Author POV
Hari ini adalah hari minggu dimana semua orang bebas untuk melakukan apapun. Tapi tidak untuk Kiara, Kiara lebih memilih untuk mengerjakan semua tugas nya untuk hari-hari ke depan. Lagi pula dia juga tidak punya rencana untuk pergi ke luar. Berbeda dengan Kenaya yang sudah bersiap-siap untuk pergi.
"Kiara, makan dulu gih. Tugas nya nanti di lanjutin lagi," Ucap Ibu sambil merangkul Kiara.
Kiara berdiri lalu menuruni anak tangga menuju dapur. Kiara duduk di kursi meja makan sementara Ibu menyiapkan semangkuk sup jagung dan nasi.
"Tumben Ibu masak banyak, mau ada apa emang ?" Tanya Kiara sambil mencicipi sedikit sup jagung.
Ibu terkekeh. "Ngga ada apa-apa Ibu cuma lagi pengen masak aja buat keluarga kita."
Kiara mengangguk-ngangguk sambil menyantap makanan nya dengan tenang. Ditemani Ibu yang sedang mencuci peralatan dapur bekas memasak.
"Kamu UAS kapan Ra ?" Tanya Ibu.
Kiara menelan makanan nya. "Katanya sih akhir november nanti tapi gatau, belum ada info lagi soal nya."
"Kamu harus belajar yang bener. UAS kali ini buat nilai terakhir di rapot kamu loh, kalo ga salah sih gitu. Pokok nya kamu harus belajar yang bener, jangan kebanyakan main, pacaran, main hp apa lagi nonton film di laptop sampe malem. Kebiasaan kamu tuh kalo lagi libur," Ucap Ibu.
Kiara tertawa kecil. "Makanya Ibu nanti ajak aku ke toko buku dong biar aku beli buku buat terus belajar."
"Halah kamu.. Akhir nya Ibu lagi yang bayar buku nya nanti. Kayak waktu itu kamu minta anter Ibu ke toko buku dan janji bayar pake uang kamu tapi disana akhir nya Ibu yang bayar." Gelak tawa kedua nya terdengar.
Setelah Kiara beres menyantap makanan nya dia mencuci bekas makan nya tadi lalu meminum segelas air putih dan menuju kamar nya kembali. Begitu berada di anak tangga terakhir Kiara menyipitkan matanya sejenak karena pintu kamar nya tertutup padahal tadi terakhir pintu nya terbuka.
Merasa curiga, Kiara buru-buru membuka pintu.
"Astagfirullah! Lo lagi ngapain Kenaya ?!" Tanya Kiara dengan mata yang terbelalak.
Sungguh pemandangan yang sangat tidak mengenakan dimana Kenaya sedang memasukan beberapa lembar uang ke dalam tas nya dari celengan Kiara.
"Ki-Kiara, G-Gue bisa jelasin.." Kenaya panik sendiri.
"Gue ga nyangka!" Kiara menutup mulut nya dengan kedua tangan nya. "Ternyata selama ini duit gue selalu ilang karena elo yang nyuri ?!"
Kenaya gelapan sendiri.
"Kalo lo butuh uang, lo bisa pinjem Ken. Ga usah nyuri, lo tau kalo nyuri itu dosa besar! Udah berapa ribu uang gue yang lo curi ? Hah?!" Tanya Kiara.
"Tapi gue gengsi Ra!" Teriak Kenaya.
"Lo kalah sama setan! Lo lebih milih nyuri dari pada minjen yang jelas-jelas cara yang halal. Gue akan laporin ini ke Ibu," Kiara hendak pergi namun tangan nya di tarik oleh Kenaya. Kenaya membawa Kiara menuju balkon kamar. Kenaya menutup pintu yang menghubungkan antara kamar dan balkon.
"Gue mohon Kiara jangan bilang ke Ibu sama Ayah please, gue janji akan ganti secepat nya," Ucap Kenaya.
"Tapi perbuatan lo ini udah kelewatan Kenaya!" Bentak Kiara.
"Iya gue tau tapi please jangan laporin ini Ra please gue akan ganti uang itu secepat nya," Kenaya tetap memohon.
"Ngga Ken! Kalo gue ga laporin ini Ke Ibu sama Ayah lo pasti akan melakukan hal yang sama suatu hari nanti," Bentak Kiara lagi.
"Lo egois!!!!" Entah kemasukan setan dari mana, dan mendapat tenaga dari mana Kenaya mendorong Kiara sangat kuat hingga tubuh nya terjengkang dan jatuh ke bawah.
Kenaya membelalakan mata nya begitu melihat darah yang tergenang di sekitar kepala Kiara.
"K-Kiara.."
×××
Bunyi alat pendeteksi jantung memenuhi ruangan ini yang hanya ada satu orang. Orang itu menutup mata nya dengan kepala yang di perban,selang oksigen di hidung nya, infusan. Wajah nya tenang seakan-akan berkata kalau dia baik-baik saja.
Suara pintu terbuka terdengar nyaring, masuklah seorang pria berperawakan tinggi dengan sweater maroon dan celana jeans hitam.Kian menarik kursi untuk mendekat ke ranjang. Kian mengelus lengan milik Kiara sambil menatap nya.
"Cepet sadar dan cepet sembuh Ra," Ucapnya.
Suara kedua dari pintu terbuka terdengar. Kali ini bukan satu orang yang masuk, tapi dua orang berbeda jenis. Kian berdiri sambil menatap mereka dingin.
"Lo ngapain disini ?" Tanya Kian.
Kenaya menunduk. "G-Gue mau jenguk K-Kiara."
"Seharus nya sekarang lo ada di kantor polisi! Lo hampir ngilangin nyawa Kiara Ken!" Ucap Kian.
"Yan, lo tenang dulu. Ini bukan sepenuh nya kesalahan Kenaya," Bela Kamal. Mata Kian beralih pada Kamal.
Tatapan rindu, benci, merasa bersalah, dan lain-lain nya bercampur menjadi satu menghasilkan tatapan tajam dan dingin.
Kenaya berjalan perlahan mendekat ke arah Kiara.
"Berhenti disitu atau gue bunuh lo!" Ancam Kian. Kenaya terpaksa berhenti lalu menoleh ke arah Kian.
"Gue cuma pengen liat wajah Kiara Yan, gue kangen sama dia. Gue tau ini semua salah gue, gue yang menyebabkan Kiara kayak gini tapi jujur, gue sangat merasa bersalah dan gue pengen ketemu Kiara," Kenaya sukses menangis.
Ruangan hening.
"Sorry Ken, tapi gue belum bisa izinin lo untuk ketemu Kiara," Ucap Kian.
Kenaya menatap Kian tidak percaya lalu mata nya beralih pada Kiara. Kenaya berlari menuju pintu lalu keluar begitu saja.
Hanya ada Kiara yang tidak sadarkan diri, Kamal yang menatap Kian dengan tajam, dan Kian yang memperhatikan Kiara dengan detail.
"Kian," Panggil Kamal.
Kian sama sekali tidak menoleh. Keinginan untuk menolehpun tidak ada sama sekali.
"Kian! Mama ngajarin kita kalo ada yang manggil kita harus nyaut!" Ucap Kamal.
Seketika badan Kian menegang mendengar kalimat tersebut. Dengan terpaksa Kian menoleh.
"Gue minta sama lo, jangan ngomong tentang itu disini. Disini ada Kiara," Ucap Kian.
"Gue tau, tapi Kiara ga bisa denger Yan, dia ga sadar!" Nada suara Kamal meninggi.
Kian terdiam.
"Mau sampe kapan lo bersikap kayak gini sama gue ?" Tanya Kamal.
Kian tidak menjawab.
"Inget kata Mama ? Kalo ada yang nanya harus jawab," kata Kamal.
"Lo mau tau kenapa gue bersikap kayak gini setiap ketemu lo ? Itu karena gue amat sangat marah sama lo walaupun kejadian itu udah lama. Lo pergi sama Papa ke luar negri dan tiba-tiba pas balik ke Indonesia Papa udah minta cerai ke Mama dan Papa bawa cewek lain! Dan gue liat disitu lo sangat akrab sama cewek itu, lo ga tau apa yang dilakuin Mama tiap malem saat itu. Dia nangis sendirian di dalem kamar dan gue gatau apa-apa cuma bisa diem di depan pintu Kamar Mama!" Jelas Kian.
"Lo enak tinggal di rumah Papa, kalian bahagia dan gue denger lo punya adik perempuan. Sementara gue di rumah ? Cuma berdua sama Mama di temenin pembantu. Mama yang jadi tulang punggung keluarga, hampir setiap hari Mama lembur demi menghidupi gue dan dia sendiri. Itu sebab kenapa gue ga suka sama lo!" Lanjut nya.
Kamal bungkam.
"Gue tau kalo gue kembaran lo, gue ga berhak kayak gini tapi rasa sakit gue dan Mama ga akan bisa ke hapus. Tapi tenang, lo masih gue anggap sebagai kakak," Ucap Kian.
"Gue minta maaf Yan," Hanya itu yang bisa di ucapkan oleh Kamal.
Tanpa mereka berdua sadari, tetesan bening dari sudut mata Kiara turun dan Kenaya yang berdiri di depan pintu yang tertutup berusaha mati-matian menahan tangis nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kian & Kiara
Teen FictionKian dan Kiara adalah sepasang kekasih seperti kebanyakan pasangan lainnya. Mereka menghadapi masalah ringan sampai masalah yang berat hingga membuat hubungan keduanya renggang begitu saja. Kian yang penuh dengan rahasia yang Kiara tidak ketahui, Ki...