perfect love - 2 (Revisi)

1.6K 47 0
                                    

Bel berbunyi tiga kali menandakan sekolah telah usai. Entah kenapa aku masih penasaran dengan anak baru itu. Aku masih mengawasinya setiap pelajaran berlangsung ya walau aku sering ditegur oleh guru karena tidak memperhatikan materi yang diterangkan.

" Woi, gak pulang lo?" lagi-lagi vio yang membuat lamunan ku buyar

Aku berdecak kesal karena hobinya mengagetkan ku "Kebiasaan tau gak lo"

" Ye, lagian lo dari tadi gak konsen, jangan bilang gara-gara? "

" apa?" potong ku" buang segala pikiran lo tentang apa yang ada diotak lo, lagian gue gak mikiran Arga "

Vio terlihat bingung, tunggu ada yang salah sama ucapan ku tadi?

ketika Vio mau membuka mulut Gio datang dengan keadaan penuh keringat .

" dihh, kaya hantu lo! " ujar Vio sewot dan lansung melengos pergi meninggalkan aku dan Gio

oh iya, jadi anak baru itu namanya Arga jangan salah sangka dulu karna tadi dia memperkenalkan diri di depan kelas ketika pelajaran terakhir tadi. Arga siapa ya aku lupa karena saat itu aku sibuk menatap matanya.

" kapan lo balik akur sama vio" ujar ku kepada Gio sambil geleng-geleng kepala

satu lagi yang kalian belum tau kalo v
Vio dan Gio dulunya pacaran. Entah karena apa mereka putus, padahal sudah dua tahun mereka berpacaran.

Gio hanya menaiki bahu nya acuh, tapi aku yakin diantara mereka masih ada cinta.

" Lo gue suruh keparkiran, malah disini" ujar nya sambil menjitak kepala ku

" Dihh apaan si lo" Omel ku ke Gio karena ia seenaknya menjitak kepala ku ini.

Yang diomelin hanya terkekeh lalu merangkul ku untuk pulang. Aku tertawa ketika Gio menyanyi lagu yang Vio sering nyanyi kan. Perahu kertas dari Maudy Ayunda.

___________

" kamu baru pulang?" tanya papa

Aku memutar bola mata jengah mendengarkan pertanyaan yang di lontarkan papa hanya basa-basi"Kelihatannya?" jawab ku datar

Entah sampai kapan aku harus seperti ini sama papa. jujur aku tidak mau seperti ini tapi papa yang buat ku seperti ini. Dan papa juga yang membuat ku jauh dengan dia.

" Biru kamu ini!"

" kenapa ? papa mau bilang aku anak yang gak punya sopan santun sama orang tua? yang buat aku kaya gini siapa? papa kan? aku capek pah baru pulang aku gak mau bedebat sama papa, jadi aku harap papa ngerti" ujarku lansung pergi meninggal kan papa, mama yang ada disana hanya diam tidak membela siapapun.

Dan Aku benci ketika orang rumah memangil nama ku dengan nama Biru. Sebelum aku membuka kamar ku aku mendengar perdebatan Mama dan papa. Aku menarik nafas panjang lalu membuagnya kasar. Aku lelah sungguh mendengar semua ini.

Setelah masuk kekamar aku langsung melempar tas ku dan kekamar mandi untuk membersihkan badan ku yang sudah lengket ini.

beberapa menit aku sudah bersih aku lansung menjatuhkan tubuh ku di ranjangku sambil menutup mata .

sampai kapan seperti ini tuhan.

*****

Aku melihat seorang anak laki-laki dan perempuan yang di perkirakan berumur tujuh tahun. Keduanya tertawa bersama ketika mereka berdua sedang bermain ayunan. Anak perempuan itu lantas turun dari ayunan itu pergi menuju danau yang tepat berada disebelah ayunan itu.

Perlahan aku mendekat menuju mereka berdua. Tetapi ketika aku mendekat anak laki-laki itu menghadap ku lalu tersenyum keraah ku.

" Ayo blu sini!," Aku tersentak ketika anak laki-laki itu bukan tersenyum kearah ku melainkan kearah anak perempuan yang tepat berada dibelakang ku.

" Sebentar Lang! Tangan aku kotor nih," Teriak perempuan itu .

Lagi-lagi aku tersentak ketika jemari yang dingin anak gadia itu yang dipanggil Blu menggenggam tangan ku untuk berjongkok.

" Lawan semua rasa takut itu dan ingat masa kecil ini Blu," Ucap Anak laki-laki itu tiba-tiba yang sudah berada disamping anak gadis itu.

" Blu?," Aku mengulangi apa yang anak laki-laki itu ucapkan.

Anak perempuan itu membelai pipi ku lembut. Tanpa sadar aku meneteskan air mata.

" Maaf membuat mu menderita," Ujar Anak perempuan itu seraya menghapus air mata ku.

Aku memperhatikan wajah anak perempuan itu. Wajahnya sangatlah mirip dengan ku lalu aku beralih kearah wajah anak laki-laki itu dia mirip dengan? Aku pernah melihat mata itu menatap nya tapi?

" Biru!,"

Aku menoleh bersamaan dengan anak kecil itu. Itu? Itu papa? Berarti anak kecil ini benar-benar aku? Aku ingat dengan semua masa lalu diriku tetapi kenapa aku tidak ingat sedikit pun dengan masa kecil ku. Bahkan aku tidak mengingat diri ku kecil.

Aku mundur secara perlahan tanpa melihat pandangan kearah mereka bertiga yang sedang berdebat. Ditambah lagi anak laki-laki yang baru aku ketahui bernama Langit itu terjatuh ketika papa mendorongnya. Aku masih saja memundurkan diri ku ke belakang .

Langit kecil itu menatap ku wajah yang tidak aku bisa baca lalu aku melihat nya berlari kerarah ku.

" Aku pasti akan menemukan mu Blu,"

" LANGIT!!," Aku berteriak dengan nafas terengah-engah.

Aku memperhatikan keadaan yang ada didepan mataku. Tidak ada ayunan yang didepan ku yang ada hanya meja berserta Televisi. Tidak ada danau disebelah kanan ku yang ada hanya lemari pakaian. Tidak ada jalan setapak disebelah kiri ku, hanya ada meja belajar dan disudutnya ada pintu kamar ku. Tunggu berarti ini dikamar ku? Aku menyibakan selimut yang berada ditubuh ku. Aku mengecek baju ku yang ternyata sama apa yang berada didalam mimpiku.

Terakhir dalam mimpiku Langit kecil menarik ku lalu mendorong ku agar aku tidak masuk danau. Tetapi, Dirinya lah yang masuk danau itu.

" Blu? Jadi panggilan Langit ke gue blu?," Gumam ku.

Aku menoleh kearah jam yang berada di meja kecil disamping tempat tidur ku. Jam menunjukkan pukul 01.00 lagi-lagi aku terbangun hanya karena mimpi itu.

Aku terus bertanya dalam diriku, kenapa aku sama sekali tidak ingat dimana diriku diumur tujuh tahun. Bahkan aku tidak ingat setelah itu.

Aku memegang kepala ku yang terasa sakit ditambah lagi jantung ku yang sangat sesak. Aku turun dari ranjangku dengan hati-hati aku butuh minum untuk menghilangkan semua rasa sakit ini.

Ketika sampainya didapur aku langsung meneguk gelas tanpa tersisa sedikit pun Air.

" Arga mirip dengan langit, jadi bayangan yang selama ini menghantui gue bener," Ucap ku yakin.

Tapi kalau memang ia langit seharusnya bersikap baik bukan seolah-olah seperti orang asing. Memikirkan segalanya membuat aku akan cepat tua. Dan untuk kesekian kalinya aku tidak akan tidur.

perfect loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang