Senyum

286 23 2
                                    

"Percayalah, setiap senyum yang terukir akan menimbun setiap luka"

~~

Aku terisak, tubuhku berguncang. Aku hanya tak bisa menahannya lagi...
Bahkan aku menangis tersedu. Aku letih menangis dalam diam.

Tiba-tiba seseorang memelukku dari belakang.

Kurasakan hangat menjuluri tubuhku. Ketenangan itu...

"Jangan Amnesia lah. Nanti kamu lupa sama aku."

Refleks aku menoleh, dia nyengir. Cengiran khasnya yang membuat aku tiba-tiba tersenyum.

"Gitu dong senyum. Lagian mata kamu tuh udah bengkak, tambah dibengkakin lagi. Mau jadi Panda?" dia mengacak pelan rambutku.

Aku menggeleng sambil tersenyum.

Reuben mengambil posisi duduk di sebelahku.

"Kamu kemana aja dari tadi pagi Ben?" ucapku sembari menghapus sisa sisa tangisan pedih itu.

Ben menoleh ke arahku dengan wajah bingung. Namun seketika cengiran itu terlukis di wajahnya.

"Ketauan yey.. Kangen ciyee!" dia menggodaku.

"Geer banget jadi orang." aku memukul bahunya pelan.

"Aciyeee.. Ketauan ketauan.." Reuben tersenyum puas. Aku membenci itu, disudutkan.

"Nggak ih."

Reuben mencubit pipiku pelan.

"Kalo kamu ceria gini bikin aku geregetan." pipiku memanas.

Jangan sampai Reuben menyadarinya.

"Berarti aku gak usah ceria lah. Biar gak dicubit pipinya." aku pura-pura ngambek.

"Yeyy jangan lah." Reuben mengacak rambutku pelan, lagi.

Sepertinya Reuben menyukai rambutku(?)

"Eh, permainan piano kamu bagus. Ada perkembangan. Seharusnya...."

Aku terdiam memperhatikan Reuben. Kenapa setiap dia ada di dekatku, senyumku selalu terurai, bahkan aku merasa tenang.

Tapi kenapa? Kenapa bukan dengan Mikha?

"dreyy!"

Aku tersentak kaget.

"Aku tuh tau ya aku ganteng. Tapi gak gini juga dibengonginnya."

"Mulai deh geernya." aku memukul pelan bahu Reuben, lagi.

Terlalu nyaman jika kami bersama.

"Kenapa belom pulang?"

"Nungguin Cherrel. Kamu?"

"Aku baru pulang. Abis lomba."

"Lomba apa?"

"Kepo?!" ekspresi jahilnya mulai mengganggu.

"Oh yaudah."

"Ngambek?"

"Gak lah Ben. Kan hak kamu buat kasih tau apa nggak." aku mencoba santai, meskipun aku tahu, aku sangat penasaran.

Aku hanya memegangi ujung rok yang kupakai, sepertinya ia lebih menarik dibanding harus melihat wajah Reuben yang sekarang menoleh ke arah luar jendela.

"Aku tadi lomba gitar gitu."

Sontak aku menoleh ke arah Reuben. Sedangkan yang dilihat masih fokus melihat ke arah luar jendela.

Aku tertarik dengan kelanjutannya.

"Kamu tahu kan, aku jatuh cinta sama musik. Bahkan orang-orang bilang kalo aku pacaran sama gitar."

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang