BAB VIII

87 5 0
                                    

BAB VIII

Untung saja , lagi-lagi kakaknya menolongnya untuk kedua kalinya. Pertama, memberikan dia kesempatan untuk mengajar nanti. Kedua, tadi Angga membantunya membujuk Deddy untuk memberikan ijin Dhikel pergi keluar kota selama seminggu.
Jika bukan karena Angga yang menolongnya, merengek pun Dhikel tak akan bisa mendapatkan ijin Deddinya.
Hari itu Dhikel bisa langsung berangkat begitu memasuki libur panjang dihari pertama. Kali ini Junior khusus menjemoutnya didepan gerbang, karena Dhikel membawa banyak barang dikopernya.
Dasar cwe.. dimana-mana sama ribetnya, mau pergi seminggu aja kopernya sampai tiga. Apa aja sih yang dibawa??
"sory kak, lama yah??"
Junior tak menjawab, dia membukakan pintumobil dari dalam, mengingat tangan Dhikel masih membawa tas dan koper kecil. Masih ada aja barang yang harus dibawa..
"hati-hati yah Dhikel.."
Itu Pak Atmadja, ayah Dikel, dan ketiga kakaknya yang mengantar Dhikel sampai depan gerbang.
Dhikel sudah masuk kedalam mobil, Junior mulai mengambil kemudi awal, dan memberi aba-aba kepada keluarga Dhikel yang masih menunggu didepan gerbang.
"hati-hati yah nak. Bapak titip Dhikel."
"ia pak. Mari.."
Junior menganggukan kepalanya, dan Pak Wira membalas Anggukan kepalanya.
***
Perjalnan yang cukup melelahkan, dario Jakarta Ke Bengkulu bukanlah jarak yang dekat. Mereka pergi sore hari dan baru dampai dini hari, sekitar jam 10 malam. Dijalan tadi kejebak macet panjang. Biasa. Jakarta itu rajanya macet.
Dhikel sudah membuka bagasi mobil, dan hendak mengambil koper-kopernya. Tapi sebuah tangan menglangi gerakannya.
"lho?? Kak.."
"ini??"
Junior menyerahkan beberapa anak kunci ketangan Dhikel.
"lo buka pintu sanah. KOper lo biar gue yang bawa, kalau udah masuk. Lo langsung kekamar lo aja. Kamar lo sebelah kanan dari ruang tamu, Cuma ada dua kamar disini."
Setelah berbicara seperti itu, memberikan perintah otodidaknya. Junior mulai menggantikan posisi Dhikel yang tadi hendak mengambil kopernya.
Dia serius..??
"kok masih disini?? Cepet...."
"ehh. ia"
Dhikel mulai berlari menuju rumah yang sudah disewa selama mereka tinggal di Bengkulu. Tanpa banyak bertanya Dhikel langsung menurut dan pergi menuju kamarnya

Hari yang melelahkan, Dhikel merebahkan tubuhnya kekasur yang ada dikamar nya sekarang. Lebih tepatnya kamar yang disewakan Junior untuknya. Disaat tubuhnya terjebak lelah. Matanya terpejam untuk meredakan kantuk. Tiba-tiba saja dia merasakan ada sesuatu samar-samar menyentuh tubuhnya ditempat tidur itu.
"HAH. KAKAK?"
Dhikel terkejut, dia langsung bangkit dari posisi tidurnya, ternyata sudah ada Junior disampingnya.
Sebenarnya setelah selesai memberesi semua barang bawaannya dan Dhikel, Junior hendak kekamar dan langsung tidur, tapi begitu dia membuka pintu kamarnya, pintu itu masih terkunci rapat. Dan dia baru saja ingat kuncinya sudah diberikan kepada Dhikel tadi.
Gue lupa. Semua kuncinya kan udah jadi satu ..
Terpaksa deh dia harus meminta kuncinya kekamar Dhikel dan berharap anak itu belum tidur. Membereskan barang bawaan yang menurut Junior sudah cukup memakan waktu bukan tidak mungkin jika Dhikel sekarang sudah tertidur pulas dikamarnya.
Karena takut mengganggu seandainya Dhikel sudah tidur. Junior tidak mengetuk pintu, dia langsung membuka pintu secara perlahan berharap pintu tidak dikunci dan tidak menimbulkan berisik.
Harapannya terkabul, pintu tidak terkunci dan tidak menimbulkan dercit kecil.
Begitu pintu terbuka, kamar Dhikel sudah tak terlihat apa-apa. Lampu kamarnya sudah dimatikan dan Dhikel sudah terbaring dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Untung saja Junior tidak mengetuk pintu tadi, dia sebenarnya tak tega jika harus membangunkan Dhikel. Gadis manja seperti Dhikel memang sangat butuh istirahat setelah menempuh perjalanan jauh.
Sekarang Junior yang dalam masalah, Dhikel tertidur dan kuncinya tak ada.
Dimana dia menyimpan kunci itu??
Junior mulai berfikir. Apa dia sebaiknya membangunkan Dhikel? Dan bertanya dimana dia simpan kunci itu? Tapi Dhihikel pasti belum lama tidur. Tidak mungkin untuk dibangunkan. Namun dia juga butuh tidur. Dimana dia akan tidur jika kamarnya terkunci dan tak bisa dibuka?.
Junior berusaha mencari-cari dimana Dhikel menaruh kunci tersebut tapi dengan ruangan gelap seperti ini menemukan kunci yang berukuran kecil jadi sedikit sulit. Bagaimana pun.. tak mungkin untuk menyala kan lampu, itu sama saja dengan membangunkan Dhikel. Junior harus bersabar dan berusaha, tangannya terus meraba-raba berharap dapat menemukan benda yang dicarinya.
Tapi diluar dugaan, tangannya menyentuh benda tajam, sengatan kecil membuatnya repleks dan membuang tangannya kesamping dan mengenai tubuh Dhikel.
Gadis itu terbangun dan mendongak, wajahnya langsung terlihat panik begitu menemukan sosok Junior didepan mata, dalam kamarnya yang gelap. Hanya berdua .
"HAH. KAKAK?"
"berisik." Junior langsung membenarkan posisinya, dari membungkuk hingga berdiri tegap. Dia ingin menyalakan lamou kamar. Tapi tak tahu dimana letak kontaknya.
"lo ngapain disini. Ini kan kamar gue."
Dhikel bergerak dan bangkit dari tidurnya.
"siapa bilang? Ini rumah disewa atas nama gue.."
Mendengar ucapan Junior. Sepasang mata Dhikel langsung berkeliaran menjelahi seluruh sudut ruangan itu. Memang benar, rumah ini disewa atas nama Junior, tapi kan masih ada kamar yang lain, gak hanya satu, kenapa juga Junior harus ikut disini bersamanya. Tapi , tadi dia bilang ini kan kamar untuk gue tidur. Bantah Dhikel dalam hati.
"ia, tapi tadi kan lo yang bilang kak. Kamar ini jadi milik gue selama gue tinggal disini."
"milik kita berdua lebih tepatnya." Tentu saja Junior tak serius dengan perkataannya. Dia hnaya ingin melihat reaksi Dhikel saat terkejut seperti ini.
"APA....emang gak ada kamar lain apa. Kenapa harus kamar ini.?"
Junior bisa melihat Dhikel semakin panik. Menemukan orang dikamarnya saat dia tertidur lelap, pasti menjadi sesuatu yang membuatnya terkejut setengah mati. Junior mulai memikirkan.
Apakah gadis ini bisa berfikir seperti wanita lainnya.
Junior langsung menjatuhkan tubuhnya keatas tempat tidur Dhikel. Kini posisi mereka sama-sama duduk dikasur empuk , Dhikel duduk menahan kepalanya agar tidak bersandar, sementara seluruh tubuh yang lain masih dalam posisi semula, sebagian tubuhnya masih ditutupi selimut.
Junior menoleh dan menatap Dhikel. Beberapa detik dibiarkan untuk saling menatap satu sama lain. Dhikel juga tak punya pilihan selain membalas tatapan Junior. Tapi lama kelamaan. Junior wajah Junior mulai bergerak dan jika dia tidak salah, Dhikel merasa wajah itu malah bergerak. Keadaan ini membuat Dhikel semakin takut, jantungnya berdetak lebih kencang, perasaan was-was dan seluruh tubuhnya mulai mengeluarkan hawa dingin, berbeda dengan Junior. Laki-laki itu masih terlihat tenang dan bersikap biasa.
Junior semakin mendekatkan wajah nya kearah Dhikel. Dhikel langsung memalingkan wajahnya kearah lain.
"lo kenapa?"
Dhikel masih memalingkan wajahnya, tak mampu menatap junior
" Gue ngantuk." Jawab Junior Singkat.
"ngantuk?"
Ulang Dhikel dengan nada keterkejutannya. Kini dia telah memberanikan menatap wajah junior yang juga masih menatap nya lekat-lekat.
Ngantuk?? Terus apa hubungannya dengan ini semua??
"ia."
Satu kalimat itu sudah berhasil mengakhiri pemikiran Dhikel. Karena tiba-tiba saja Dhikel merasa tubuhnya terdorong kebelakang . hingga dia kembali keposisi nya semula, posisi terbaring ditempa tidur. Bertambah dengan pemandangan wajah Junior dihadapannya dan tangannya yang memegangi pundak dhikel.
"lo mau apa kak?"
Dhikel merasa suaranya mulai bergetar, tubuhnya terasa dingin semua. Degup jantung nya kini berdetak lebih cepat. Junior bisa merasakan perubahan didiri dhikel. Tapi, sepertinya Junior masih mau bermain-main dengan gadis ini. Ditekannya tubuh Dhikel semakin kuat, hingga tubuh itu tidak mampu bergerak, kini wajah junior bergerak dengan cepat mendekati wajah Dhiket. Detik itu juga, Dhikel langsung memejam kan matanya. Bukan karena ingin menghayati apa yang akan terjadi. Tapi karena repleks. Karena ketakutan, dan karena tidak mampu untuk melihat apa yang akan terjadi. Tapi begitu dhikel membuka matanya. Dia mendapati wajah junior tepat didepannya hanya tinggal beberapa cm lagi.
"kunci kamar gue sama lo? Dan gue gak bisa tidur kalau kamarnya gak bisa dibuka."
"kunci??"
Dhikel ragu dirinya mampu mengerti kemana arah pembicaraan Junior sebenarnya. Sekarang pikirannya sudah berkecambuk dengan yang lain.
Junior melepaskan dirinya dari pandangan Dhikel. Dia membiarkan gadis itu mangambil napas dari semua yang telah dia lakukan.
"kunci nya mana? semua kunci rumah ini ada disitu, termasuk kunci kamar gue.."
"ohh. "
Dhikel baru mengerti sekarang. Junior butuh kunci itu..
"kuncinya nyangkut dipintu kamar. "
Junior menoleh kepintu kamar , dan benar, disana lah kunci itu tergantung. Junior langsung mengambil kuncinya dan meninggalkan kamar Dhikel detik itu juga. Tanpa sepatah kata yang terucap.

Salju Akhirnya MencairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang