Aku menuruni anak tangga yang menghubungkan kamarku dengan lantai bawah. Tadi Ibu sudah memberitahuku bahwa pacarku itu sudah ada di bawah. Nama nya Kian Ferdiansyah. Banyak yang tidak menyangka bahwa aku dan Kian berpacaran karena tingkah kami sangat sangat berbeda, ada juga yang menyangka kami berpacaran karena numpang tenar, terlibat perjodohan dan sebagai nya.
"Kamu lama amet sih, tuh Kian nunggu nya jadi lama.." Kata Ibu sambil merangkulku ke luar rumah menuju teras. Aku bisa melihat Kian yang duduk di kursi teras sambil memainkan handphone nya, begitu dia menyadari akan kehadiranku dia langsung berdiri sambil tersenyum. Lebih tepat nya tersenyum pada Ibuku karena Kian irit sekali senyum kepadaku.
"Rara berangkat dulu ya, Assalamualaikum.." Aku mencium tangan Ibuku begitupun dengan Kian lalu aku masuk ke dalam mobil nya lalu disusul oleh Kian. Kian melajukan mobil nya dengan kecepatan normal.
Di dalam mobil kami sibuk sendiri. Aku sibuk membaca ulang catatan yang sudah ku pelajari semalam sementara Kian yang sibuk menyetir sambil mendengarkan lagu lewat headseat. Setiap aku tanya kenapa dia tidak menyalakan radio alasan nya pasti 'takut ganggu lo belajar' katanya.
Well, dia cukup menghargaiku dengan tindakan seperti itu dan aku suka laki-laki yang menghargai gadis nya.
Kian memarkirkan mobil nya di apotek samping sekolah karena peraturan di sekolah tidak boleh membawa kendaraan seperti mobil atau motor makanya mereka memarkirkan nya jauh dari sekolah. Seharusnya aku melaporkan pada BK atas aksi yang Kian lakukan ini karena aku juga ikut bertanggung jawab atas peraturan sekolah tapi karena dia pacarku jadi ya tidak tega. Wakil ketua osis yang mengecewakan mungkin sebutan yang pas untukku.
Aku dan Kian memasuki area sekolah. Beberapa pasang mata memperhatikan kami secara terang-terangan, itu sudah menjadi sarapan setiap pagi untukku dan Kian tapi sayang aku sudah kenyang karena sudah sarapan di rumah. Ha lucu.
"Gue ke kelas ya?" Kataku sambil berhenti di depan kelasku. Aku dan Kian memang beda kelas, Aku 12 Mipa 1 dia 12 Mipa 3. Walaupun Kian nakal tapi otak nya berisi.
"Sip. Belajar yang bener," Katanya sambil menepuk-nepuk kepalaku pelan. Aku mengangguk lalu masuk ke dalam kelas. Begitulah aku dan Kian, sangat irit bicara.
×××
Aku memasukan alat-alat tulis ku karena bel pulang sudah berbunyi, mungkin hari ini aku pulang terlambat karena harus mengikuti rapat OSIS terlebih dahulu dan juga Kian yang mengikuti kumpulan ekskul futsal nya. Aku heran, Kian tinggi tapi tidak ada niatan sama sekali masuk basket. Memang masuk basket tidak harus selalu orang yang tinggi sih.
Aku berjalan keluar kelas karena tidak melihat aku menubruk seseorang begitu aku mendongak ternyata Kian orang nya. Dia menatapku dengan tatapan datar nya, tidak ada manis-manis nya sama sekali.
"Sorry, ga liat-liat tadi," Kataku sambil mengusap-ngusap jidatku yang menabrak Kian tadi.
"Hati-hati lain kali, lo mau rapat OSIS kan ?" Tanya nya. Aku mengangguk.
"Nanti gue tunggu di lobby, kalau lo duluan yang pulang lo tunggu di lobby juga ya," Kata nya. Aku mengangguk lagi lalu dia pergi begitu saja dan aku juga harus ke ruang OSIS.
Beberapa teman-temanku sudah duduk manis di kursi nya masing-masing, aku langsung mengambil tempat di samping Mega, Teman satu kelasku yang juga anak OSIS.
"Kok lo cepet kesini nya sih ?" Tanyaku pada Mega.
"Cewek cantik mah bebas," Katanya agak sedikit tidak nyambung menurutku. Tiba-tiba ruangan menjadi sedikit hening karena masuk sang ketua OSIS yaitu Geryn.
***
Selesai rapat OSIS aku bergegas menuju lobby untuk menemui Kian. Ternyata Kian sudah ada disana, dia sedang duduk sambil mengobrol dengan teman-teman nya. Begitu matanya beralih padaku dia langsung berdiri dan pamit lalu menarikku menuju tempat mobil nya di parkir.
"Lama ya?" Tanyaku.
Dia menoleh ke arahku, "Ngga kok, Oh iya ikut dulu ya sama gue," Katanya.
Aku masuk ke dalam mobil nya begitupun dengan dia. "Kemana ?" Tanyaku
"Ke rumah nenek gue, tadi gue disuruh sama Mama," Katanya. Aku hanya mengangguk.
Akhirnya Kian melajukan mobil nya menuju rumah Nenek nya, jujur saja aku belum pernah diajak ke rumah Nenek nya baru kali ini saja. Jika ke rumah Kian aku sudah sering, begitupun dengan Kian yang sering ke rumahku untuk sekedar main atau numpang makan.
Ternyata rumah Nenek nya tidak terlalu jauh, Kian turun terlebih dahulu lalu disusul olehku. Kian sama sekali tidak ada manis-manis nya, berbeda dengan cowok-cowok lainnya yang justru bersikap manis pada para gadis-gadis nya itu. To be honest aku menyukai cowok seperti Kian yang bersifat jutek dan dingin.
Kian menarik tanganku masuk ke dalam pekarangan rumah nya. Kami berhenti di depan pintu berwarna coklat yang cukup tinggi ini. Kian menekan bel yang ada disamping pintu beberapa kali hingga pintu terbuka oleh seorang wanita yang ditangan kanan nya terdapat lap berwana pink.
"Eh Den Kian," Katanya. Biar aku tebak apakah ini asisten rumah tangga disini ?
Aku melirik Kian yang ternyata sedang tersenyum tipis.
"Nenek ada kan di dalem ?" Tanya Kian.
"Ada Den ayok masuk, Ayok Neng masuk," Katanya. Aku mengangguk sambil tersenyum. Kian masuk lalu aku mengikuti nya.
"Lo tunggu disini ya, gue ke dalem bentar," Katanya. Aku mengangguk.
"Neng duduk dulu, mau bibi buatin minum apa ?" Tanya nya. Tebakan ku benar ternyata.
"Makasih Bi tapi aku bawa minum kok," Aku tersenyum.
"Oh ya sudah, Bibi ke dapur dulu ya Neng kalo ada apa-apa panggil saja," Katanya lalu pamit pergi. Aku perlahan melangkah menuju sofa berwarna merah maroon itu dan duduk disana.
Dinding-dinding disini banyak dipenuhi foto-foto keluarga. Kebanyakan foto Kian dan seorang cowok lain nya yang entah siapa namanya. Kian belum pernah bercerita tentang saudara-saudara nya kecuali Kakak perempuan nya.
Disini juga banyak piala yang beratasnamakan Kian, ada juara lomba menggambar,renang,atletik,basket,MIPA.
"Ra," Aku menoleh ke sumber suara dan mendapati Kian dan seorang wanita setengah baya. Aku berdiri lalu buru-buru menyalani wanita ini yang ku yakin adalah nenek nya.
Nenek nya tersenyum ke arahku sambil mengelus pundakku pelan.
"Jadi ini yang sering kamu ceritain Yan?"
Hah?
Aku melirik Kian yang sedang menggaruk tengkuk nya. Setahuku jika Kian seperti itu maka tanda nya dia sedang salang tingkah.
"Kamu pinter ya milih cewek. Sekalinya dapet langsung yang cantik kayak begini, untung Nenek ga jadi jodohin kamu sama anak nya Pak Ridwan. Kayaknya lebih baik ini dari pada anak nya Pak Ridwan," Kata Nenek nya. Jadi malu...
"Eh tadi siapa nama kamu ?" Tanya nenek.
"Kiara, tapi panggil aja Rara soalnya Kian juga suka manggil Rara," Kataku kelewat jujur.
"Kiara... Kian... Sama-sama berawalan K ya? Mudah-mudahan aja jodoh," Katanya. Haduhh Nenek nya Kian ini...
"Ya udah kalo gitu Kian pulang ya ?" Kata Kian. Nenek nya mengangguk. Kian salim begitupun denganku lalu kami diantar sampai keluar rumah.
"Hati-hati ya Yan, kamu bawa calon istri kamu loh," Aku merasakan pipiku memanas pasti sudah semerah tomat ini. Aku masuk ke dalam mobil, Kian ikut masuk.
Tiba-tiba dia tertawa kecil. "Kenapa ?" Tanyaku.
"Lucu aja gitu liat Nenek sama lo tadi, Sorry ya Nenek gue bawel," Katanya.
"Ish! Ga boleh gitu, itu juga Nenek lo sendiri, Nenek gue juga," Aku nyengir.
Kian terkekeh. "Mau kemana lagi sekarang ?" Katanya.
"Pulang aja, besok gue ada ulangan Fisika jadi harus belajar," Kataku.
"Baik calon istri,"
"Apaan sih!"
∆∆∆
Aloha!
Ini cerita pertama gue wkwk cuma nyoba2 aja sih siapa tau kalian suka yaaaaa maafkan jika banyak typo hehe...Love, Thana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kian & Kiara
Teen FictionKian dan Kiara adalah sepasang kekasih seperti kebanyakan pasangan lainnya. Mereka menghadapi masalah ringan sampai masalah yang berat hingga membuat hubungan keduanya renggang begitu saja. Kian yang penuh dengan rahasia yang Kiara tidak ketahui, Ki...