Prolog

956 124 207
                                    

Si She adalah dia perempuan

Si She adalah dia yang dirindukan

Si She adalah dia yang diinginkan

Si She adalah dia yang impikan

~ Si She ~

Si She, dia perempuan. Si She adalah tambatan hati, cahaya jiwa, penyemangat, dan tumpuan hidup bagi lelaki tampan bernama Ananda Amar Wardana. Lelaki bermata lentik ini sudah menaruh rasa cinta selama satu tahun lebih untuk seorang perempuan yang dia panggil Si She, perempuan misterius yang tidak diketahui nama, alamat, dan umurnya.

Amar hanya tahu kalau dia kuliah di kampus elit, The Sky University, yang sama dengan kakaknya Ananda Alzain Wardana, tapi Amar merahasiakan itu semua dari sang kakak. Dia tidak mau bertanya atau mencari tahu tentang Si She padanya karena dia pernah berjanji pada sang kakak kalau dia tidak akan jatuh cinta sebelum lulus kuliah dan mempunyai kerja.

Pada kenyataannya, janji tinggalah janji, yang hanya menjadi kata yang dibuat untuk dilanggar, diabaikan, dan dilupakan begitu saja, jika cinta sudah menembakkan sasarannya, dia tidak bisa menolak kedatangannya. Masih terukir indah kenangan di memori Amar saat pertama kali bertemu dengan Si She. Saat itu pembagian raport semester dua.

Amar terbelalak melihat nilai rapornya, dia mendapatkan hasil yang jauh dari kata memuaskan, dia naik kelas dua belas dengan semua nilai pas-pasan. Amar merasa hopeless dengan masa depannya, dia takut tidak akan lulus ujian.

Sepulang sekolah dia tidak pulang ke rumah, tapi dia menyusuri jalan tanpa tujuan yang pasti. Sepanjang jalan, pikirannya kalut takut dimarahi ibunya. Di atas jembatan Pasupati, dia tepikan motor ninja putihnya dan turun menatap lurus bangunan-bangunan kota Bandung yang berdiri kokoh sepanjang mata memandang.

"Arggghhh...!" teriaknya frustasi. Amar mencengkram kuat pinggiran tembok beton.

Beberapa menit kemudian, Amar merasakan ada tangan putih yang memeluknya dari belakang. Dia tersentak.

"Aku mohon jangan bunuh diri. Itu dosa, dan Tuhan paling benci perbuatan itu," ucap suara perempuan.

Amar semakin terperangah. Siapa yang mau bunuh diri? Dia hanya sedang menyesali nasib buruk atas nilainya yang jeblok. "Mak... sud kamu apa?" dia tak mengerti dengan perkataan perempuan yang semakin erat memeluknya itu.

"Kalo kamu punya masalah, bukan bunuh diri jalan keluarnya," sambung perempuan asing itu. Amar merasa heran dengan perempuan ini, kenapa dia menyangka dirinya akan bunuh diri?

"Oke, oke, kalo gitu kamu lepasin aku," putus Amar mencoba melepaskan tangan perempuan itu dari perutnya, tapi usahanya sia-sia, perempuan itu semakin mengeratkan pelukannya.

"Tapi janji kamu nggak akan bunuh diri?"

Dengan terpaksa Amar mengangguk. "Oke."

Perlahan perempuan itu melepaskan tangannya dari tubuh Amar. Lelaki itu membalikkan badan menghadap perempuan yang sudah salah sangka terhadapnya. Jantung Amar berdetak kencang ketika melihat perempuan cantik yang memakai jas almamater The Sky University tengah berdiri di hadapannya.

"Song Hye Kyo." Amar memanggil perempuan itu Song Hye Kyo karena kecantikannya seperti artis Korea favorit ibunya.

"Song Hye Kyo?" perempuan cantik itu mengernyitkan alis.

"Kamu Song Hye Kyo?"

"Aku bukan Song Hye Kyo, tapi..."

"Si!" panggil seorang perempuan berambut panjang dari dalam mobil yang kecantikannya tak kalah dengan perempuan yang dipanggil Song Hye Kyo oleh Amar.

Cantik banget. Ucap Amar dalam hati. Mimpi apa semalam sampai dia bisa bertemu dengan dua perempuan cantik siang ini.

"Come on! Cowok itu udah gak jadi bunuh dirinya, kan?! Cabut yuk?!" lanjut perempuan itu sambil tertawa meremehkan Amar.

Amar menatap kesal perempuan itu karena sudah berani menertawakannya. Dia menyesal telah memuji cantik perempuan dalam mobil itu. Ternyata hatinya tak secantik rupanya.

Perempuan yang mirip Song Hye Kyo mengangkat tangan kanannya yang mengisyaratkan oke.

"Jangan coba bunuh diri lagi, oke?" perempuan itu tersenyum sebelum berlalu.

Amar menatap kepergian perempuan itu sampai mobil yang ditumpanginya menghilang membelah jalanan kota Bandung yang mulai merayap padat.

"Si...," Amar tersenyum mengucapkan nama panggilan perempuan itu. "Semoga kita bisa bertemu lagi," harap Amar, kemudian dia naik ke motornya dan melajukannya ke rumah dengan perasaan bahagia.

~ Si She ~

Si SheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang