BAB VI
Nataly mengajak Dhikel berjalan kesebuah mobil mewah berwarna merah model mobil sport keluaran terbaru. Mobil ini milik Nataly, dia barus mendapatkan SIMnya dan ayahnya menghadiahkan mobil ini untuknya.
"lo yang nyetir yah kel?" tawar natalia.
"aduh. Sorry deh ly, gue gak bisa bawa mobil. Lo tahu sendiri, gue setiap saat dianterin sama kakak-kakak gue, mana sempet gue pegang mobil.mao belajar, ahhh cuma mimpi bagi gue. Pasti kakak-kakak gue gak bakal ngasih."
"ohhh, yaudah gue aja yang nyetir."
Mereka memasuki mobil milik nataly itu, nataly itu memang gadis modis, suka ngetren sama zaman sekarang.
"kemaren lo diajak kemana sama Junior?"
"lo penasaran banget yah??"
"yah enggak. cuma aneh aja, tiba-tiba dia ngajak lo pergi, pake gandeng tangan lo segala lagi."
"ahh.""
Dhikel mulai berfikir, mungkin kah Junior sudah tak membencinya? Tapi Junior hanya menolongnya kemaren, tidak karena ingin bilang dia menyukai Dhikel. Rasanya tak baik jika besar kepala duluan. Junior hanya menolongnya , itu saja.
Melihat Dhikel yang terdiam setelah mengeluh pelan, mungkin Dhikel tak mau menceritakannya. Apa terjadi hal buru?.
"lo ada keinginan buat belajar nyetir?"
Nataly memulai mengalihkan pembicaraan, namun tetap fokus dengan mobilnya.
"ada sih, tapi percuma. Gak bakal ada yang mau ngajarin gue."
"kalo gue ajarin gimana?"
"ahh jangan bercanda lo nat. gak mungkin bisa."
"lhooo. Kanapa gak bias??. Belajar mengendarai mobil itu gak sesulit yang lo kira."
"iia sih,, tapi kan,,,,,,"
Dhikel mencoba berfikir keras.
"udah, kalo lo emang ragu gak apa-apa sih , tapi kalo lo mau nyoba. Lo bilang aja, gue pasti bantu kok." Nataly menyadari kekhawatiran Dhikel.
"emmm, yaudah lah, gue coba sekarang aja. Kalo nanti-nanti gue mana punya kesempatan. Pasti kakak-kakak gue bakal menghalangi dengan segala cara. Gak akan ada kesempatan lain waktu, sekarang aja gimana. Tapi resiko lo yang tanggung yah.?"
"kok gue sih kel. Kan lo yang belajar, lo yang tanggung dong. Tapi kalo masalah mobil. Tenang aja , gue gak bakal nuntut lo ganti rugi kok. Apa lagi sampai lapor ke polisi. Tapi selebih dari mobil gue, lo yang tanggung lah."
"iia deh iia, gue ambil resiko itu. Ayo lah kita mulai sekarang."
"ok"
Nataly langsung menghentikan lajuan mobilnya, kemdian dia membuka pintu dan keluar dari mobilnya iut, dhikel juga melakukan hal yang sama. Mereka kemudian bertukar tempat.
Dhikel telah ada kursi kemudi, nataly memberi aba-aba. Dhikel mengikuti semua aba-aba nataly. Semua berjalan lancar, Dhikel pun merasa senang. Dia bisa mengendarai sebuah mobil, karena terlalu senang. Dhikel menambah kecepatannya. Namun nataly langsung menegurnya.
"dhikel , lo kan masih belajar. Jadi pelan-pelan aja."
"ok, gue ngerti."
Dhikel langsung menuruti perkataan Nataly. Dia turunkan gigi mobil menjadi gigi 3, seiring bergantinya gigi. Keceptan mobil pun agak menurun. Namun saat mereka mau membelokan arah mobilnya. Tiba-tiba saja dari arah berlawanan. Meluncur sebuah mobil. Dhikel khawatir. Sambil membanting stir mobilnya kekiri kekanan tidak menentu.
"REMMMMMM" teriak nataly.
Dhikel langsung menginjak pedal remnya, tapi karena terlalu larut dalam suasana takkut. Dhikel salah menginjak pedal. Yang diinjaknya bukan lah rem, tapi gas untuk menambah kecepatan. Akhirnya. Dengan jarak yang segitu dekat. Tabrakan pun tidak dapat dihindari.
Beruntung tidak terjadi luka yang serius, hanya lecet-lecet sedikit. Karena laju mobil yang tidak terlalu kencang, dan disaat terakhir, Dhikel masih sempat menginjak rem. Sang pemilik mobil yang tertabrak itu keluar dari mobilnya. Mobil nataly dan mobil yang ditabrak sama-sama sedikit hancur. Tapi alangkah takutnya Dhikel. Karena mobil yang ditabraknya itu sangat mewah. Bahkan jika dibeli sendiri, pasti harganya 10 x lipat dari pada mobil nataly yang dipinjam Dhikel. Bagaimana kalo sang pemilik mobil itu minta ganti.
Nataly dan Dhikel sangat terkejut, begitu tahu siapa yang mereka tabrak.
Junior menatap mobilnya, kemudian kembali manabrak dhikel dengan tatapan yang paling Dhikel tidak suka. Tapi Junior masih terdiam, belum bicara apa-apa. Hanya mnnatap dengan tatapan yang sepertinya akan membuat jantung serasa behenti berdetak. Plis jangan tatap gue kayak gitu. Dhikel seperti mau menangis. Dhikel takut Junior marah besar padanya.
"ini mobil lo" tanya Junior kepada Dhikel, raut wajah Dhikel sudah seperti ditahan oleh barah api. Karena menahn tangis.
"I,, iia,, kak,,ehh , bukan,, itu , itu mobilnya nataly kak." Jawab Dhikel gugup.
"itu emang mobil gue, tapi Dhikel yang bawa." Buru-buru Nataly menambahinya, takut nanti Junior menyalahinya.
"gue gak sengaja kak. Sumpah." Kali ini suara Dhikel terdengar agak lantang dan jelas. Karena dia gak mau Junior menuntutnya.
"ikut gue sekarang."
"ehh... mau kemana kak?"
Tanpa kompromi lagi Junior manarik tangan Dhikel, menariknya dengan paksa kemobil yang sudah agak hancur itu, tapi masih bisa dikenadarainya. Didudukannya dhikel dengan paksa dan sedikit berambisi karena marah kesebuah kursi depan mobil disamping Junior, tempat dia menyetir. Mobil melaju dengan cepat meninggalkan Nataly sendiri dengan mobilnya yang sudah tidak bisa terpakai lagi.
Sementara Nataly hanya bengong bagaimana dia bisa pulang??.
"gimana cara gue pulang nih. Udah lumayan ancur juga, gengsi ahh gue bawa nya. mending telpon Khaiv aja."
Dikeluarkannya sebuah ponsel dari tas nya Nataly yang ditaruh nya didalam mobil. Lalu beberapa kali dia mencoba menekan-nekan nama Khiev yang ada dikontaknya. Setelah ketemu. Di tekan tombol call berwarna merah. Tidak perlu menunggu lama, seketika telvon itu menandakan bunyi "klik" yang berarti telpon telah tersambung.
"hallo,,, ....."
Nataly menekan tombol merah, lalu memasukan hp nya kembali kedalam tas warna merah juga.
Gak lama dia nunggu orang yang akan menolongnya, langsung terlihat motor satria milik Khiev. Dia memang jago banget kalau masalah kebut-kebutan. Untung yang ditelponnya Khaiv. Coba kalo Angga. Satu jam juga gak bakal sampe tuh anak. Sepertinya dia menelpon orang yang tepat.
"kenapa mobil lo.?"
"gak penting masalah mobil. Lo anter gue pulang dulu aja."
"terus mobil lo gimana?"
Khaiv memandang kearah mobil milik Nataly, sebenarnya tidak ada cacat serius, hanya lecet biasa. Jauh dari sebuah pertanyaan, apa bisa dipakai? Tentu saja bisa, mobilnya masih terlihat baik, meski sedikit penyok.
"gue udah telpon menager bokap gue. Ayo ahh jalan."
Nataly langsung menaiki motor Khiev dan berbonceng disebelahnya. Tentu saja tanpa permisi. Kali ini dia sudah begitu nyaman dengan Khiev. Hampir dalam setiap keadaan susah, yang pertama kalinya di hubungi adalah Khiev. Perasaan Dia dengan Angga pun mulai memudar. Tapi dia masih belum sepenuhnya telah melupakan angga. Dia juga masih belum bisa menerima keberadaan Khiev.
***
"sorry kak. gue minta maaf ." Dhikel tulus meminta maaf , Karena merasa bersalah
"maaf??" Junior terdengar sinis "lo harus tanggung jawab. Ganti semua kerusakan mobil gue."
"tapi?? Gue mana ada uang buat ganti itu semua."
"ga ada uang lo bilang?? Bokap lo orang kaya kan?"
"itu sih bokap gue yang kaya. Lagian lecet segitu doang . udah sih. Ikhlasin aja, susah banget. Lo sendirikan orang kaya."
Junior menghentikan lajuan mobilnya
"lo yang nabrak gue , jadi lo harus ganti. Lagian lo naik mobil kayak orang lagi belajar aja. Tabrak sana tabrak sini."
"Gue emang masih belajar."
Jawab Dhikel spontan. Dengan lugu dan tak malunya. Sementara Junior nyaris menahan tawa, begitu dia tahu ternyata Dhikel benar-benar baru belajar mobil. Kemana saja dia selama ini?.
"baru belajar??"
"iia..?"
"kemana aja lo selama ini?"
"deddy ngelarang gue belajar nyetir. Kakak gue yang lain juga gak ngijinin, jadi.. yahh. Begitulah, sampai sekarang gue gak bisa nyetir."
"bego sih lo jadi orang. Udah tahu dilarang, ngapain lo masih nyoba. Kalo udah kayak gini lo mau apa?, gue itu bukan seorang malaikat yang bisa ngebebasin lo gitu aja."
Dhikel cemberut mendengar ocehan Junior yang sepertinya tidak bisa diajak kompromi lagi. dasar Junior, seneng banget sih kalo ngeliat gue lagi kesusahan juga.
"gue mohon bangat deh kak, plis plis plis."
Dhikel memohon sambil mengangkat kedua tangannya kedepan mata nya. tentu saja dengan wajah menunduk.
" asal dengan satu syarat."
"hah??"
Dhikel mulai tak yakin, pengajuan syarat dari mulut yang jarang terbuka untuk nya. Apa kali ini syaratnya dia harus menjauhinya selama-lamanya?.
"syarat apa??"
"bujuk kak Angga lo, buat nerima tawaran dari gue. Dan masalah kita selesai."
Huhh dalam hati Dhikel menghembuskan nafas lega. Dia fikir apa?? Untunglah hanya itu saja. Akan tetapi, Dhikel mencoba mengulangin kalimat Junior barusan, membujuk kak Angga ??. Astaga. Dhikel baru saja sadar. Kak Angga mana bisa dibujuk, dia sendiri terlihat benci dengannya. Tapi harus dicoba. Dhikel mencoba menyakinkan hatinya. Dia melakukan ini semua bukan untuk membayar kesalahannya, tapi semata hanya untuk mencari perhatian dari Junior saja.
"sebenarnya sih bisa-bisa aja. Tapi, tawaran apaan sih."
"itu rahasia."
"yah. Gue mana bisa ngerayu dia kalau gak tahu tawarannya."
"dia pasti ngerti kok. Lo gak perlu tahu. Gue antar lo pulang aja yah?."
"huh pelit"
jawab Dhikel malas, dia paling tak suka dibuat penasaran. Tapi harus bersabar.
"makan dulu yah kak?? Laper nih."
"makan dirumah aja lah,"
"katanya mau dibantu."
"hei. Itu kan kesepakatan, bukan bantuan. Lo mau gue ngadu sama bokap dan ketiga kakak lo itu. Kalau lo anak atau adiknya sudah menabrak orang saat belajar mobil."
Dhikel berdecak pelan.
"beraninya ngadu."
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Salju Akhirnya Mencair
RomanceDhikel, sampai kapan kau akan terus mengganggu hidup ku. - sampai kakak mau jadi pacar aku.