Chapter 8

1.8K 212 93
                                    


"Tunggu!" cegah Silena ketika Amar akan mengantarkan Risa pulang.

Kedua orang yang sedang berjalan menuju halaman rumah dimana motor Amar terparkir, menghentikan langkahnya.

"Ada sesuatu yang harus kalian tau."

"Soal pengkhianatan lo?!" ucap Amar dingin tanpa berniat memutar tubuhnya untuk menghadap Silena. Kini semua rasa yang pernah dia punya untuk Silena, menguap entah kemana.

"Ini semua tidak seperti yang kalian kira. Zain tidak bersalah di sini."

"Hentikan Si!" Zain menyuruh Silena untuk tak membongkar rahasia mereka. Dia menarik Silena mendekat dan menyuruhnya untuk tidak bicara lagi.

"Maaf Zain, tapi gue gak bisa lihat lo terluka." Silena menatap Zain iba.

Amar dan Risa yang penasaran, memutar tubuhnya menghadap Zain dan Silena.

"Gue nggak akan maafin lo kalo lo bicara lagi," ancam Zain sungguh-sungguh.

"Apa yang kalian sembunyikan?" Risa meminta jawaban. Dia maju beberapa langkah mendekat ke arah mereka dan menatap Zain dan Silena bergantian.

"Gue minta maaf Risa." Silena menggenggam tangan Risa dengan air mata yang sudah membasahi pipi.

"Kenapa lo minta maaf?"

Silena menundukkan kepala.

"Jangan Si!" Zain masih melarang Silena untuk berbicara.

"Diam Zain...!!!" teriak Risa pada Zain dan menatap tajam lelaki itu, yang membuatnya terdiam. "Apa yang lo sembunyiin dari gue?" pandangan Risa diarahkan kembali pada Silena sambil mengguncang bahu gadis itu.

"Semua yang dikatakan Zain itu adalah kebohongan."

"Apa maksud lo?" Risa tak mengerti, dia semakin mengguncang keras bahu Silena.

"Dia mutusin lo bukan karna pacaran sama gue. Gue dan Zain gak ada hubungan apa-apa, kita hanya pura-pura pacaran."

Risa sangat terkejut mendengar itu, tubuhnya terdorong beberapa langkah dan melemas, dia hampir jatuh jika Amar yang ada di belakang tak menolong dan membantunya untuk bisa berdiri tegak lagi. "Tapi kenapa kalian lakukan itu?" Risa menatap Zain dan Silena bergantian untuk meminta penjelasan.

"Karna Zain ingin membuat adiknya bahagia. Dia berpikir inilah satu-satunya cara mengembalikan kebahagiaan Amar dengan memberikan orang yang dia cintai padanya, karna ternyata Amar secara tak sadar telah jatuh cinta padamu Ris."

Kata-kata terakhir Silena membuat Risa dan Amar bagai disambar petir. Amar sungguh tak mengerti dimana jalan pikiran Zain selama ini, kenapa dia dengan bodohnya mengorbankan cintanya hanya untuk kebahagiaan Amar dengan memberikan Risa padanya, dan Amar tersentak ketika mengetahui jika dia jatuh cinta pada Risa. Bukankah selama ini perempuan yang dia sukai adalah Si She, yang tak lain adalah Silena, kenapa bisa jatuh cinta pada Risa? Amar menggelengkan kepala, menyangkal perasaannya pada Risa. Tidak mungkin dirinya jatuh cinta pada Risa.

Sementara Risa tak habis pikir oleh perbuatan Zain, dia merasa dipermainkan dan dianggap barang yang bisa berpindah tangan dari satu pemilik ke tangan yang lain. Air matanya sudah tak dapat dia bendung lagi. Sakit hatinya bertambah perih ketika mengetahui fakta dibalik alasan Zain menghindarinya selama beberapa bulan ini dan puncaknya pada pemutusan sepihak hubungan mereka seminggu yang lalu. Risa mendekat ke arah Zain, yang sejak tadi menundukkan kepala.

"Gue benci lo!" Risa memukul dada Zain, melampiaskan semua rasa sakitnya. Zain hanya diam mematung dengan mata berkaca-kaca melihat kepedihan di mata Risa. "Kenapa lo lakuin ini sama gue? Apa salah gue?!" Risa terus memukuli Zain. "Jawab gue, Brengsek!"

Zain masih mematung di tempatnya. Dia sangat menyesal telah menyakiti Risa, perempuan yang sangat dicintainya, dan dia begitu bodoh karena dengan perbuatannya ini malah semakin memperburuk hubungannya dengan Amar.

Ketika pukulan Risa di dadanya semakin lemah, saat itulah hati Zain terketuk. Dia menggerakkan tangannya untuk memeluk dan menenangkan Risa, tapi apa yang dilakukan Risa membuatnya menyadari kalau dia sudah kehilangan gadis itu. Risa menolak untuk dipeluknya bahkan ketika Zain memaksa memeluknya, dia menampar Zain. "Gue benci lo!" setelah mengatakan itu, Risa berlari keluar halaman rumah.

"Brengsek!" sekali lagi Amar memukul Zain sampai tubuh lelaki itu terkapar di lantai, sebelum dia berlari menyusul Risa.

"Maafin gue, Zain." Silena berjongkok untuk membantu Zain berdiri, tapi tangannya ditepis oleh Zain.

Zain tak memedulikan permintaan maaf Silena. Dia bangkit dan berlari menyusul Risa dan Amar untuk menjelaskan dan meminta maaf atas semua kesalahannya. Zain tidak ingin kehilangan mereka berdua.

"RISA...!!!" teriak Amar mengejar Risa yang terus berlari. "Risa....!" ketika Amar sudah bisa mengejar Risa, dia menarik tangan gadis itu sampai tubuhnya terhempas ke pelukan Amar.

"Kenapa mereka jahat sama gue?" Risa mencengkram kemeja Amar. Dia terus menangis menumpahkan semua sakit hatinya. "Kenapa mereka lakukan itu?" lirih Risa mengulang pertanyaan yang tak pernah bisa Amar jawab. "Kenapa?"

Amar dan Risa terlarut dalam kesedihan. Mereka masih berpelukan sampai tak menyadari jika ada sebuah mobil yang melaju sangat kencang ke arah mereka.

Zain yang melihat itu langsung berlari dengan sekuat tenaga. "AMAR...! RISA...! AWAS...!" teriak Zain sambil mendorong tubuh mereka sampai jatuh di bahu jalan dan membiarkan tubuhnya yang tertabrak mobil.

"Awww...!!!" ringis Risa, yang keningnya terbentur bahu jalan dan berdarah. Sedangkan punggung Amar terasa sakit karena terjatuh menahan tubuh Risa, yang jatuh di atas tubuhnya.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Amar saat keduanya sudah terduduk. Amar membuka kemeja dan mengusapkannya ke kening Risa yang berdarah.

Risa tidak menjawab, perlahan dia bangkit dengan kepala yang terasa pusing untuk mencari Zain. Matanya terbelalak melihat Zain terkapar bersimbah darah di tengah jalan.

"Zain...!" Risa berlari merengkuh Zain kedalam pelukannya. "Jangan tinggalin aku...," lirih Risa dengan air mata yang semakin deras mengalir.

~ Si She ~

Si SheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang