"Ini untuk aku, Dad!"
"No. Ini untuk Dad. Kau, kan, sudah makan dua pie apel sekaligus!"
Lily dan Harry berebut sepotong tart karamel pemberian dari Peeta yang tersisa. Kedatangan keluarga Mellark tadi adalah kunjungan pertama mereka sebagai tetangga baru. Sebagai penghuni rumah baru yang paling dekat, keluarga Peeta berusaha menjadi tetangga yang baik di lingkungan yang baru pertama kali mereka tinggali.
"Kalian seperti anak kecil! Biar aku yang makan."
James tanpa banyak ulah, merampas makanan yang hanya sebesar tutup gelas itu dan melahapnya habis. "JAMES!!!" Lily dan Harry berteriak mati-matian mengejar James yang terbirit-birit lari ke halaman belakang.
"Aduhhhh.. kalian ini kenapa ribut-ribut, sih!" tanya Ginny dari arah dapur.
"James memakan tart karamel Lily, Mum!" kata Lily kesal.
"Bukan tart karamel Lily, tapi tart karamel Daddy!" balas Harry tak mau kalah.
Makanan pencuci mulut favorit Harry dan Lily tak lain dan tak bukan adalah tart karamel yang memilihi tekstur lembut dan tidak terlalu manis. Sebenarnya itu adalah makanan yang sangat disukai Harry sejak ia remaja. Jauh sebelum Lily menyukainya seperti saat ini.
Like father like daughter.. pepatah aneh yang muncul tiba-tiba di keluarga Potter saat melihat kesamaan yang dimiliki Harry dan Lily. Khususnya masalah makanan.
"Ya sudahlah. Kita bisa memesan kue itu lagi saat Mr. Mellark sudah mendapatkan kedai kuenya yang baru."
"Kedai kue? Maksud Mum?" Al muncul dari pintu dapur dan mendekat ke sisi lemari es untuk mengambil air minum.
Harry meraih satu bangku lantas mendudukinya. "Tadi selain berkenalan dan mengantarkan kue, keluarga Mr. Mellark juga bercerita tentang usahanya dulu saat masih di rumah lamanya. Rupanya Mr. Mellark dari keluarga pembuat kue yang handal. Buktinya kue yang diberikan ke kita memang enak, bukan?" tanya Harry seketika mendapat sorakan setuju dari para anak.
"Nah, karena ia baru di daerah ini, jadi Mr. Mellark meminta bantuan Dad mencarikan tempat untuk dijadikan kedai rotinya. Ia mau membuka usaha toko kue di sini," tutur Harry pada Ginny dan anak-anak.
Al meletakkan gelas minumnya. Kursi di depan Harry ia tarik untuknya duduk. "Kata Will-, ahh maksudku Prim, ia dan keluarganya bukan dari Inggris. Tapi dari daerah Panem. Daerah mana itu, Dad?" tanya Al.
Hanya ada Al, Harry, Lily dan Ginny di sekitar meja pantry sedangkan James, ia sudah kembali asik dengan gitarnya di lantai atas. "Prim? Putri Mr. Mellark mengatakan padamu bahwa dia dari Panem? Seingatku tadi Mr. Mellark dan istrinya, tidak pernah mengungkit masalah tempat tinggalnya yang lama? Kenapa tadi kita tak tanya mereka, ya?" Ginny ragu.
"Iya, kita tadi, kan, lebih sibuk menanyakan masalah kue yang dibawa mereka daripada urusan asal daerah mereka tinggal," seloroh Lily ketus. Kebiasaan keluarga Potter kalau sudah berhadapan dengan makanan.
Harry menghembuskan napasnya pelan, ia baru sadar sejak kedatangan keluarga Mellark ke rumahnya tidak ada obrolan lain selain perkenalan nama, urusan tetangga baru, dan kue. Tidak ada yang menanyakan tentang asal usul mereka.
"Bahkan kita tak bertanya apa mereka penyihir atau Muggle," lanjut Ginny menyesal.
"Parah!" tutup Lily.
Al berusaha tidak peduli dengan penyesalan anggota keluarganya tentang tindakan bodoh mereka yang mudah sekali teralihkan hanya karena makanan. "Lain kali konsentrasi sedikit, lah. Jangan lemah hanya karena roti gandum, pie apel, dan tart karamel. Sebenarnya di mana daerah Panem itu? Aku baru pertama kali mendengar ini, by the way." Al kembali mengamati ayah, ibu, dan adiknya. Berharap salah satu dari ketiganya bisa menjelaskan di mana Panem itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under the Willow (Fanfic Crossover Harry Potter x The Hunger Games)
FanfictionKeluarga Mellark pindah ke Inggris dan menetap di Godric's Hollow, tepat di samping rumah keluarga Potter. Prim, anak gadis tertua keluarga Mellark merasa orang tuanya pengecut karena kabur demi menjauhi Hunger Games. Prim tak suka dengan sikap peng...