paginya. Ia tertawa saat Lily berteriak, "jorok!!!" dari arah dapur.
"Ya ya ya, Albus Severes. Aku ingat perjanjian kita. Oke, apa yang akan kau tagih dariku? Lebih cepat aku membayar hutang ini padamu lebih baik. Cepat katakan!"
Al mendekat dan berbisik pada James. Di tangannya ada secarik kertas terlipat yang tampak sudah usang. Al menyerahkan pada James. "Willow?" baca James pada tulisan paling atas yang tertulis kapital besar-besar tak beraturan. Huruf L pertama tampak berbeda dengan huruf L ke dua yang sedikit lebih kecil dan tertulis sedikit miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under the Willow (Fanfic Crossover Harry Potter x The Hunger Games)
FanfictionKeluarga Mellark pindah ke Inggris dan menetap di Godric's Hollow, tepat di samping rumah keluarga Potter. Prim, anak gadis tertua keluarga Mellark merasa orang tuanya pengecut karena kabur demi menjauhi Hunger Games. Prim tak suka dengan sikap peng...