Finally, we meet again
Kulangkahkan kakiku melewati pasir pantai yang terasa begitu lembut di kakiku--aku memang sengaja melepas alas kakiku untuk menikmati sore ini di pantai yang tenang ini.
Sesekali aku terkekeh saat melihat Rossie yang sesekali mengumpat karena high heellsnya tertancap cukup dalam di pasir"Sudah kukatakan, jangan memakai heels saat berada di pantai"Ucapku sembari menarik nya yang sedang jongkok karena membenahi heelsnya
"And thats why i hate beach so much"Umpat Rossie sembari melepas heelsnya
"Mengapa? Bukankah pantai menyenangkan? Kau bisa merasa senang dan tenang yang bersamaan. Terlebih saat kau bisa melihat laut yang seakan menelan matahari saat sunset tiba. I guess It's so beautiful more than anything"Ucap ku sembari memainkan air di tepi pantai.
"Yeah. Menenangkan. But i don't like beach because i love high heels so much. And i can't wear it when i go to the beach.. Like this time"Gerutu Rossie dibelakangku membuatku mau tak mau terkekeh
Kemarin, Rossie akhirnya datang ke Indonesia--lagi. Walau ia mengatakan jika nantinya ia tidak akan bisa sesering ini untuk beberapa bukan kedepan, ini tetap membuatku senang. Recananya, Rossie akan tinggal untuk tiga hari kedepan. Dihitung dari kemarin, maka Rossie akan kembali ke Washington lusa
Washington DC, mengingat negara itu membuatku juga teringat pada sosoknya. Well, bagaimana kabarnya sekarang? Apakah dia baik - baik saja? Apa dia masih mengatur jadwal makannya mengingat ia begitu workholic sehingga sering melupakan jam makannya? Apa yang ia lakukan sekarang? Apakah ia bisa bahagia bersama Brittany dan bayi mereka sekarang. Dan.. Apakah ia juga merasakan rindu teramat sangat seperti yang sering kurasakan?
Ia. Sosok yang masih kucintai dan yang selalu kurindukan hingga saat ini.
Ia--Alexander Antonious Stanley. Entahlah, begitu banyak sakit yang kurasakan darinya... Namun itu tidak bisa menghapus rasa cintaku padanya"Ayo pulang. Kakiku rasanya ingin patah karena pegal. Dan--aku lapar"Ucap Rossie yang kubalas dengan senyuman tipis
"Ke cafe?"
"Tidak usah. Aku yang akan memasak, aku ingin tidur setelah makan nanti. Uhh badanku.."Ucap Rossie sembari merenggangkan tubuhnya. Dan ia--dengan otak bodohnya tidak menyadari jika tindakannya tersebut membuat beberapa lelaki langsung mengalihkan pandangannya kearahnya.
Well, hanya lelaki bodoh yang tidak mau melirik atau setidaknya mengakui tubuh indah Rossie. Dengan kulit kecoklatan dan rambut pirang--membuat Rossie tampak lebih seksi dan mudah mendapat perhatian dari para lelaki
Aku dan Rossie melangkahkan kaki menuju ke jalan setapak yang terhubung langsung ke jalan rumahku. Perjalanan kami diiringi percakapan ringan yang jujur saja sedikit tidak penting.
Well--Aku + Rossie = Gosip yang sulit dihentikanAku terkekeh saat mendengar cerita Rossie--ia sedang membicarakan seorang lelaki bermata biru asal skotlandia yang sedang mebgejar - ngejarnya beberapa bulan ini. Dan kalian tau? Lelaki itu masih dalam masa Kuliah yang sudah pasti umur Rossie lebih tua dibanding lelaki tersebut
"Dan karena jarak apartemen kami yang dibatasi satu kamar, membuatnya sering bertamu ke apartemenku tanpa alasan yang penting. Sungguh menjengkelkan"Ketus Rossie sembari melipat tangannya di dada.
Aku terkekeh lantas mengusap pundaknya pelan
"Beri ia kesempatan? Bukan tidak mungkin jika nantinya kau juga akan menyukainya"
"Big No. Aku bukan seorang pedofil yang suka dengan anak kecil"
"Berlebihan. Jarak umurmu dengannya hanya beberapa tahun, bukan sampai dua puluh tahun atau lebih"Ucapku lembut