10 (Yuki's POV)

4.2K 437 33
                                    

Aku menatap langit sore yang mulai berubah warna menjadi orange. Salah satu hal yang kusukai setiap hari--menikmati sunset dari atas Ayunan dengan semilir angin sejuk. Beruntung, belakang rumahku mengarah langsung kearah Pantai yang cukup sepi--karena bukan area untuk wisata. Inilah rutinitasku, menikmati sunset indah di atas ayunan dengan segelas coklat hangat di tangan

Kuselonjorkan kakiku ke sandaran kaki ayunan lantas menyandarkan punggungku yang sedikit penat kesandaran ayunan.

Yeah. Hidup sendiri di sebuah negara, tidak bisa membuatku bersantai dirumah. Aku tidak bisa mengandalkan tabunganku untuk mencukupi kehidupanku seumur hidup--yang tentunya tidak akan cukup. Well, aku bekerja paruh waktu. Dari menjelang makan siang hingga sore aku bekerja sebagai koki di salah satu restoran yang berjarak tidak jauh dari sini. Tentu tidak mudah mencari pekerjaan disaat kau berbadan dua, terlebih resiko atasan untuk memperkerjakan pegawai yang sedang hamil. Aku sempat dua kali ditolak untuk bekerja di beberapa Cafe namun beruntungnya lamaranku yang ketiga diterima langsung oleh lelaki paruh baya pemilik restoran tempatku bekerja saat ini. Bahkan beliau memberiku keringanan untuk istirahat sejenak jika aku merasa kelelahan tanpa ada potongan gaji. Well, ia mengatakan jika aku mengingatkannya pada sang anak semata wayang yang telah meninggal beberapa waktu yang lalu

"Dokter Tiffany memberikan e-mail hasil check up mu pagi tadi padaku. Kau harus berhenti bekerja Yuki"

Sejenak aku tersentak lantas melirik sosok lelaki yang berdiri tegap disampingku. Segera kutaruh mug berisi coklat hangat tersebut ke meja kecil disamping ayunan lantas menggeser sedikit tubuhku mengisyaratkannya agar duduk disampingku

"Kenapa kau tidak bilang jika kau datang Michael?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan"Ketus Michael sembari menjatuhkan badannya ke Ayunan kayu--disampingku

"How are you Michael?"

"It's bad. Aku langsung memesan tiket menuju Bali saat Dokter Tiffany mengatakan jika sahabat keras kepalaku ini sedang memaksakan diri untuk bekerja walau kondisinya sedang lemah"Ucap Michael sembari menyandarkan kepalanya ke pundakku

"Maaf membuatmu khawatir"

"Kau selalu membuatku khawatir, Lil Sist"Ucap Michael tanpa menoleh kearahku. "Jadi kumohon, jaga dirimu baik baik saat aku tidak ada didekatmu"Lanjutnya dengan nada memohon

"Maaf"Ucap dengan nada menyesal. "By the way, kau mengambil penerbangan ke Bali tadi pagi.. dan kau sudah sampai disini?"

"Aku sedang ada di Singapura tadi. Ada sedikit urusan disana bersama Mr.Osbourn sejak kemarin"Ucap Michael. Aku terkekeh pelan lantas mengusap kepalanya lembut

"Dan kau tau kan bagaimana menyebalkannya si tua itu sekarang?"

"Yeah. Dia benar benar gila. Dia benar - benar tidak mengizinkanku untuk diam walau untuk setengah jam saja"Ucap Michael sembari memejamkan matanya--menikmati usapan lembutku pada kepalanya

"Dia hanya si tua yang ingin mencari perhatian orang - orang disekitarnya. Maklumi saja"

"Hm... Yuki?" Panggil Michael dengan nada menggantung. Kutundukkan kepalaku lantas menatap bola mata indah milik lelaki itu

"Yeah?"

"Berhentilah bekerja. Demi Tuhan, aku masih bisa untuk mencukupi kehidupanmu. Kau tau, pekerjaanmu.. itu terlalu membuatmu lelah. Kau lupa ucapan Dokter Tiffany? Kau...."

"Aku baik - baik saja Michael. Aku sudah terlalu banyak merepotimu dan Rossie. Untuk saat ini, biarkan aku mandiri"

"Tapi Yuki..."

"Percaya padaku Michael. Cukup dengan kehadiran kalian yang terus mengingatkanku jika aku tidak 'sendirian' didunia ini.. itu sudah cukup. Aku sangat bersyukur saat kalian tidak menjauhiku karena hal ini"Ucapku sembari menundukkan kepalaku kearah perutku. Empat bulan, sudah empat bulan dia berada di perutku

Future (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang