" Gio?," panggil ku pada Gio
"apa," jawabnya tampa melihat ku
Aku dan Gio hari ini pergi ke taman favorit kita . Gio yang selalu menemani ku karana terpaksa tepatnya. Mungkin ia tak tega melihat sahabatnya dengan muka sembab seperti ini
" jodoh gak bakal kemana kan ya?," tanya ku seraya menatap danau yang berada didepan ku.
kali ini Gio memandangkan dengan kerutan di keningnya.
" sejak kapan lo ngomongin jodoh," ledeknya
" Gio serius!,"
" jodoh tergantung sama kita si kir, kalo lo gak nyari dan berusaha pasti jodoh lo gak bakal dateng, tapi kalo lo berusaha jodoh dateng ke lo," ujarnya
" kalo lo sama Vio?," tanya ku iseng
" jawaban bohongnya gue gak mau jodoh sama dia, tapi jawaban jujurnya gue pengen jodoh sama dia kir,"
" yaudah berjuang dong ," ujar ku
kali ini Gio dan aku berhadapan Gio mencubit pipi ku dengan gemas. Dan menghembus kan nafas nya lelah.
" ya ampun Akir lo itu polos banget si, percuma gue memperjuangin kali cuma gue doang yang berjuang, ujung-ujung nya gue malah sakit," ucapnya seraya merangkul ku
" siapa si cowo yang buat lo nanya kaya gini?," Tanya Gio menatap ku curiga. Aku sedikit malu karena baru kali ini aku membahas masalah cowok didepan Gio.
ketika aku ingin menjawab pertayaan Gio, seorang memangil ku dari suaranga sepertinya ku kenal. Dengan cepat aku membalikan tubuh ku.
" Vio?," ujar ku dan mata ku lagsung tertuju ke arah mata Gio. Mata Gio melihat kemana tangan Vio dan Irlan saliang bertautan.
" hai?, ngapain disini vi?," tanya ku sedikit gugup.
kasihan Gio, Vio pacaran sama Irlan kapten basket yang belagu ini? pertanyaan ini muncul diotak ku.
"owh, ini si Irlan ngajakin kesini," ujarnya
Gio menggegam tangan ku cukup kencang memberi isyarat kalo ia ingin pergi dari sini
" Ayo Akir, gue tunjukin tempat romantis yang ada disini,"ujar Gio dengan penekan di kata romantis
Belum sempat aku pamit Gio telah menarik ku terlebih dahulu. Aku merasakan kemarah Gio yang ia tahan sedari tadi.
" ARGH! BRENGSEK!," Teriak Gio membuat ku terkejut.
" Gio, lo harus tenang. oke?," Ucap ky mencoba menenangkan nya.
Gio menarik nafas panjang lalu membuangnya dengan keras. Dia menghadapku seraya tersenyum yanf dipaksakan.
" Gue yakin dia masih sama perasaannya kayak lo," Ujar ku.
Gio tertawa, tawa itu semacam tawa yang frustrasi.
" Dia memutuskan gue? Berarti dia udah gak cinta sama gue Akir," ujarnya.
" Tapi—,"
" Udah lah pulang, udah sore ," Potongnya cepat. Membuat ku mendegus kesal.
*****
"makasih ya Gi," ujarku lalu pergi meninggalkanya
Aku terus berjalan masuk tanpa memperdulikan sekitar. Entah kenapa selama satu bulan penuh aku sekelas sama anak baru itu aku jadi selalu ingat dengan nya.
oh iya aku dan Gio langsung memutuskan pulang setelah hari mulai sore. Sebenarnya Gio mengajak ku makan tetapi, aku memilih pulang karena entah kenapa ada perasaan mengajal di hati ku ini.
Sekilas aku mengingat kejadian tadi dimana Vio dan Gio bertemu. Ditambah lagi dengan Vio yang entah sengaja atau tidak membawa Irlan dihadapan kami,membuat Gio marah. Kadang aku kasihan sama mereka berdua. cuma karena hal kecil membuat mereka putus. Itu pun tahu dari Gio, Hal kecil apa aku juga tak tahu.
" Biru" panggil mama.
Aku menoleh Kearahnya.
" kenapa ma?,"
" tadi ada temen kamu, tadi kamu katanya ada janji untuk ngerjain tugas kelompok sama dia," jelas mama
" tugas? kelom—," seketika aku baru ingat " mah aku berangkat lagi yah," ujar ku seraya mencium pipi mama lalu pergi. Oh sudah cukup lama aku tidak mencium pipi mama. Aku merasa tubuh mama sedikit kaget ketika aku mencium pipinya. Lalu aku pergi tanpa peduli reaksi mama tadi.
******
" jam 08:00," Ujar orang tersebut dengan nada tegas.
"iya tau," ujarku dengan nafas yang tidak teratur.
" berarti telat berapa jam?," tanyanya lagi
" 1 jam ," jawab ku singkat
"ini orang mau instograsi gue apa mau ngerjain tugas si," batin ku
" oke, gue minta maaf sama lo ya, karna gue telat dan alesannya karna gue lupa," ucap ku
" duduk," perintahnya
" sekarang lu ngetik ini," ujarnya dengan menyodor kan sebuah buku
"kenapa engga copy paste aja si banyak tau kalo di ketik," protes ku
Yang diprotes hanya sibuk memainkan ponselnya. Huh! Ini orang niat gak si belajar kelompok? Kenapa dia sibuk mainin ponselnya. Aku terus mendumal dalan hati. Karena kemarahan ku sudah diubun-ubun aky berdiri untuk membentaknya.
" lo itu ya!, hargain gue dikit ke emang kata lo gue gak cape apa?lo cuma bisa duduk doang!," ujar ku dengan penuh amarah.
Yang dimaraho hanya memandang ku dengan alis yang di angkat satu. Menambah kadar ke gantengannya.eh maksudku kadar menyebalkannya.
" udah?," ujarnya dengan nada santai.
Aku hanya mengagguk tanpa sadar.
"Gue mau pulang," ujar ku tegas ketika sadar.
karna tidak ada tanggapan, aku memutuskan berdiri untuk pulang. Baru beberapa langkah tubuh ku menegang.
" Blu ,"
panggilan itu?kenapa aku berilusi kalau dia ada disini. Tidak itu buka dia.
"Aku kangen kamu blue," ujarnya lagi
Aku hanya bisa bungkam untuk kedua kalinya, tapi pada akhirnya aku memutuskan berbalik untuk melihat apa ini hanya sebuah ilusi. Ketika aku menoleh aku membelak tak percaya. Selama ini dia ada disini bersama ku? Menjadi orang yang menyebalkan sekaligus.
"Langit," Panggil ku lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect love
Teen Fictionketika takdir menyatukan cinta kembali?apakah sesempurna itu untuk mereka kembali?