Aku mengamati dua dress yang ada di kedua tanganku ini. Di tangan kiriku ada dress selutut berwarna peach dengan manik-manik berwarna putih sedangkan di tangan kananku ada dress selutut berwarna putih bersih polos. Karena aku suka yang tidak terlalu ribet jadi aku memilih memakai gaun putih.
Malam ini aku sekeluarga plus Kenaya akan hadir di acara pembukaan restaurant milik tanteku, karena acara nya cukup resmi jadi Ibu menyuruhku memakai dress.
Setelah mandi aku bersiap-siap memakai dress itu dan merias wajahku dengan make up natural. Aku memilih menggerai rambutku dan hanya membawa handphone tanpa tas. Uangpun aku tidak bawa.
Aku turun ke bawah, ada Kenaya sedang duduk di ruang tv dengan dress selutut berwarna hitam dengan rambut yang di kuncir kuda. Terlihat simple tapi tetap menawan, apalagi ditambah kulit nya yang putih dan juga paras yang ayu.
"Hai Ken!" Sapaku sambil tersenyum. Kenaya hanya membalas dengan senyuman nya. Memang semenjak Kenaya kembali lagi ke rumah ini dia agak murung. Berbicara seperlu nya, tertawa bila menurut nya hal itu perlu di tertawakan, dll. Dia juga jarang keluar rumah, menyendiri di dalam kamar seperti nya lebih asik.
"Ra, Ken!" Aku menoleh ke belakang.
Ibu berdiri disana dengan gaun berwarna abu-abu dan jilbab berwarna putih. Ibu sangat cantik dari biasa nya, juga ayah yang memakai jas berwarna hitam. Mereka sangat cocok.
"Udah siap ? Yuk pergi!" Ajak Ayah. Aku mengangguk lalu menoleh ke arah Kenaya yang berdiri sambil merapihkan dress bagian bawah nya.
Kami memasuki mobil. Aku dan Kenaya di belakang sementara Ibu dan Ayah di depan. Restaurant nya tidak terlalu jauh dari rumah kami jadi 15 menit juga sudah sampai.
Sudah banyak orang-orang diluar sana dengan pakaian formal mereka. Banyak juga anak-anak seusiaku yang datang bersama orang tua nya. Aku dan keluargaku turun lalu memasuki tempat itu yang kini menjadi restaurant milik tanteku.
"Selamat datang, dari keluarga siapa ?" Tanya seorang wanita yang berdiri di tengah-tengah pintu.
"Yanto," Ucap Ayah.
Wanita itu memeriksa kertas yang ada di tangan nya lalu menunjukan kertas itu pada pria di sebelah nya.
"Oh mari Pak saya antarkan ke meja anda," Katanya. Ayah mengangguk lalu berjalan disusul Ibu lalu aku dan Kenaya.
Tiba-tiba kami berhenti. "Ini Pak meja nya, selamat menikmati acara nya."
Aku melihat ada nama Ayah di meja itu lalu aku duduk dan terakhir Kenaya. Tempat ini cukup luas dan sangat nyaman.
"Yanto!"
Aku menoleh ke asal suara. Itu Tante Rini!
Tante Rini berlari kecil ke arah meja kami lalu bersalaman dengan Ayah,Ibu lalu aku dan Kenaya.
"Oh ini bukan yang nama nya Kenaya ?" Tanya tante Rini.
Aku mengangguk.
"Ya udah nikmatin aja ya acara nya, nanti makanan nya di anter sama pelayan-pelayan disini tinggal duduk manis aja, Aku masih ada tamu lainnya. Bye," Katanya sambil melambaikan tangan nya.
Aku mengedarkan pandanganku ke segala penjuru arah lalu tiba-tiba berhenti di satu titik.
Laki-laki itu.
Kian. Ada. Di. Sini. Dengan. Mama. Nya.
Sekali lagi ku perjelas...
KIAN ADA DI SINI DENGAN MAMA NYA!!!!
Aku terus memperhatikan nya lalu tiba-tiba pandangan nya ke arahku atau entahlah ke arah mana yang jelas aku tidak ingin menatap nya balik.
"Itu Kian bukan Ra ?" Tanya Kiara sambil menunjuk Kian.
Aku menepuk tangan nya pelan. "Jangan ditunjuk ih! Iya itu Kian. Ngapain coba dia disini, dari sekian banyak tempat kenapa harus ketemu disini. Diruangan yang sama." Protesku.
"Lah mungkin Mama nya temen yang punya restaurant ini," Kata Kenaya.
"Ya mungkin aja, tapi kenapa dia harus ikut coba," Protesku lagi.
Kenaya mengedikan bahu nya. Aku melirik nya lagi dan ternyata dia masih sibuk melihat ke arah sini. Seperti nya aku harus mencari tempat lain.
"Ken, pergi yuk? Kemana gitu kek asal jangan disini. Ga enak gue.." Kataku.
"Mau pergi kemana ?" Tanya Kenaya.
"Kemana aja kek, keluar atau keliling-keliling tempat ini," Ucapku pelan.
"Ya udah ayok!" Seru Kenaya.
Aku tersenyum lalu menoleh ke arah Ibu. "Bu, Rara sama Kenaya keliling-keliling bentar ya ? Nanti balik lagi kok kesini."
"Iya, hati-hati ya!" Ucap Ibu.
Aku dan Kenaya berdiri lalu menuju ke luar tempat ini. Sebelum nya aku melihat ke belakang, tepat ke meja Kian berada tadi. Tapi sekarang orang itu tidak terlihat.
"Kiara!" Seseorang mencekal lenganku. Aku menoleh ke arah orang itu. K.I.A.N.
"Kiara kita harus ngobrol sebentar," Katanya.
Aku menghela nafas. "Mau ngomong apa ?"
"Please ikut gue sebentar.."
Aku menoleh ke arah Kenaya. "Ken, lo bisa balik lagi ke meja. Kalo Ibu sama Ayah nanya gue dimana bilang aja gue ketemu sama temen gue dan ngobrol di luar."
"Oke," Kenaya tersenyum tipis lalu kembali pergi ke meja yang ku tempati tadi.
Kian menarik tanganku menuju parkiran dan menyuruhku masuk ke dalam mobil.
"Apaan sih? Ngapain pake masuk segala ? Ngobrol disini bisa kan ?" Tanyaku.
"Masuk!" Katanya.
Akhirnya aku menuruti perkataan nya lalu masuk ke dalam mobil dan duduk. Dia ikut masuk lalu menutup pintu.
"Lo kenapa mutusin gue gitu aja ? Tanpa alasan yang jelas," Katanya.
Aku menoleh kearah nya. "Lo pengen tau kenapa ? Itu karena pertama lo bohong sama gue. Kita udah pacaran berapa lama dan masih aja ada yang lo tutupin dan gue merasa ga enak. Semua rahasia gue udah gue kasih tau ke lo, tapi lo ?" Jeda. "Kedua, gue liat lo berdua sama cewek di depan toko roti. Gue sakit ngeliat itu Yan, lo bilang lo lagi ngasuh tapi nyatanya lo sama cewek!"
Kian terdiam sambil memperhatikanku.
"Gue minta maaf Ra.. Gue tau gue salah banget" Katanya. Iya lo salah banget.
"Lo boleh minta apapun sama gue untuk permintaan maaf," Katanya.
"Oke, gue minta satu hal sama lo.. Pergi,"
"Pergi ?"
"Pergi dari kehidupan gue."
Kian menatapku tidak percaya. Tapi salah satu nya jalan demi melupakan dia adalah menyuruh nya pergi dari hidupku.
"Fine," Katanya. "Tapi sebelum itu, gue pengen meluk lo untuk yang terakhir kali. Boleh ?"
Aku tertegun. Untuk yang terakhir kali.
Aku mengangguk perlahan lalu dia mendekapku. Membawaku dalam kehangatan.
"Makasih Ra, makasih banyak.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kian & Kiara
Teen FictionKian dan Kiara adalah sepasang kekasih seperti kebanyakan pasangan lainnya. Mereka menghadapi masalah ringan sampai masalah yang berat hingga membuat hubungan keduanya renggang begitu saja. Kian yang penuh dengan rahasia yang Kiara tidak ketahui, Ki...