K&K 9

101 4 0
                                    

Aku membuka lokerku lalu mengambil beberapa alat tulis yang kubutuhkan hari ini. Aku menghela nafas lelah. Sejak bangun tidur tadi entah kenapa aku lebih sering menghela nafas. Jujur saja, aku tidak bersemangat untuk sekolah hari ini. Rasanya tumpukan beban dan masalah memang berdatangan dari tempat ini. Beberapa rekan OSIS dan ekskulku menyapa tapi aku hanya tersenyum dan selebih nya diam. Senyumpun tidak benar-benar dari hati.

Masalah yang cukup banyak menghampiriku membuatku lelah. Uangku yang masih sering hilang, hubunganku dengan Kian yang sedikit merenggang, nilai matematika yang sedikit menurun, dan masih banyak lagi. Asmaku juga akhir-akhir ini jadi sering kambuh. Aku sangat suka berdiam diri di balkon sekarang. Entah itu mengkhayal, menulis sesuatu di binder, atau memainkan handphone ku untuk sekedar selfie, dan main games.

"HAI KIARAAAAA!!!!"

Seketika orang-orang di koridor memperhatikan kami berdua. Aku mendesah sebal.

"Berisik dan malu-maluin," Kataku tepat di depan wajah nya.

Nadin cemberut lalu kami berjalan menuju kelas.

Nadin berdesis. "Semangat dong Ra!! Hari ini guru-guru pada ga masuk karena mau gerak jalan, otomatis kita free class."

Aku tersenyum miring. "Sorry, tapi untuk kali ini gue lebih suka merhatiin guru killer ngejelasin materi atau dikasih soal berpuluh-puluh nomber dari pada harus free class," Ucapku

Nadin berdecak. Selanjut nya aku bingung harus bagaimana lagi.

×××

Aku memasukan seluruh alat tulis ke dalam tas lalu mengaitkan gendongan tasku di bahu kanan. Aku menuju keluar kelas, saat di depan kelas handphoneku bergetar. Aku segera melihat siapa yang menelfonku.

'Ibu'

"Halo assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam, kenapa bu ?"

"Kamu dimana ?"

"Ini disekolah bentar lagi pulang,"

"Kamu pulang sama Kian ?"

Aku terdiam sebentar dan bingung harus menjawab apa.

"Halo Ra ? Kamu masih hidup kan ?"

"Eh Iya bu, masih Bu, Kiara pulang naik angkot kayak nya bu. Kalo Ibu mau jemput ya jemput aja hehe,"

"Ya udah Ibu jemput ya sekalian sama Kenaya juga,"

"Oke"

Ibu memutuskan sambungan telfon nya. Aku lanjut berjalan dan berbelok ke arah koridor kelas 11 dan langsung menuju kelas Kenaya.

"Ada Kenaya ?" Tanyaku pada teman satu kelas nya.

"Ga ada Kak, Kenaya kayak nya lagi di lapangan belakang," Ucap nya.

"Oh gitu, ya udah makasih," Aku tersenyum sekilas dan langsung menuju lapangan belakang.

Ketika sampai disana aku melihat Kenaya dan teman-teman nya berdiri di pinggir lapangan sambil memberi semangat pada--

"Kak Kian! Ayo semangat!"

Kian.

Aku mendesis kesal lalu buru-buru menghampirinya.

"Ken," Kataku begitu aku berdiri di belakang nya. Kenaya dan teman-teman nya menoleh ke arahku.

Teman-teman Kenaya berubah menjadi lugu, beda dengan Kenaya yang malah menunjukan sisi keras nya.

"Pulang, Ibu jemput kita," Kataku.

"Duluan aja, gue bisa naik angkot atau ojek," Katanya.

"Pulang Kenaya! Lo lebih mentingin disini dan nyemangatin pacar gue?!" Tanyaku sambil menatap nya tajam.

Kian & KiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang