Chapter 1

1K 145 36
                                    

Sejak bertemu dengan Si She, Amar terus memikirkan perempuan yang sudah membuatnya tak bisa tidur nyenyak karena dia telah mengambil hatinya. Sepertinya dia jatuh cinta untuk pertama kalinya terhadap seorang perempuan, dan sejak itu pula dia menjadi giat belajar, tak ada game lagi di hidupnya, hanya ada belajar, belajar, dan belajar untuk bisa masuk ke The Sky University, yang selain harus punya otak yang cerdas, prestasi baik, harus pintar bahasa asing minimal dua bahasa, dan juga harus kaya.

UN sudah berlalu dan Amar sudah lulus SMA. Kini dia sedang menunggu hasil ujian masuk The Sky University. Setelah beberapa Minggu yang menegangkan, hasil ujian keluar, Amar pergi ke kampus The Sky untuk melihat hasilnya. Jantungnya berdetak cepat dan hatinya tak karuan sepanjang jalan menuju kampus. Setelah memarkirkan motor sport-nya, Amar segera berjalan ke papan pengumuan dekat kantor rektorat.

"Yesss!" Amar bersorak riang ketika menemukan namanya tercantum di daftar mahasiswa yang lolos ujian, dia diterima di kampus elit itu.

Saat berbalik pulang, Amar melihat Si She dan temannya melintas di hadapannya. Amar terpaku sesaat, tapi kemudian dia memberanikan diri memanggil perempuan yang selama ini dicari dan dirindukannya. "Si...!" panggil Amar ragu-ragu, yang dipanggil menoleh dan berhenti berjalan, begitu juga dengan temannya. Mereka heran melihat Amar. Jantung Amar berdegup kencang, keringat dingin keluar, dan dia mematung saat dua perempuan cantik itu berjalan ke arahnya.

"Hai...," sapa Si She ramah.

Sementara temannya terlihat tak peduli dan asyik memainkan iphone-nya.

"Apa kita pernah ketemu?" Tanya Si She.

Deg. Amar tak mungkin menjawab yang sebenarnya kalau dia itu adalah lelaki yang pernah disangka mau bunuh diri di atas jembatan Pasupati. Itu adalah hal yang sangat memalukan baginya.

"Oh... iya, aku ingat sekarang, kalo gak salah kamu cowok yang mau bunuh diri di atas jembatan itu, kan?" lanjut Si She setelah bisa mengingat Amar.

Wajah Amar seketika berubah merah, dia malu sekali, walaupun dia tidak punya niat untuk bunuh diri, tapi pada saat itu dia ada dalam posisi yang orang kira akan bunuh diri.

"Ha... ha... ha...," teman Si She yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya, kini tengah menertawakan Amar. "Awww...!" tawanya terhenti karena Si She mencubitnya. "Apaan sih lo? sakit tau!" marahnya pada Si She, yang dibalas pelototan oleh Si She. Temannya Si She itu diam, kesal dengan apa yang sudah dilakukan Si She.

Lucu banget. Puji Amar pada temannya Si She yang memajukan bibirnya seperti anak kecil.

Apaan sih, kok gue malah muji cewek nyebelin itu?

"Apa kabar?" Si She mengulurkan tangan. Amar hanya diam menahan malu, tapi bibirnya ingin sekali berkata 'baik' namun kenyataannya dia hanya diam membisu. "Nama kamu siapa?"

Bukannya menjawab dan membalas uluran tangan Si She, Amar malah berlari menuju parkiran.

Bego! Kenapa gue lari? Rutuk Amar dalam hati.

"Dasar cowok aneh!" umpat temannya Si She.

"Udahlah biarin aja, mungkin dia malu."

Keduanya menuju ruang BEM untuk menemui pacar temannya Si She.

~ Si She ~

            Pagi ini Amar terlambat di OSPEK hari pertama. Ini semua gara-gara sang kakak yang meminjam motornya karena dia harus datang ke kampus pagi sekali untuk mempersiapkan OSPEK, jadinya Amar harus berangkat menggunakan bus, tak mungkin dia memakai mobil kakaknya karena dia belum bisa mengendarainya.

Bruuukkk!!! Amar bertubrukan dengan seorang perempuan di depan kelasnya.

"Sori," seru keduanya.

"Lo?!" tunjuk perempuan yang ditubruk Amar.

Sepertinya mereka saling mengenal. Wajah Amar langsung berubah merah seperti tomat, dia tersenyum kikuk menahan malu.

"Lo cowok yang mau bunuh diri itu, kan?" sambung perempuan itu mengejek Amar

Amar kesal, dia sudah tidak tahan diejek terus oleh perempuan di hadapannya ini.

"Sssttt...." Amar menutup mulut perempuan itu. "Jangan pernah ngebahas itu lagi! Kalo nggak, gue akan bunuh lo!" ancam Amar pada perempuan cantik, yang ternyata temannya Si She.

Perempuan itu mengangguk, takut dengan ancaman Amar.

"Good girl." Amar mengelus rambutnya, lalu berlalu menuju kelasnya. Senyum tersungging di bibir Amar melihat ekspresi ketakutan perempuan chubby itu yang sangat menggemaskan baginya. Setelah menyimpan tasnya, Amar pergi ke lapangan untuk mengikuti OSPEK.

Acara OSPEK dibuka oleh perkenalan anggota BEM. Amar terperangah saat sang kakak maju mengenalkan diri sebagai ketua BEM, begitu juga saat temannya Si She yang menyebalkan, yang tadi pagi bertubrukan dengannya adalah sekertaris BEM.

Mati gue! Amar menepuk keningnya.

~ Si She ~

Si SheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang