" BLU!!!,"
Aku berlari ke arah Gadis yang telah tergeletak lemah. Aku tidak peduli saat ini semua orang berteriak marah karena aku membuat kendaraannya berhenti mendadak . Yang aku ingin kan dia. Dia yang tersenyum senang pada ku bukan dengan kondisi belumuran darah.
Aku mencoba menepuk pipinya pelan. Ia tersenyum tulus kepada ku.
Shit!
Bahkan ia masih tersenyum menatap ku. Tetapi, perlahan senyum itu pudar ditambah lagi matanya yang tertutup.
Jangan ambil dia tuhan
" Brengsek!!," aku mendengar sumpah serapah pria yang selama ini aku benci.
" Halangi dia arya, jangan sampe dia menyetuh putri ku," perintahnya kepada Pengawalnya. Sial! Ia masih sempat-sempatnya menjauhkan ku dari Biru.
" Lepasin gua, Sialan!," aku terus memberontak ketika pengerakan ku untuk mendekat kearahnya dihalangi.
Dugh
Aku berasil lolos oleh pengawalan dari anak buah pria tua itu. Dan aku menghampiri nya lagi ketika matanya terbuka. Aku menatap nanar kearahnya.
" Hai," sapa ku ketika aku berhasil menggegam tanganya. Bahkan tangannya begitu rapuh dan dingin.
Aku bodoh membuat dirinya seperti ini. Coba saja aku tidak membentaknya pasti kejadian seperti ini tidak akan terjadi.
" Lo nangis?," ujarnya lirih seraya mengapus air mata yang entah kapan sudah keluar.
Aku tidak menghiraukan pertanyaannya aku menoleh ke pria itu-papa dari gadis ku.
" tsk, siapa kan mobil bodoh," perintah ku pria tua itu. Dia seolah tersadar langsung menyuruh anak buahnya menyiapkan mobil.
" Hei, lo tenang ya gua selalu ada di sini," Ujar ku lalu mengangkat tubuhnya untuk ke mobil.
Dia sama sekali tidak menjawab ucapan ku bahkan matanya tertutup lagi. Biru ku mohon bertahan lah.
" BLU, lo tau ga? Gua amat sangat takut kehilangan lo," Oceh ku ketika dia dalam pangkuan masih dalam keadaan mata terpenjam.
" Sial!! Kenapa macet si," Teriak ku kesal
" ini semua salah kamu," ujar pria tua itu. Aku sama sekali tidak memperdulikan nya.
" kalau terjadi apa-apa saya akan menyalahkan kamu," lanjutnya.
Aku segera keluar dari mobil dan mengedong gadis ku keluar. Tidak perduli seberapa jauh jarak yang ditempuh aku harus segera membawa Biru ke rumah sakit.
" mau kamu bawa kemana putri saya hah?," tanyanya dengan kesal.
" yang jelas saya akan menyalamatmya," Ujar ku lalu berlari dengan sekuat tenaga ku dengan dirinya dalam dekap ku.
Aku terus berlari diantara mobil-mobil yang berhenti. Tidak peduli semua orang menatap ku heran bahkan aku tidak peduli baju seragam ku kini berwarna merah. Yang jelas aku harus menyelamatkannya.
"Aku mohon bertahan demi semua orang yang kamu sayang blu," ujar ku seraya masih berlari dan mentap wajahnya. Wajahnya yang kini pucat dengan darah yang terus keluar dari kepala.
" Dokter!!," teriak ku ketika sudah sampai dirumah sakit.
Aku membaringkannya di ranjang rumah sakit dengan perlahan. " dok, selamat kan dia," mohon ku pada dokter itu.
" Sebaiknya Anda tunggu sini, dan berdoa," ujar dokter itu lalu menutup pintu UGD.
Aku meluruh kebawah, menunggu sampai dokter keluar tapi sudah setengah jam dokter tidak keluar juga.
Bangun blu, aku menunggu.
" Bangun, jangan jadi bocah cengeng," perintah seorang dengan suara beratnya.
Aku menoleh dan tersenyum kecut melihat siapa yang datang.
" Salah kan saya kalo anda ingin menyalahkan saya," Ucap ku lirih.
Dia berjongkok tepat didepan ku.
" Kalo anak saya tau kamu menangis pasti dia akan tertawa," ejeknya.
" Bahkan saya rela nangis setiap detik,menit,jam, bahkan hari asal dia tertawa bukan seperti sekarang terbaring lemah," Ucap ku lagi dengan suara yang bergertar
Entah kenapa aku merasa pria tua itu sedang menenangkan ku. Aku tau aku laki-laki yang lemah menangis tertunduk dengan isakan yang cukup keras.
" Bangun, saya gak ingin ketika putri saya sadar melihat mu seperti ini," perintahnya.
Aku hanya mengelengkan kepala. Dan aku mendengarkan Ia menghela nafas kasar lalu aku merasa kan ada yang mendekap ku. Dia-pria tua itu nendekap ku memberi ku ketenangan.
" Dia putri ku yang kuat, percaya dia pasti bisa melewatinya," Ujarnya menenangkan.
Kurang lebih selama tiga jam kami menunggu didepan ruangan UGD ini. Dan pada akhirnya dokter keluar.
"Saya ingin bicara dengan keluarga dari pasien tesebut," ujar dokter itu dengan menatap kami berdua.
" Mau ikut?," tawarnya.
Aku mengangguk lalu mengikuti langkahnya menuju keruang dokter.
" begini pa, putri anda mengalami pembenturan hebat pada bagian kepala kemungkinan besar ketika putri anda sadar dari koma- ,"
" koma dok?," potong ku cepat.
" dia koma, dan yang saya takut kan ketika putri anda sadar mengalami kebutaan dan mengalami kehilangan memorinya, tapi saya harapkan tidak terjadi," jelas dokter tesebut
Aku segera keluar dan menuju ke ruangan gadis yang selama ini mengisi hati ku. Sejak dulu aku mencintai nya, sejak ia tersenyum kepada ku.
" Hai, lo tau gak tadi papa lo meluk gua, karena apa? Karena gua nangis," Ujar ku seraya mengusap rambutnya yang panjang dan lembut.
"Kata bokap lo, lo bakal ketawa liat gua nangis ya? Kalo gitu gua akan nangis untuk buat lo ketawa blu," lanjut ku
" huh, sulit untuk gua nahan air mata gua keluar kalau liat keadaan lo yang kaya gini, ternyata gua tau gimana namanya ditinggalkan, menyakitkan," Ujar ku kini aku mengecup dahi yang diperban.
" Gua pulang dulu ya, mau ganti baju," pamit ku
Aku mengecup dahinya lagi
Lalu matanya yang terpejam
Turun ke pipinya yang sedikit ada goresan
Lalu ke bibirnya yang tertutup rapat bahkan dingin
" gua harap lo bukan hanya sadar tapi ga lupain gua ya," ujar ku setelah itu pergi keluar dari ruangan
Ketika aku keluar aku melihat ibunya- Biru yang sedang di tenangkan oleh Vio sahabatnya melihat Gio yang menatapku cemas tapi aku tidak melihat Pria tua itu. Entahlan aku tidak tau dia dimana.
" Lo mau gua anteri ga?," Tawar Gio
Aku hanya mengeleng lalu menuju ke arah kedua orang yang sedang berlelukan salah satunya menangis histeris.
" tan, aku minta maaf ini salah ku," ujar ku lirih
Ia menoleh lantas memeluk ku. Sama seperti suaminya memberi ku ketenangan.
" kamu udah besar ya ternyata," ujarnya seraya menangkup wajah ku. Lalu memeluk ku.
" tapi aku masih sama, belum bisa menjaga putri tante," ujar ku mengeratkan pelukan ku.
" kamu sudah cukup menjaganya nak," ujarnya seraya mengusap air mata ku. " kamu pulang nanti kesini lagi ya," perintahnya dan aku mengangguk.
Gua nunggu lo blu, selalu . Dan gua janji ketika lo sadar nanti gak ada lagi penderitaan.
######
Hai. Maaf kalo jelek yak. Ini udah mau ending. Maap juga kalo typo bersebaran oh iya kalo gak ada yang vote dan komen gua kayaknya ga lanjut deh. Hahaha enjoy yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect love
Teen Fictionketika takdir menyatukan cinta kembali?apakah sesempurna itu untuk mereka kembali?