BAB IV

106 6 1
                                    

BAB IV
Akhirnya mereka sampai juga ketempat tujuan mereka, ayoo tebak , ,,, apa tujuan mereka ?. salah, ternyata mereka bukan bolos kuliah, tapi malah pergi ketempat kuliah mereka, hanya saja gak ikut pelajaran, mereka hanya ingin mejeng ngelihat cwo ganteng yang suka bolak balik ke perpus. Siapa lagi coba. Tentu saja Junior. soalnya Dhikel antusias banget pengen ketemu Junior.
"tuh cwo lo. Dia lagi baca buku tuh."
Dhikel memperhatikan apa yang sedang dilakukan Junior. memang ia Junior sedang membaca buku, tapi yang ingin dicari tahu Dhikel adalah, buku apa yang sedang dibaca Junior.
"lo ngeliat apa sih, gue ngomong gak didengerin."
Nataly menyenggol pundak Dhikel dengan pundaknya, sebenarnya sekalian meledek nya. Tapi Dhikel tetap aja fokus dengan yang ingin dilihatnya.
"heh.."
Sekali lagi Nataly mencoba mengambil perhatian Dhikel. Kali ini senggolan dari Nataly cukup keras untuk membuat Dhikel tersadar kaget.
"ganteng yah..."
Dhikel malah ngawur, ditanya apa? Jawabnya apa. Malah senyum-senyum sendiri lagi sambil memegang pipinya dengan kedua telapak tangannya. Manja banget.
"lo udah sekian kali bilang dia ganteng. Ge'er tuh anak."
"tapi ngomong-ngomong dia sedang baca apa yah.? Lo tahu gak?"
Nataly melihat kearah Junior, lebih tepatnya kearah buku yang dipegang Junior. Memastikan apa yang sedang dibaca Junior.
"dari jarak segini mana bisa tahu, dia sedang baca apa. Yang jelas dia baca buku."
"ya ialah baca buku. Masa baca koran, gimana sih lo.?"
Nataly hanya tersenyum melihat temannya kesal seperti itu. Dhikel terlalu sering membuatnya kesal sih. Sekali-kali dia dund yang dibuat kesal.
"masuk yuk."
Ajak Nataly sambil menarik tangan Dhiekl menuju ruangan tersebut, tentu saja untuk mendekatkan jaraknya dengan Junior. Dhikel yang sadar tangannya ditarik langsung menahan tenaga Nataly yang memaksa dia masuk.
"tunggu dulu."
"tunggu apa lagi.?"
"mau ngapain kita kesana.?"
"tentu saja ketemu pangeran mu Dhikel ku sayang."
"iia sih, tapi gue malu."
"aduh Dhikel. Ini kan perpus, ngapain malu, kecuali kalau masuk kekamarnya tuh baru malu, orang-orang pasti ngira lo itu mau minjam buku atau baca buku seperti yang dilakukan orang-orang biasanya yang datang keperpus. Kita kan Cuma mendekatkan jarak, bukan nyamperin dia terus bilang I LOVE U sama dia. Giamana sih lo?."
"iia juga yah. Ya udah deh, yuk kita masuk."
"nah gitu dong. Itu baru teman gue, mau berusaha untuk mengejar cintanya."
"apaan sih lo. Udah ayuk, kita masuk."
"ok."
Mereka mulai melangkahkan kakinya bersama-sama, tentu saja melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam perpus, tapi mereka memang hanya ingin mendekatkan jarak saja, mereka mengambil rute yang berbeda dengan tempat Junior membaca.
Dhikel mencari-cari buku yang mungkin bisa dibacanya, tapi ternyata tidak ada buku yang menarik. Terpaksa dia mengambil sebuah buku yang dia sendiri enggak tahu buku apa yang dia ambil. Hanya formalitas aja. Masa keperpus gak baca buku.
"udah dapat belum bukunya.?"
"gue bingung mau baca apa. Gak ada yang gue minat."
"ngapain harus sesuai minat. Tujuan lo kan ngeliat Junior. lo ambil buku yang mana aja. Abis itu langsung kita cari tempat duduk yang sesuai untuk ngelihatin Junior lo itu."
"gue yang suka sama Junior. kenapa lo yang antusias banget sih."
"masa sih. Yah gue sekalian mau cuci mata aja. Junior kan lumayan ganteng untuk jadi sarapan pagi."
"apa lo bilang. Awas lo yah. Kalau sampai lo juga suka sama Junior."
"huhh. Ia ia.. gue kan cuma bercanda."
"ehhh. Gue duluan yah, lo disini aja dulu. Gue mau keluar sebentar."
Lho?? Kenapa tiba-tiba???
"ehh, mau kemana.?"
"udah, lo tunggu sini aja yah, nanti gue balik lagi."
Nataly menepuk pundak Dhikel tanda meminta pengertian. Dhikel hanya terdiam tanpa bisa mencegah. Karena setelah itu Nataly langsung pergi meninggalkannya tanpa banyak basa-basi lagi.
"ihhh. Dia pergi. Kenapa sih? Kok baru-baru banget."
Nataly belari kecil menuju keluar, saat sampai didepan pintu Nataly menghentikan langkahnya lalu mulai mencari sesuatu yang tadi dilihatnya.
"kemana tuh orang. Baru juga sebentar , cepet banget ngilangnya."
Sebenarnya yang dicari Nataly itu Angga, kakak Dhikel yang kedua. Tadi pas lagi diperpus sama Dhikel . dia melihat ada sosok Angga yang selama ini dikaguminya. Tapi begitu dia keluar. Ternyata gak ada siapa-siapa. Atau mungkin hanya perasaannya saja. Dia jadi bingung sendiri.
"hai... bengong aja."
Sosok cwo tampan menegurunya. Angga???. Hati Nataly membatin senang. Tapi ternyata yang diperkirakannya salah. Yang menegurunya itu bukanlah Angga. Tapi Khaiv, kakak Dhikel yang paling akhir.
"ouhhh. Kamu...."
Nataly mencoba mengingat siapa namanya. Tapi bagaimana mau ingat, kalau berkenalan saja mereka tidak pernah.
Seperti membaca fikiran Nataly, atau mungkin Khaiv memang terlalu peka sebagai seorang playboy . dia langsung menyodorkan tangannya untuk bersalaman, tentu saja sambil menyebutkan namanya sendiri.
"KHAIV..."
Nataly menyunggingkan senyum tipisnya yang membuatnya tampak begitu anggun. Lalu meraih uluran jabat tangan dari Khaiv.
"Nataly.."

***
Dhikel masih menunggu Nataly datang momenuhi janjinya. Tapi sudah lama ditunggu tuh anak tak kunjung datang. Sepertinya Nataly tidak akan datang. Meskipun Dhikel sangat kekanak-kanakan dan sangat tak tahu malu. Untuk hal yang satu ini. Ternyata Dhikel tak mampu. Dia sejak tadi hanya berkeliling mengitari rak-rak buku yang ada diperpustakaan, sambil sesekali melirik kearah Junior. begitu yang dilakukan Dhikel selama hampir setengah jam diperpus. Hingga akhirnya dia kehilangan jejak Junior, saat diliriknya kembali, ternyata Junior sudah tidak ada ditempat dia duduk tadi.
"pulang saja lah. Kak Junior juga sudah tidak ada. "
Dhikel melangkahkan kakinya hendak meningalkan ruangan perpus. Tapi langkahnya terhenti saat dia melihat sebuah buku unik. Lebih tepatnya kumpulan buku unik dideretan paling akhir tempat dia berdiri. Melihat buku itu, sebuah bayangan berkelebat dipikian Dhikel.
Sosok gadis yang tidak begitu cantik, tersenyum-senyum dengan kaki tersipu membaca sekumpulan buku yang hendak dipilihnya.
Lalu bayangan itu menghilang, kembali kepada kenyataan , dihadapannya sudah ada sekumpualan buku yang membuatnya sedikit tertarik untuk membacanya. Dhikel mendekatkan diri pada sekumpulan buku itu.. Ternyata sekumplan buku tersebut adalah sekumpulan komik. Diperiksanya buku tersebut satu-persatu sambil mencari judul apa yang ingin dia baca lebih dahulu. Hingga sampai satu buku yang belum dia baca synopsisnya.
"ini yang terakhir. Kira-kira, synopsis nya seperti apa yah?"
Dhikel merentangkan tangannya meraih buku tersebut.
"dapat."
Ucap Dhikel senang padahal hanya berhasil memegang buku tersebut. Akan tetapi, sebuah tangan yang lain juga memegang buku yang sama yang dipegang Dhikel sekarang. Tangan itu menindih tangan Dhikel yang sudah memegang buku nya lebih awal.
Dhikel menelusuri siapa pemilik tangan tersebut. Ditengoknya orang yang ada diseberang sana. Ternyata kak Angga. Kakaknya sendiri.
"kakak. "
"Dhikel?? Ngapain kamu disini?."
Angga melepaskan tangannya dari tangan Dhikel. Dhikel juga ikut melepaskan tangannya dari buku tersebut.
"mmm, sebenarnya Dhikel hanya...."
Dhikel mencoba mencari alasan, apakah dia harus bilang bahwa dia keperpus hanya karena ingin bertemu dengan Junior.
"hanya apa.?"
Angga meminta kepastian dari kata kata Dhikel yang tidak diteruskannya tadi.
"emmmm."
Dhikel tampak kebingungan sendiri. salah tingkah sendiri, garuk-garuk kepala sendiri sampai nyubit-nyubit pipinya sendiri yang sudah cabi.
"apa???.."
Angga masih tetap memaksa penjelasan dari Dhikel. Dhikel hanya tersenyum, senyum yang bisa dimengerti. Dhikel akan mengakui semuanya.
"sebenarnya sih, Dhikel mau nyuri pandang dengan kak Junior, abis Dhikel kangen. Kak Junior sendiri juga susah ditemuinya kalau bukan disini."
"terus.??"
"ketemu. Tapi kehilangan jejaknya. "
"kamu nemuin dia lagi? "
"enggak kok. Aku cuma ngintipin dia aja. Terus dia-nya menghilang."
Angga hanya tersenyum tanpa berkomentar lagi, suasana sejenak menjadi sunyi, Angga sendiri agak susah untuk diajak ramai seperti Dhikel. Dhikel jadi males mencoba banyak bicara dengan kakaknya yang satu ini.
"oh ia ,,, kakak bawa kartu tanda Anggota perpus kan.?"
Dhikel seperti teringat sebuah hal penting yang mungkin bisa ditolong kembali oleh kakaknya itu, meminjam buku tentu saja.
"bawa.!! "
"udah aku duga, kakak pasti bawa."
Angga hanya terdiam, seolah menunggu kalimat berikutnya.
"bisakah kakak tolong aku pinjamakan buku ini, kita bisa gantian membacanya. Bukankah kakak juga ingin membacanya?"
Angga masih tak mengatakan apapun, tapi Dhikel senang, karena Angga sudah mengambil buku itu dari tangan Dhikel, lalu memberikannya kembali kepada Dhikel, setelah berhasil dipinjam selama 3 hari atas nama Angga.
***


Salju Akhirnya MencairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang