Perih

306 30 6
                                    

~~ ketika sakit datang kembali~~

Pagi ini mendung, sepertinya matahari pagi ini enggan untuk menemani perjalananku ke sekolah. Kurasa sebentar lagi akan turun hujan, padahal aku tidak berminat pada hujan hari ini.

Kulangkahkan kakiku di koridor. Kulihat Mikha dan Sarah berangkat ke sekolah bersama, mereka berada di parkiran.

Sedari tadi tangan Sarah tak berhenti tertaut di lengan kekah Mikha. Aku mencoba untuk tenang. Lagi pula hal yang terjadi kemarin lebih menyenangkan daripada gandengan tangan itu.

Tapi kenapa hati ini masih terasa sakit?

~~

Sejak bel masuk sekolah berbunyi sampai sekarang, Mikha dan aku hanya saling bertukar senyum jika kami berpapasan.

Kenapa kami tak bisa berbincang seperti hari kemarin?

Bukankah kemarin kami penuh dengan tawa? Obrolan yang asik?

Apakah ini karena Sarah sudah mulai gencar mendekati Mikha kembali?

"Woyyyy!!" Cherrel mecah lamunanku. Astaga kelas sudah beranjak kosong.

"Dohhh, si Audrey bengong aja. Ada masalah?" Sarah menghampiri kami, sepertinya dia sudah bersiap untuk pulang.

Aku hanya menghela nafas.

"Okay okay. Biar ga berlarut-larut bengong atau apanya lah ya.. Sekarang aku mau ajak kalian makan bareng. Kita hangout?!" aku merasa ada yang aneh.

"Wah.. Serius nih? Yoklah, lagian ini perut udah lama gak diisi sama makanan enak."

Kepalaku masih sibuk menerka-nerka apa yang menjadi penyebab Mikha berubah. Aku hanya mengenal dia yang cuek dan individualisme. Dan saat aku mengenal sisi lain yang begitu aku idamkan selama inj, ia kembali seperti dulu. Apa-apaan ini?

"Lah kok bengong lagi sih?!" Cherrel berdecak. Mungkin dia sudah kesal melihat tingkahku ini.

Sarah hanya tersenyum memadangi tingkah kami yang bisa dibilang konyol.

Aku dan Cherrel saling melotot, memasang muka bete. Itu yang dinamakan sahabat kan?

"Okay.. Aku telepon Pak Amri dulu ya." aku mengambil handphoneku dan segera menghubungi Pak Amri.

~~

Di sinilah kami, di lapangan futsal sekolah. semilir angin memberikan irama yang menenangkan. Cuaca masih mendung.

"Lo kenapa sih?" Cherrel mulai mengintrogasi. Aku benci sifatnya ini, tapi maklum lah, namanya juga sahabat dekat, dan PEREMPUAN.

"Gapapa." aku berusaha bersikap biasa.

Kuarahkan pandanganku ke arah pemain-pemain futsal itu. Terutama dia, dia yang menjadi pokok pemikiranku hari ini.

"Sayangnya mata, pikiran, gesture, mimik wajah sama mulut lo ga kompak." Cherrel memandang rindangnya pohon yang menari akibat ulah si angin.

Aku tahu dia mengerti aku.

"Walaupun mulut lo gak cerita, tapi bagian tubuh lain bakal cerita dengan caranya sendiri."

Kami terdiam sebentar. Melihat girangnya seorang gadis yang melihat lelaki pujaannya mencetak goal keduanya.

Ingin rasanya aku meluapkan perasaanku seperti Sarah pada saat ini. Berteriak girang, seperti masa lalu.

Hey? Sejak kapan aku mengingat masa lalu lagi? Bukankah aku sudah ingin memulai semua dari awal tanpa menengok ke belakang lagi?

Semilir angin membelai wajah kami, membuat anak rambut kami menari.

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang