" Hai," Sapanya gugup. Ternyata ia bisa gugup juga. Hahaha
Dia menyapa ku dengan senyuman yang tercetak dibibirnya, berjalan perlahan menuju ku.
"Maaf baru dateng," Ucapnya ketika sudah didepan ku.
Dia duduk di hadapan ku, aku meraba wajahnya lalu kebagian mata sebelah kanan yang ditutupi kain bercorak batik. Seperti perompak.
" mata gua bukan buat nangis loh blu," Ujarnya seraya menghapus air mata ku yang sudah turun entah kapan.
" Kenapa?," tanyaku kepada nya yang masih mengelus pipi ku.
" karena gue ingin buat lo bahagia," ujarnya dengan senyuman tulusnya.
Seketika air mata ku turun dengan derasnya,lalu memeluknya dengan erat. Sangat erat.
" jangan tinggalin gua lagi lang," pinta ku disela isakan. Aky tak peduli kemejanya basah karena air mata ku.
Aku melihat Gio merangkul Vio keluar untuk meninggalkan kita berdua.
" Gak, gak akan pernah blu," Janjinya dengan yakin.
Aku tersenyum mendengar janji yang diucapkannya dengan keyakinan. Bukan lagi mendengar kan ketidak pastian yang terucap dari bibirnya.
" Cinta buat gua belajar namanya hidup, mungkin kalo gak ada cinta gua gak tau namanya hidup itu kaya mana," ucapnya," yakin sama cinta blu," lanjutnya lalu mengecup dahi ku dengan lembut.
"Pecundang,"
Aku menoleh mendapati ayah dengan senyum misteriusnya berjalan mendekati ku dan Langit.
Jangan lagi tuhan
Aku menggengam erat tangan Langit, aku takut. Amat sangat takut kehilang nya lagi.
" Hai bapak tua," ejek Langit lalu berdiri.
Aku menarik tangannya ketika Ia ingin menuju Papa. Dia menoleh memberi ku senyum menenangkan.
" Bocah brengsek ya kau ini," Ucap Papa seraya menarik Langit kedalam pelukannya.
Aku ulangi
Pelukannya,
Apa memeluk Langit, aku menutup mulut ku tak percaya apa yang aku lihat. Mereka berpelukan seakan tidak terjadi apa-apa.
" Kamu gak ingin peluk Papa biru?," Tanya papa yang membuat ku langsung berlari Menujunya.
" Aku sayang sama papa," ujar ku ketika sudah berada dalam pelukan papa.
" Papa tau, bahkan Papa lebih sayang kamu," ujarnya seraya mengapus air mata ku.
Papa menarik ku kembali kedalam pelukannya.
"maafin papa ya nak," ujar papa penuh penyesalan.
" selalu, bahkan aku yang harus minta maaf sama papa karena aku udah benci sama papa," ujar ku seraya melepas kan pelukan." Dan saya juga minta maaf sama kamu Lang, karena sudah....,"
" saya udah maafin ko om.," potong langit ketika papa ingin menjelaskan sesuatu yang aku tidak tau.Aku melihat raut wajah ayah yang bingung ketika Langit memotong pembicaraannya.
" yasudah, kalian bisa selesai kan urusan kalian lagi," ujar papa lalu pergi meninggal kan kami berdua.
Apa yang papa telah lakukan ke Langit??
" hei, kanapa kamu bengong?," tanya langit membuat ku kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect love
Teen Fictionketika takdir menyatukan cinta kembali?apakah sesempurna itu untuk mereka kembali?