BAB III

119 8 0
                                    

BAB III

Ini lah hari yang pertama Dhikel masuk kampus bukan sebagai peserta ospek lagi, melainkan sebagai salah satu mahasiswi dikampus tersebut.
"baik-baik ya kamu dikampus,kalau ada masalah kamu bilang kekakak kamu aja. Inget, bilang Khiev kalau sampai ada yang berani gangguin kamu dikelas, tapi jangan coba-coba ngadu kek Khaiv kalau kamu ada masalah sama dosen, yang ada masalah kamu tambah rumit. Kamu tahu kan harus bilang sama siapa ??"
Dhikel hanya mengangguk, tentu saja, siapa lagi kalau bukan kakak nya yang super pintar itu, Angga.
"ya udah, kakak pergi dulu ya... "
Dhikel mengangguk dan tersenyum,
"hati-hati kakak...."
Egy sudah masuk kedalam mobil, dia melihat Dhikel melambaikan tangan untuknya, dan dia pun membalas.
Kakak Dhikel yang kedua, kak Angga. Dia langsung memisahkan diri karena ruangan dia ada di lantai paling atas.
Khaiv mengantar Dhikel sampai masuk dalam ruangan, selama diperjalanan sama sekali tidak ada satu orang pun yang berani meneguru mereka. Gak mungkin ada yang berani, soalnya Khaiv ini jagoan sekolah, dia juga punya banyak anak buah, semua pasti ngiranya mereka ini pacaran, Dhikel kan lebih cocok jadi pacar dia dari pada adik. Untuk para cewek, pasti banyak banget yang kecewa, Khaiv ini salah satu playboy kelas teri yang selalu dikejar-kejar cwek, gak ganteng banget sih, tapi keren abis, cewek mana yang gak bakal klepek-klepek sama dia.
.....
Begitu Dhikel keluar, Khaiv sudah lebih dulu ada didepan pintu uangannya. Bersandar ditembok dengan tangan dilipat sambil menyaksikan para mahasiswa keluar dari sana.
"lo jagain gw banget yah, udah sana. Pulang duluan aja."
"gw bakal nemenin lo sampe semuanya selesai."
"gila lo, gw ganti baju lo juga mau nemenin.?"
"heheheee, asal lo gak keberatan aja." Ledek Khaiv
"ohh, boleh koq, asal lo gak takut mati aja.'
Khaiv hanya tertawa ringan. Lalo dia mengacak-acak rambutnya kembali.
"lo itu ade gw satu-satunya Ell, dan perempuan dikeluarga kita satu-satunya. Lo ngerti kan?"
Jelas Dhikel ngerti, mereka termasuk khiev gak mau Dhikel kenapa – kenapa kan?. mereka pasti sayang banget sama Dhikel, terlalu sayangnya mereka, sampe-sampe Dhikel jadi seperti dipenjara seperti ini. Semua nya dibatasin. Plus diawasin lagi.
Dhikel cuma menganggukkan kepala tanda mengerti.
"makan dulu Khaiv, gue laper."
"ya udah, ayuk kekantin, tapi lo yang bayar yah?"
"enak aja, dimana-mana tuh kakak yang bayarin, kok jadi ade sih yang bayarin."
"upah jagain lo lah."
"awas yah , nanti gw bilangin kak Egy, baru tau rasa lo."
Tiba-tiba sebuah jitakan kasar mendarat dikepala Dhikel, meski gak terlalu keras, tapi lumayan sakit.
"coba aja lo ngadu, lo bakal dapet lebih dari itu." Ancam Khaiv
"oh lo ngancem?"
Khaiv tidak mejawab apa-apa, dia hanya tersenyum, senyum mengejek.
"lo fikir gw takut."
Tantang Dhikel , kemudian Dhikel menginjak kakinya kuat-kuat , cukup untuk melihat kakaknya meloncat-loncat sambil memegangi kaki kanan nya. Sebelum Khaiv sadar apa yang Dhikel lakukan, Dhikel langsung berlari kencang-kencang menjauhi Khaiv, takut dibalas. Tapi sudah sejauh ini Khaiv masih tak terlihat mengejarnya.
kemana Khaiv? dia gak marah?, atau dia cape lari?? Tapi... Khaiv?? Capek lari??? Gak mungkin...
Sebenarnya, Khaiv sedang mengejarnya tadi, tapi tentu saja tidak kekejar, Dhikel sudah berlari sejak tadi.
Tiba-tiba saja lari nya terhenti, karena Dhikel merasakan tubuhnya yang ringan ini menabrak sesuatu, dan tak sempat mengambil keseimbangan. Dhikel langsung terhunyung kebelakang terjatuh duduk dilantai.
"auuu,,,"
Hanya itu yang Dhikel katakan karena ada benturan yang Dhikel terima dari lantai. Dhikel mendongak keatas, melihat siapa yang sebenarnya Dhikel tabrak.
Ternyata cowok, tampan lagi.
Dhikel melihat banyak buku yang berhamburan ditanah. Tapi untungnya cwo itu tidak sampai jatuh berguling-guling. Atau menindih tubuhnya, sekarang cwo itu hanya mematung melihat gadis yang kini jatuh terduduk dilantai.
Dhikel melihat teman disebelahnya melangkah mendekati Dhikel. Laki-laki itu meraih kedua pundak Dhikel, berusaha untuk membangunkan Dhikel.
"makasih kak."
Orang yang membangunkannya ternyata tak lain adalah kakaknya sendiri, Angga.
Kak Angga?? temannya si cowok tampan ini??..
Angga hanya diam menanggapi ucapan terima kasih Dhikel itu. Dhikel cepat-cepat menghampiri orang yang Dhikel tabrak tadi, yang tidak lain adalah teman dari kak Angga.
"aduh maaf kak, saya minta maaf. Sumpah, saya gak sengaja."
Orang itu hanya terdiam. Lalu Dhikel memberikan senyum sebagai tanda minta maaf, seyum kekanak-kanakan, seyum manja, seyum yang biasa Dhikel gunakan untuk merayu kakak kakaknya-kalau Dhikel punya keingainan yang ditolak sama mereka.
"maafin yah kak."
"cewek aneh."
Dhikel kaget, seyumnya langsung menghilang mendapati kata-kata dari cowok itu, "cewek aneh."???... apa maksudnya coba. Raut muka Dhikel langsung berubah, seyumanmya seketika menghilang, Dhikel kecewa, penasaran. Sedikit wajah tak mengerti yang menampakan betapa masih polosnya seorang Dhikel terhadap kata-kata cowok itu.
Tiba-tiba saja dari belakang menyeruak kedalam pikiran Dhikel manghamburkan semua yang ada difikirannya.
"sorry,, sorry .."
Ucap Khaiv terbaru-baru , dan langsung mengambil tarikan nafas yang panjang. Bisa terlihat Khaiv habis berlari kencang mencari-cari Dhikel. Khaiv masih mengatur pola nafasnya, hingga membaik dan kembali normal.
"akhirnya ketemu juga nih anak."
Dhikel merasakan ada sambaran yang panas didaun telinganya, ternyata tangan Khaiv telah menyambar telinganya. Tentu saja akan sangat mudah dia menjiwir telinga Dhikel, dengan semua rambut yang terikat habis dan ditekut-tekuk pula seperti sebuah konde dengan poni dan rambut bagian samping yang tersisa sedikit dan terurai panjang, tidak terlalu panjang, hanya sebatas bahu.
Reflex tangan Dhikel langsung memegangi telinganya yang sudah terasa sakit.
"aduh aduh aduh kak, sakit." Teriak Dhikel"ampun kak, ampun."
Dhikel sudah menjinjit kakinya mengikuti tarikan tangan Khaiv yang meninggi keatas.
"kalo kayak gini aja lo manggil gw kakak. Gak ada ampun buat lo."
Khaiv menarik telinga Dhikel , mengajaknya untuk berjalan . rasa panas yang membara semakin menguat ditelinga Dhikel, kesal menahan sakit, akhirnya Dhikel membentak kakaknya kuat-kuat.
"KAKAK JAHAT,,, KAKAK JAHAT."
Terpaksa Dhikel mengikuti langkah nya, tapi sebelum mereka jauh, Dhikel sempat menggoda kak Angga dan temannya.
" dah kak Angga, jangan lupa yah ka. AdUIn sama kak Egy, aku dianiaya sama Kak Khaiv. Temen kakak ganteng, salam yah buat dia . suru maafin Dhikel." Teriak Dhikel sambil memegangi telinganya yang masih dijiwir oleh Khaiv.
Sementara Anga dan temannya menggeleng-gelengkan kepala mereka melihat kelakuan Dhikel.
"jadi, dia gadis itu bukan.?"
Tanya Junior, temen Angga yang sempat ditabrak sama Dhikel tadi.
"ia."
Jawab Angga singkat, dia masih terus memperhatikan kepergian kedua adiknya tadi.
"akhirnya ada sosok cwek juga yah dikehidupan lo."
"ia."
Lagi-lagi hanya itu yang bisa Angga ucapkan, tapi dalam hati dia bersyukur, masih ada Dhikel sebagai pengganti mamah nya, rumah pun jadi terasa berwarna dengan ada nya sosok perempuan adiknya yang manja, dan suka bikin rusuh.
"nama nya..." belum sempat Junior mengatakan nama anak itu, Angga sudah memotong perkataannya.
"Elvina,,,"
"Elvina?" Junior mengulangi nama cwek tadi, karena yang didengernya tadi, anak itu membahasakan dirinya itu dengan sebutan Dhikel, bukal Elvina.
"iia, namanya Elvina."
....
"aduh aduh aduh Khaiv, cukup, sakit."
Teriak gadis kecil itu memaki-maki Khaiv. Tapi Khaiv sama sekali tidak menghiraukannya. Akhirnya Dhikel menggunakan cara terakhir untuk membuat telinganya lepas dari tangan Khaiv. Dia injak kaki nya Khaiv kuat-kuat, cukup untuk membuat tangannya merenggang dari telinganya. Dhikel sudah mengambil ancang-ancang untuk kabur, tapi beru hendak melangkah, tangan Khaiv langsung menyambar tangan Dhikel sebelah kanan, merasa dia sudah tertangkap. Dhikel langsung menggigit tangan Khaiv yang memegangi tangannya. Usaha nya berhasil, Dhikel langsung terbebas dari tangan kakak nya yang seperti teman sendiri dimatanya. Saat kakak nya sibuk dengan keterkejutan yang diberikan adiknya. Dhikel langsung lari, kabur meninggalkan kakaknya yang kesakitan akibat gigitan dari nya. tapi Cuma sebentar, seketika Khaiv sadar bahwa sudah adiknya sudah tidak ada dihadapannya, secepat kilat dia mengejar adiknya. Tapi sudah terlambat, Dhikel telah pergi jauh, adiknya sudah tak terlihat lagi.
"sialan tuh anak, liat aja nanti kalau udah ketemu."
Gerutu Khaiv , kecewa karena adiknya telah kabur.

Salju Akhirnya MencairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang