BAB XVIII

82 3 0
                                    

BAB XVIII
Kejadian yang pernah terjadi dulu kini terulang kembali dikampusnya, semua gadis membatu diantara gerbang kampus. Menanti sosok yang menurut mereka seperti artis untuk masuk. Tapi Dhikel tahu laki-laki itu tak akan masuk karena sangat disesali, laki-aki itu bukan lah salah satu mahasiswa pindahan ataupun seorang dosen.
Dhikel sangat baik mengenal laki-laki itu.
Dengan memotong barisan perempuan yang menutupi pintu gerbang Dhikel menerobos kearah laki-laki itu.
"kakak.!"
Laki-laki itu menoleh, ternyata benar dugaan Dhikel, dialah laki-laki yang selama ini tidak sadar dia telah merindukannya.
"kau sudah tidak ada mata kuliah sekarang?"
"sebenarnya aku masih ada satu mata kuliah lagi nanti. Kenapa?"
Laki-laki itu terlihat menyesal, berarti dia sudah salah jadwal. Harusnya dia datang lebih sore saja.
"tidak. Kapan kau akan pulang?"
"sekitar jam 3 sore. Kenapa sih?"
Bosan Dhikel mengatakan pertanyaan yang sama, karena laki-laki itu tak mau menjawabnya. Sejak tadi hanya berbalik menanyainya.
"deddy sudah kembali, nanti kalo sudah pulang hubungi kakak aja. Kita semua kangen sama kamu."
Terutama aku.
"Deddy sudah pulang?"
Tidak terasa nadanya kembali mereda, karena senang. Ayahnya yang sudah 2 tahun tak pernah dilihatnya.akhirnya dia bisa melihat nya lagi.
Laki-laki itu mengusap kepala Dhikel perlahan. Lalu tersenyum manis, dengan senyum itu Dhikel yakin akan mempu membuat semua mata yang sedang menatapnya sekarang akan luluh dan meleleh.
"nanti aku jemput jam 3 sore. "
"hah?"
Dhikel tersenyum, tak menyangka sekarang kakaknya lebih banyak ytersenyum, dan lebih bersikap dominan, seorang kaka ang baik.
"sudah yah, aku harus kembali. Nanti kuliah mu terganggu lagi. Oh ia."
Hampir saja ada yang terlupakan, satu yang harus ditanyakannya.
"kau mengambil jurusan guru bukan?"
Dhikel tersenyum, senang kakaknya bisa menebak jurusan apa yang dia pilih.
"sudah ku duga. Sudah yah. Luluslah dengan nilai baik. Jam 3 sore aku akan kembali. Ingat itu."

Dhikel masih hanya tersenyum tak mengatakan apapun. Sementara laki-laki itu sudah pergi meninggalkannya.
"apa dia pacarmu ladies?".
Dhikel sudah diserang dengan bermacam-macam pertanyaan begitu dia membalikan badan. selalu terulang seperti ini. Jika dia yang datang. Payah.
"pacarmu tampan, siapa namanya.?"
"mungkinkah dia pacarmu? Rasa tidak mungkin. Siapa dia sebenarnya ?"
Pernyataan yang terakhir itu lah yang benar. Mana mungkin dia berpacaran dengannya. Bisa mati dibunuh dia dengan sahabat nya dulu.
"ahh, dia cuma cwo playboy yang lahir lebih dulu dari pada gue. ."
"maksudmu. Dia kakakmu?"
"seperti nya begitu."
Dhikel tak menghiraukan pertanyaan setelah itu. Lebih baik cepat menyelesaikan tugas kuliahnya dan cepat bertemu Deddy. Dari pada melayani orang lain yang bahkan dia sendiri tak mengenalnya.
"elvina, kuperhatikan kau hanya senyum-senyum sendiri sejak tadi. Apa ada yag lucu.?"
Oh-ohw.
Semua mata sedang menuju kearahnya sekarang, naru Dhikel sadar sejak tadi dia terus memikirkan kapan pelajaran ini berakhir, kapan jam 3 tiba. Sudah sanagt lama dia tidak bertemu dengan ayahnya. Dan sekarang dia harus menunggu hingga jam 3. Atau jika dosennya menghukumnya karena tidak konsen, mungkin dia akan mendapatkan hukuman lebih dan mengaret hingga beberapa jam lagi.
"ayah saya baru pulang pak."
"lalu apa hubungannya. ?""
"maaf pak."
"sekarang coba kamu maju, dan jelaskan bagaimana akar 2 ini terbentuk." Tanpa perlu banyak alasan dia maju kedepan, tentu saja bukan karena dia sok bisa, tapi memang taka da gunanya tetap diam dan mengeles atau mengulur-ulur waktu berharap dosennya bisa mnengerti jika dia tak bisa.
Akan tetapi begitu Dhikel melihat soalnya. Ohh, ternyata ini masih mudah, dia suda mengerti saat di SMA , karena belajar private dengan guru terpintar sebekasi, well. Jadi soalnya bukan masalah. Yang jadi msalah adalah jika dosennya malah menyuru nya juga untuk menjelaskan secara terperinci dan menjadikannya assistance. Akan banyak memakan waktu itu sih.
"good. Awalnya kukira kau tidak mendengarkan penjelasan ku "
Tentu saja tidak. Dhikel sejak tadi hanya sibuk dengan pemikirannya sendiri. tak memiliki waktu untuk mendengarkan penjelasan dari dosennya, hanya saja mungkin takdir memang memihknya saat ini. Dia bisa menjawab pertanyaan itu karena sudah pernah diketahuinya saat SMA.

Salju Akhirnya MencairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang