Time

318 32 22
                                    

Keep vomment guys..

~~~

"Bukankah orang yang sedang jatuh cinta cenderung menghubungkan satu hal dan hal lainnya. Mencari-cari penjelasan yang membuat hatinya senang(?) Tapi kenapa kamu beda?"

"Kenapa kamu gak percaya sama kemungkinan-kemungkinan yang ada itu? Atau percaya sama penjelasan yang kamu inginkan?"

"Harus dijawab?"

Aku menjawab sarkas. Perlukah semuanya dijelaskan(?)
Bukankah seharusnya kamu yang menjelaskan semuanya(?)

Bukankah kamu yang seharusnya menjelaskan semuanya(?)

Semua yang seketika menjadi rumit!

"Kenapa kamu balik nanya gitu?"
"Kamu yang kenapa nanya balik? Aku yang butuh penjelasan bukan kamu!" aku bedecak kesal.

Bodoh! Bagaimana mungkin aku menjawab pertanyaan itu. Sama saja aku bunuh diri, mengungkapkan perasaanku secara tidak langsung.

Dia malah tersenyum sinis.

Aku letih dengan semua teka tekimu Mikh! Begitu rumit! Apa sih susahnya jujur?!

"Mikh, tolong. Jangan gini. Aku capek." dadaku sesak menahan tangis dan kesal.

Semuanya berputar dikepalaku, membingungkan.

Dia hanya tersenyum.

"Emangnya aku kenapa?" mulai lagi deh Mikh.

Aku mendesah kesal. Bisa-bisa aku meledak disini.

"Kamu tetap Audrey yang dulu.mudah banget keselnya. Jadi greget." dia tertawa renyah.

Apa apaan coba(?)

"Lebih baik kita pulang yah." Mikha mengacak rambutku pelan. Dia menggenggam tanganku hendak menuntunku pulang.

Sekarang malah mengajakku pulang. Padahal perbincangan tadi belum menghasilkan apa -apa. Bahkan satu jawaban pun tidak

Aku cemberut pasrah. Seperti kambing ditarik-tarik.

"Now is'nt the perfect time." tiba-tiba Mikha bergumam pelan.

Aku kaget, sontak menoleh kearahnya. Melihat ekspresinya yang serius, aku tertunduk lemah.

Aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Rumit. Apa yang ada di kepalaku sangat rumit.

Dapatkah aku berharap Mikh?

Bisakah kau jelaskan Mikh, mengapa?

Bisa kau jelaskan apa yang kau rasakan? Apa yang aku rasakan?

Jika ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan semua ini, lalu kapan?

Aku lelah menunggu.

Jangan beri aku teka-teki lagi Mikh.

Semakin aku mencoba untuk menyusun semuanya, semakin besar luka yang diakibatkannya.

~~

"Pake jaketnya nanti masuk angin. Nih." dia memberikanku jaket kulit berwarna coklat muda.

"Gak usah. Kamu aja yang pake. Aku pake cardigan kok." aku menunjuk cardigan hitamku.

"Ini cardigan apa taplak meja? Tipis banget gini. Pake nih." dia tetap memaksa.

"Enggak Mikh.. Kamu aja yang.. "

Mikha langsung memakaikan jaket kulit itu ke tubuh ku.
Aku terdiam membeku.
Badan kekarnya menaungiku sejenak.

Dia berubah, begitu banyak.

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang