Al melangkahkan kakinya menuju limousin yang telah disiapkan perusahaan untuknya. Perjalanan kali ini tida terlalu jauh, namun Al sedikit ingin merileks kan diri setelah kejadian kemarin yang cukup menyebalkan baginya
Ketika Rick, Joanne dan David bersatu untuk menggenjetnya dan bertanya siapakah Yuki yang dimaksud Zenetta
Al tidak bisa menyalahkan gadis sekecil Zenetta, karena gadis kecil itu pasti hanya ingin mengungkapkan apa yang difikirannya--tanpa tau jika pertanyaan itu membuat masalah baginya
Tentu saja, dengan berikeras mengalihkan pembicaraan, Al akhirnya bisa membungkam pertanyaan mereka.
Al tidak mengungkapkan yang sebenarnya
Karena ia tau jika sekarang bukanlah waktu yang tepat.
Al menatap layar ponselnya. Setiap hari--bahkan setiap detik, Al tidak pernah lelah untuk menunggu kabar keberadaan Yuki.
Ia tidak akan menyerah, sampai wanita itu akan kembali kepelukannya***
Yuki menyunggingkan senyum lebarnya sembari membuka kotak berukuran sedang bewarna merah jambu dihadapanya. Bingkisan ini, adalah kado yang dikirimkan oleh Rossie kemarin
Omong - omong soal Rossie. Wanita itu telah mengetahui semuanya. Berawal dari saat Michael membawa wanita itu ke Rumah Yuki yang berada di Bali. Wanita itu mulai tau semuanya
Dengan tangisan dan ingus yang membasahi pipinya, Rossie berjanji untuk datang dan menemuinya rutin agar Yuki tidak merasakan kesepian. Dan Yeah, Rossie telah berkunjung dua kali ke rumah Yuki--karena kebijakan kantor hanya memberi cuti maksimal dua hari disetiap bulannya
Yuki tersenyum--mengingat semua sahabatnya. Yeah, Michael dan Rossie. bahkan dikeadaan sesulit ini, Yuki masih bisa merasakan kehadiran mereka setiap hari. Walau tidak bisa bertemu setiap hari, tapi mereka selalu menyempatkan untuk melakukan facetime lewat skype jika sedang tidak bekerja
Yuki mulai membuka bingkisan dari Rossie, dimulai dari pita merah yang mengikatnya lalu tutupnya
Dan wanita itu tidak bisa menahan senyum lebarnya saat mendapati sepotong dress khusus ibu hamil disana. Sangat sederhana, namun tidak menghilangkan keindahannya
Yuki segera melepas kemeja hitam kedodoran yang ia gunakan. Lantas, dengan masih menggunakan hotpants abu - abu, wanita itu segera menggunakan dress pemberian Rossie tersebut
Sangat Indah dan Pas ditubuhnya
Dress bewarna merah dengan potongan lengan sesiku yang press kelengannya, dan bagian dada hingga rok selututnya yang ringan dan longgar. Sangat nyaman dan seakan membuat aura keibuan Yuki keluar seketika
Yuki mematut dirinya di cermin datar setinggi satu setengah meter yang menempel di dinding. Sesekali wanita tersebut berputar - putar di depan cermin tanpa sedetikpun menghilangkan senyum dibibirnya
Dengan segera Yuki meraih ponselnya. Tanpa fikir panjang wnaita itu segera mengambil foto dirinya didepan cermin yang menampakkan seluruh tubuhnya yang dibaluy dress tersebut, lalu mengirimkannya pada Rossie
To : Rossie <3
Its so damn beautiful. Thanks bestie, i love you so much. Go to Indonesia ASAP. i can't wait to see you again.Dengan segera Yuki mengirimkan pesan itu berserta foto yang ia ambil tadi. Hingga tidak lama kemudian pesan balasan masuk ke ponsel Yuki
From : Rossie <3
You look so beautifull in that beautiful dress baby. I love you too. I will come to Indonesia.. Soon. I can't wait to see you too young Mama. Keep health and take care Young mama <3Yuki mendudukkan tubuhnya disisi ranjang sembari tetap memegangi ponselnya. Wanita itu tersenyum lebar--sekali lagi, lantas menaruh ponselnya ke atas meja nakas lantas menatap tanpa tujuan kearah cermin
Jika sahabat - sahabatnya begitu menerima keadaan Yuki seperti ini.. Apakah Ayah bayi ini juga akan menerimanya?
Yuki menatao kosong kearah cermin lantas mengusap perutnya yang mulai terlihat buncit dengan tangan kanannya. Wanita itu terkekeh pelan lantas menundukkan kepala.. menatao perutnya sendiri dengan sayang
"Mungkin.. Daddy kamu akan terbebani dengan kehadiran kamu nantinya. Tapi, jangan khawatir. Kamu masih tetap punya Mommy yang terus sayang ke kamu setiap harinya. Tumbuh yang sehat yah sayang. Cepat besar, biar bisa nemenin Mommy disini"Ucap Yuki dengan bahasa Indonesianya yang mulai fasih
Yeah. Mungkin tidak semua orang dapat menerima kehamilannya. Tapi, ia--Yuki, akan berjanji dengan dirinya sendiri atas nama tuhan jika ia tidak akan berhenti menyalurkan kasih sayangnya pada bayi itu
Sekalipun jika nantinya ia akan mempertaruhkan nyawanya. Ia rela, asalkan bayi itu tetap hidup fan dapat menikmati wujud rupa dunia ini
****
"Bukankah aku sudah bilang Yuki.. kau terlalu lemah untuk kandungan ini. Jangan paksakan dirimu Yuki"
Yuki menatap dokter perempuan muda dihadapannya. Dokter Tiffany--dokter yang telah menanganinya selama check up kehamilannya selama ini
"Bukankah kau bisa memberiku vitamin? Atau apapun yang bisa membuatku lebih baik?"
"Memberikan dan memilihkan ibu hamil obat tidak semudah itu. Memberikan obat pada ibu hamil itu lebih beresiko ketimbang mengoperasi seseorang yang prediksi hidupnya tinggal sedikit. Karena apa? Karena ada dua nyawa dalam tubuh itu yang harus dipertaruhkan"Ucap Dokter Tiffany dengan aksen bahasa Inggrisnya yang fasih
Yuki terdiam, lantas menundukkan kepalanya--menatap lantai ruangan Dokter Tiffany tanpa bereaksi apapun
"Aku sudah mengenalmu hampir tiga bulan. Umur kita tidak jauh berbeda jadi kau sudah kuanggap sebagai sahabatku sendiri Yuki. Mari kita berbicara antar sahabat"Ucap Doktet Tiffany sembari menarik sebuah kursi lipat ke depan Yuki lantas mendudukkan tubuhnya disana. "Kau membutuhkan istirahat. Istirahat total. Atau kandunganmu akan bermasalah. Ini terlalu beresiko jika kau memaksakan diri untuk bekerja"Ucap Dokter Tiffany sembari mengangkat dagu Yuki
Yuki terdiam.. ia hanya, tidak mampu berucap apapun
***
Al menatap layar ponselnya yang terus menerus bergetar sejak sepuluh menit yang lalu. Lelaki itu menggeletukkan giginya kesal--hell, sejak tadi Al berusaha untuk fokus dengan pekerjaannya yang menumpuk hari ini--terlebih setelah ini Al harus mengikuti Meeting rutin perusahaan yang selalu diadakab dua bulan sekali. Tapi. Sepertinya telfon sialan itu tidak mengizinkannya untuk berkonsentrasi sedikit saja
Dengan kesal Al segera meraih ponselnya yang ternyata ada panggilab masuk. Tanpa melihat contact name, Al segera berucap dengan nada kasar
"Halo!!"
"Ow ow, hey buddy. Kau terdengar sedang marah?"Ucap seseorang diseberang dengan nada jenaka. Al menatap Caller ID nya lantas mendengus kesal
"Jika kau menelfonku untuj hal yang tidak penting, lebih baik matikan telfon ini atau aku yang akan membuatmu mati!"Ucap Al emosi
"Ow Ow. Calm down buddy. Aku hanya ingin berbicara sejenak"
"Hell. Ada Apa Frank? Kukira kau sudah hidup tenang dengan memerah sapi setiap harinya di New Zealand"Ketus Al yang dibalas kekehan Frank--Sahabatnya sejak Senior High School, namun beberapa tahun ini memutuskab untuk tinggal di negara yang terkenal akan kualitas sapi perahnya tersebut. "Aku tidak dalam kondisi mood yang baik untuk bercanda Frank"Lanjut Al tanoa menghilangkan nada ketusnya
"Hahaha. Calm Al. Aku hanya ingin bercerita.. dan bertanya sedikit"
"Katakan cepat, aku sedang sibuk sekarang"
"Well, aku sedang Mall milikku di London saat ini. Dan ehm, kuharap kau jangan marah atau tersinggung oke? Aku hanya ingin bertanya...."
"Cepat katakan Frank. Kau membuang buang waktu berhargaku"Erang Al Kesal
"Well, Eum. Apa kau dan Brittany bercerai? Aku melihatnya sedang berciuman dengan seorang lelaki disini"