BAB V

227 5 0
                                    

BAB V

Terdengar suara pintu diketuk berulang-ulang, kemudian disusul sebuah suara milik Egy.
"Dhikel,,, ini kakak, buka pintunya sayang."
Dhikel masih memukul-mukul bantal diatas ranjang. Sementara tubuhnya dalam posisi tengkurap dengan kepala yang terangkat seperti ular kobra.
Merasa panggilannya tak terjawab. Egy mencoba membuka pintu kamar milik Dhikel, ternyata tidak terkunci. Dibukanya pintu kamar secara perlahan hingga cukup luas untuk dapat dilewati oleh tubuh Egy.
"kamu kenapa sayang.?"
Dhikel masih terus memukuli bantalnya sendiri. egy yang mendengar suara gaduh dari kamar Dhikel jadi bingung. Memang apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Dhikel tak mau cerita.
"memangnya ada masalah apa sih Sayang, cerita sama kakak , siapa tahu kakak bisa bantu."
Disana lah Dhikel yang sudah mengembang air mata. Lama dia menatap kakaknya. Bukannya menjawab pertanyaannya dia malah menjatuhkan tubuh nya dalam pelukan kakaknya. Tangis yang semula hanya terdengar isak saja. Kini semakin keras dan semakiin jelas.
Egy membalas tubuh adiknya dengan tangan yang terbuka, dan membelai rambut Dhikel yang memang kusut seperti tidak pernah disisir.
Sejak kejadian tabrakan waktu itu, Dhikel selalu mengganggu Junior. awalnya memang dia malu, ragu , dan tak berani mendekati Junior. tapi sejak mendapat dukungan sportif dari Nataly. Dia jadi gak ragu lagi mengejar Junior. terkadang dia suka mencari Junior, menunggu didepan ruangan Junior belajar. Saat bel berakhir. Dia sering menanyakan kepada mahasiswa yang lain jika Junior masih belum keluar juga.
"dia masih belum keluar."
"masih didalam, sebentar lagi juga keluar."
"apa masih lama?"
"sebentar lagi nona."
Sementara anak-anak yang lain malah menertawakan Junior, laki-laki itu jadi malas keluar kelas cepat-cepat karena didepan Dhikel sudah menunggu. semua murid tentu tahu siapa yang ditunggu gadis itu, sudah sering gadis itu mengerjar-ngejar Junior. tapi Junior selalu menutup mata. Dhikel juga sering menunggu Junior keluar digerbang sekolah, jika dia tidak bisa menemui nya didepan kelasnya. Seperti biasa, dia selalu mencari-cari alasan untuk mengajak Junior pulang bareng.
"bareng yah kak.?"
"kan ada Angga."
"dia sibuk, pulang nanti kali, boleh yah.?"
"Khaiv ?."
"dia udah sama cwe nya kak. boleh yah.?"
Tanpa menunggu jawaban Junior. Dhikel langsung mencoba membuka pintu mobil, tapi belum sampai terbuka pintu mobilnya. Junior langsung menancap gasnya meninggalkan Dhikel dengan tangan yang sudah siap membuka pintu mobil.
"KAK JUNIOR. TUNGGU."
Dhikel berlari mengejar mobil Junior, tapi kalah cepat . terpaksa dia ngalah.
Waktu dikantin. Dhikel juga sering ngikutin Junior, dia memesan makanan yang sama dengan Junior. duduk didepan Junior, menatap Junior sambil senyum-senyum sendiri. Junior sih tidak masalah , selama gadis itu tidak capek ngikutin dia, Itu tidak masalah. Tapi lama-lama. Junior merasa bosan diikuti Dhikel terus. Akhirnya dia mencari alasan dengan memasuki toilet laki-laki. Memang Dhikel tidak ikut masuk, tapi sayangnya Dhikel malah menunggu Junior didepan toilet. Untung ada serombongan cwo yang mau keluar toilet. Junior menyusup diantara rombongan cowok tersebut supaya Dhikel tidak melihatnya. Junior telah sukses keluar toilet tanpa diketahui Dhikel, sementara Dhikel masih menunggu Junior didepan toilet.
"ehh tunggu bentar. Ditoilet masih banyak orang."
"gak ada tuh, udah kosong. Emang kenapa?"
"ahh engga, engga apa-apa. Ya udah, makasih yah."
Cwo itu hanya menganggukan kepala lalu berjalan menjauhi Dhikel.
"kurang asem tuh cwo. Gue ditinggalin."

Mau apa lagi sih itu anak?.
Junior merasa gadis yang berdiri di depan pintu benar-benar membuatnya malu.
"hai kak.. udah selesai rapatnya. Makan siang bareng yuk, kakak belum makan kan?"
Dhikle benar-benar membuat Junior kesal setengah mati. Tak bisakah gadis itu berhenti menguntit nya. Dari tadi pagi Junior sudah cukup bersabar menghadapi teror-teror dari cwe yang gak jelas itu. Katanya sih bilang suka sama Junior, tapi jujur saja Junior tak suka dengan perasaan suka gadis ini . membuatnya malu didepan yang lain.

Begitu ruangan kosong ,dengan nada geram dia membalas ucapan gadis itu,
"ngapain lo disini. Lo?." Nada bicara Junior sambil berbisik
"kita makan siang yuk." Dhikel gak menanggapi ucapan Junior.
Tiba-tiba saja Junior meraih pergelangan tangan Dhikel,
Harusnya Dhikel senang karena Junior mau menggandeng tangannya. Tapi Dhikel sadar, itu gandengan kebencian, pegangannya terlalu kencang.
"lepasin gw,,,"
Dhikel meronta dengan tenaga kuat. Tidak perlu harus berteriak berkali-kali atau meronta lebih kuat lagi karena Junior sudah langsung melepaskan genggaman tangannya.
Dhikel memegangi tangan kirinya yang tadi ditarik Junior.
"sakit tau,, lembut sedikit dong sama cewek."
"mau lo apa sih?"
Junior tidak memperdulikan apapun yang dikatakan Dhikel, dia juga tak peduli apakah tangan Dhikel benar-benar sakit atau malah sebaliknya. Hanya pura-pura.
"mau gw elo! Kenapa?"
Junior menghembuskan nafas kuat-kuat. ditatap nya Dhikel dengan sangat dekat.
"apa lo udah kehilangan harga diri lo.??"
Junior berhenti sejenak . lalu mulai berbicara kembali.
"gue itu capek harus diikuti lo terus, digangguin lo terus. Lo itu seperti parasit dalam hidup gue yang selalu membawa keburukan buat gue. Lagian gue bingung sama lo, udah jelas-jelas gue nolak lo. Apa lo mau gue umumin dipapan mading. atau pakai pengeras suara , atau harus gue masukin koran, kalau Gadis yang bernama Dhikel itu. "
Junior menggntung kalimatnya . namun tak lama, setelah itu dia berbicara lagi dengan suara yang sangat perlahan , yang nyaris tak terdengar.
"benar-benar gak tahu malu, dan gak punya harga diri."
lubang hampa terbuka lebar dihati Dhikel. baru kali ini dia benar-benar merasa sakit karena ucapan Junior. ini pertama kalinya Dhikel merasa sangat murahan. Kata-kata Junior membuat lubang yang tak terkira dihati Dhikel.
Air mata Dhikel nyaris keluar. namun sebelum itu terjadi dia langsung membalikan badannya dan berkata lirih.
"lo belum bilang secara terang-terangan kalau lo nolak gue kak, lo hanya bersikap sinis. Dan, menghindari gue. hanya itu"
"lo bilang apa??" Junior tampak tak mengerti.
"coba lo ingat kapan lo pernah bilang gak suka sama gue. Kapan lo bilang penolakan itu."
Kemudian Dhikel berlari kencang menjauhi Junior, tanpa ingin menunggu jawaban Junior meski dia tahu Junior hendak ingin menjawab. Ditengah dia berlari. Butiran-butiran mutiara itu mulai jatuh , sesekali Dhikel menghapus air matanya sambil mengeluh sendiri.
***
Sejak kejadian itu, Dhikel benar-benar telah berubah. Dia lebih sering menghindar saat melihat Junior, dia sudah tidak pernah lagi mengganggu Junior. tidak lagi ada gadis yang menunggu nya didepan ruangannya. Tak ada yang selalu meminta ajak tebengan dengannya. Dikantin pun Dhikel tak pernah terlihat lagi.
Apa gadis itu tidak makan siang?.
Junior sendiri menyadari perubahan itu, sebenarnya dia merasa sedikit kesepian karena tidak ada lagi yang bawel disekitarnya, tidak ada yang ,membuat darah nya mendidih, dan semua terasa sepi.
Untuk apa memikirkannya, bukankah ini yang aku inginkan??..
Sore itu Junior telah datang lebih awal, bukan karena ada tugas yang harus diselesaikan, tapi dia ingin melihat Dhikel sebelum jam pelajaran dimulai. Dhikel memang selalu tiba lebih awal. Setelah datang dia tidak pernah keluar dari kelasnya. Sudah 2 minggu sejak kejadian itu, Junior tidak pernah melihatya lagi. Aneh, sekarang dia ,,, merasa rindu dengan gadis yang selalu membuat nya malu.
"sudah hampir satu bulan, lo gue liatin lebih betah di ruangan dari pada keluar. Lo bahkan gak pernah makan siang. Kenapa sih Kyel.?"
Junior mendengar suara Nataly tadi. Apa dia tak salah dengar. Dhikel benar-benar tak makan siang. Apa sekarang dia harus merasa berdosa karena menyakiti Gadis tersebut. Atau dia merasa senang karena akhirnya Dhikel menyerah?.
"jangan ngingetin gue tentang itu. Semua tinggal kenangan. Gue ngerasa malu sekarang. Dia sampai ngomong seperti itu."
"yah lo juga sih, gue emang bilang lo harus mengejar cinta lo. Tapi bukan kayak gitu cara nya. Jelas lah dia bakal ngatain lo gitu. Aneh-aneh aja lagi lo."
"lo gak pernah bilang gue harus bagaimana. Gue males ahh ngeliat dia lagi. biarin aja cinta gue bertepuk sebelah tangan. Jauh lebih baik kayak gitu aja."
Ada sebersit kekecewaan yang terlintas dihati Junior. kini dia sadar. Sebenarnya gadis itu masih sangat polos. Dia tak tahu bagaimana cara nya mencari perhatian orang. Yang dilakukannya hanyalah sebagai aplikasi rasa cintanya. Dan support dari orang lain yang malah disalah artikan olehnya.
"jadi lo mau nyerah kyel.. ?"
"entahlah. Rasanya gak adil kalau gue terus berusaha sementara tuhan sudah menutup hatinya. Lupain aja. Gue bisa hanya melihat dia dari jauh tanpa harus mendekat."
"begitu juga tidak apa-apa. lo pasti dapat jawaban atas cinta lo yang aneh itu."
Dhikel merasa tersindir dengan perkataan Nataly tentang cinta yang aneh.
"pertama, gue gak butuh jawaban, gue butuh kepastian. Dan kedua. Cinta gue normal, gak aneh. Dan terakhir. Gue gak mau denger lo bilang cinta gue aneh lagi. Ngerti."
Intonasi Dhikel sedikit naik tingkat kesinisannya.
Dhikel tidak menyadari keberadaan Junior yang sudah didepannya. Mereka masih asik mengobrol. Tiba-tiba saja langkahnya terhalang sesuatu, sebuah kaki perempuan menyingkat kakinya hingga keseimbangan Dhikel buyar.
"awww."
Dhikel merasakan tubuhnya membentur tangga , dengan repleks dia menggunakan tangannya untuk menyangga tubuhnya agar tidak telak membentur pegangan tangan. Tapi dia salah sasaran, tangannya yang dibuat menyangga langsung tergelincir dan tidak mampu menopan tubuhnya lagi. Dhikel kehilangan keseimbangan dan terhunyung jatuh keanak tangga. Belum sempat dia rasakan benturan yang sudah dipastikan akan menyakitkan itu, dia merasakan tubuhnya telah ditopan seseorang, memeluknya, menjatuhkan dirinya kedalam lingkaran kedua tangannya.
"kak Junior,,,."
Hanya itu yang mampu dikatakan oleh Dhikel. Dia terlalu terkesima, dari jarak sedekat itu dia bisa menyaksikan dengan jelas bagaimana tampannya cwok yang selalu diincarnya itu. Lebih jelas dibanding saat mereka bertabrakan waktu itu. Karena kali ini Dhikel sepenuhnya dekat dengannya.
"lo ga apa-apa?"
Ucapan Junior menyadarkan Dhikel dari keterkesimaannya. Baru-baru dia melepaskan dirinya dari tubuh yang menopannya. Junior membantunya berdiri tegak.
" gak apa-apa kok kak. Makasih yah."
Dhikel langsung menjauh. Dia tidak mau nanti malah melAnggar tekadnya untuk tidak mengganggu Junior lagi.
Disisi lain Junior masih kaget.
Kakak? Gadis itu panggil gw kakak. Apa dia benar-benar sudah brubah.
Tapi begitu sadar , Junior telah mendapati Dhikel sudah menjauh , menghilang dari hadapannya. Dia senang karena gadis itu masih mencintainya. Tapi dia harus kecewa karena kini Dhikel berusaha menjauhinya.
Semua memang harus seperti ini bukan?

Salju Akhirnya MencairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang